Kawasan hijau yang begitu subur berganti dengan pemandangan cokelat tanah dan bebatuan yang tandus. Tak jauh dari Fayoum, sekitar 80 km, memasuki kota tua yang sangat terkenal dalam sejarah Mesir kuno, yaitu Kota Memphis. Inilah ibu kota Mesir di zaman Old Kingdom selama lebih dari 1.000 tahun.
Bila dibandingkan dengan Luxor yang menjadi ibu kota New Kingdom, Memphis memainkan peran lebih lama. Bahkan, ketika ibu kota kerajaan Mesir kuno sudah dipindahkan ke Luxor, Kota Memphis masih berperan sebagai kota besar yang ramai. Luxor hanya berperan sekitar 500 tahun, sedangkan Memphis bertahan sampai lebih dari 3.000 tahun, hingga zaman Romawi berkuasa di Mesir.
Setelah itu, peran Memphis mengalami kemunduran seiring dengan datangnya kekuasaan Islam yang beribu kota di Kairo. Kini Memphis hanya berupa sebuah desa kecil. Ketika memasuki kawasan ini, disambut sebuah papan penunjuk bertulisan Village Memphis. Dan, memang benar, hanya menemukan sebuah museum tak seberapa besar di antara kawasan pedesaan yang tak lagi megah. Di museum itulah sejumlah peninggalan Kerajaan Mesir kuno menampakkan kejayaan masa lalunya.
Untuk melihat kemegahan Kota Memphis kita bisa menyaksikan langsung reruntuhan kotanya di kawasan yang sangat luas. Maka, pun hanya sebentar berada di dalam museum. langsung menjelajahi ''bekas kota'' yang didirikan dinasti pertama kerajaan Mesir kuno. pun bisa leluasa menyaksikan reruntuhan kota yang kini digali kembali oleh para arkeolog itu.
Adalah Firaun Menes atau yang lebih dikenal dengan nama Narmer yang mula-mula membangun Kota Memphis. Dia adalah raja pertama Old Kingdom yang berkuasa di abad 32 SM. Dialah Firaun yang pertama berhasil menyatukan Kerajaan Mesir Utara dan Selatan. Atau, di dalam sejarah dikenal sebagai Lower Egypt dan Upper Egypt.
Maka, sejak Narmer, Firaun Mesir menggunakan mahkota bertumpuk dua, yang dikenal sebagai double crown, sebagai simbol penyatuan kerajaan utara dan selatan. Kemudian dilanjutkan penyatuan lambang bunga lotus dan pohon papirus yang menjadi simbol kesejahteraan kedua kerajaan. Pemilihan Kota Memphis di lembah Sungai Nil, yang berada di perbatasan wilayah kerajaan utara dan selatan, itu juga sebagai lambang penyatuan.
Kota yang berada di ''pintu'' Delta Sungai Nil yang subur tersebut dikelilingi tembok yang melindunginya dari luapan Sungai Nil saat banjir tahunan. Kota itu diberi nama Ineb-Hedj, yang dalam bahasa Mesir kuno bermakna ''Tembok Putih'', menunjuk pada tembok yang mengelilingi kota. Sedangkan nama Memphis baru muncul kemudian, yang dalam bahasa Yunani bermakna ''Kota Indah yang Tertata Rapi'', karena di dalamnya banyak ditemukan taman yang indah dengan air mancur, kuil-kuil, dan istana-istana yang megah.
Bukti-bukti kemegahannya kini sedang direkonstruksi para arkeolog. Salah satunya, sebuah kota pemakaman yang dikenal sebagai Necropolis. Kawasannya membentang sepanjang 40 km. Di dalamnya terdapat lebih dari seratus piramida yang menakjubkan, serta ratusan makam para kerabat Firaun, pendeta, dan pejabat-pejabatnya. Areanya lebih luas daripada kawasan Lembah Raja yang sudah kunjungi di Luxor.
Sayang, karena usianya sudah lebih dari 5.000 tahun, penggalian kawasan ini membutuhkan keahlian dan kehati-hatian yang ekstra. Benda-benda bersejarahnya sudah banyak yang hancur dimakan usia, atau hilang dicuri para perampok kuburan Firaun. Tetapi, fisik kota secara kesuluruhan kini diupayakan direkonstruksi untuk dimunculkan kembali. Setidaknya, untuk kawasan Kota Makam yang disebut Necropolis itu.
Jika jenazah Firaun di Lembah Raja dimasukkan ke perut bukit berbentuk piramida, di Necropolis jenazah Firaun dimasukkan ke dalam perut ''bukit buatan'', yakni sebuah bangunan berbentuk piramida yang menjulang tinggi puluhan meter ke angkasa. Tentu, ini jauh lebih dahsyat karena membutuhkan keahlian dan waktu bertahun-tahun untuk merekonstruksinya.
Ide pembuatan Kota Makam datang dari seorang arsitek multitalenta yang terkenal zaman itu: Imhotep. Awalnya, makam-makam raja Mesir hanya berbentuk mastaba. Yaitu, sebuah ruangan yang dibentuk dari tumpukan batu yang di dalamnya terdapat peti mumi Firaun. Imhotep mengembangkannya menjadi sebuah bangunan piramida yang monumental. Karena jasa dan ide-idenya yang brilian itulah, di kawasan Necropolis kini didirikan Museum Imhotep. Di dalamnya, pengunjung bisa menyaksikan bagaimana Imhotep membangun sebuah piramida.
Piramida tertua adalah Piramida Sakkara. Bentuknya unik dan berbeda daripada piramida-piramida umumnya. Piramida yang menjadi makam Firaun Djoser dari abad ke-3 di zaman Old Kingdom itu berbentuk bangunan bertingkat yang mengecil di bagian puncaknya. Piramida ini sering juga disebut Piramida Djoser, nama Firaun yang berkuasa pada 2667-2648 SM itu.
Tinggi piramida tersebut sekitar 60 meter, bertingkat enam dan terbuat dari balok-balok batu kapur yang ditumpuk secara berjenjang. Ketika saya datang ke kompleks Sakkara, piramida tersebut sedang dalam renovasi. Kawasan makam ini memang masih terus diekskavasi untuk menemukan piramida-piramida lain. Para arkeolog sudah menemukan sebelas piramida. Di antaranya Piramida Userkaf, Unas, Pepi, Djoser, dan Sekhemket. Saat ini para arkelog menggali sebuah piramida lagi yang baru ditemukan.
No comments:
Post a Comment