Istilah "Bapa" menunjukkan hubungan Tuhan dengan dunia. Terutama hubungan-Nya dengan orang-orang yang menyerahkan diri kepada-Nya. Seperti "Bapa," Dia adalah pencipta, penanggung-jawab, penjaga dan pemberi.
Di sini "Bapa" diartikan dalam bahasa kiasan, bukan arti biologis. Dalam cara yang manapun, Allah bukanlah seorang ayah dalam arti biologis kepada siapa pun.
Allah Adalah Bapa Yang Sempurna
Allah adalah Bapa yang tidak pernah berubah. Segala yang dilakukan-Nya untuk kebaikan anak-anak-Nya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran" (Injil, Surat Yakobus 1:17).
Allah juga adalah Bapa yang setia. Dia tidak pernah mengubah atau ingkar pada janji-Nya. Sebagai anak-anak-Nya, kita dapat bergantung sepenuhnya pada-Nya. " Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia" (Taurat, Kitab Ulangan 32:4).
Tuhan juga mengajar kita layaknya seorang bapa. Dia rindu kita menjadi orang benar seperti halnya Dia. "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah ; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa" (Kitab Ayub 5:17).
Demikianlah Alkitab menjelaskan tentang sifat dan Pribadi Allah. Sayangnya, umat Muslim cenderung mengartikan hubungan Allah sebagai Bapa dengan umat-Nya dalam arti literal (arti sebenarnya), bukan harafiah (arti kiasan).
Sebagai "Hamba" atau "Abdi" Allah?
Islam tidak mengenal hubungan Tuhan dengan umat-Nya, layaknya hubungan bapa dan anak. Islam menginterpretasikan hubungan Tuhan dengan umat-Nya, layaknya hubungan majikan dan abdinya. Itulah sebabnya Islam menyukai nama: Abdullah atau Abdul yang artinya adalah hamba Allah.
Terdapat beberapa ayat Al-Quran yang mendukung konsep, umat Islam sebagai hamba Allah, "Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya" (Qs 6:18); "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu'" (Qs 39:10); "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus ada dari rahmat Allah'" (Qs 39:53).
Umat Islam menyukai sebutan sebagai hamba Allah. Tetapi umat Kristen lebih senang disebut sebagai anak-anak Allah.
Diangkat dari Perbudakan Dosa Menjadi Anak Allah
Kitab Injil menjelaskan, ketika seseorang menerima Isa al-Masih sebagai penyelamatnya, maka Tuhan serentak menjadi bapanya. Dia diadopsi menjadi bagian dari keluarga surgawi. "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Injil, Surat Galatia 4:7)
Dengan suka cita orang Kristen melayani Tuhan sebagai abdi. Namun Allah tidak pernah melihatnya sebagai abdi. Melainkan seperti anak-anak-Nya sendiri, laki-laki dan perempuan.
Warisan Sebagai Anak-Anak Allah?
Sebagai anak-anak Allah, kita mewarisi hadiah yang baik dan sempurna! Kenyataan kedudukan sebagai anak Allah sangat istimewa bagi pengikut Isa Al-Masih. Mereka telah diadopsi menjadi anak Allah dan berhak sebagai ahli waris surgawi. "Bapa-Ku, yang telah memberikan mereka [pengikut Isa] kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun yang tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa" (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:29).
Tuhan Rindu Menjadi Bapa Anda!
Allah Bapa rindu mengadopsi anda menjadi keluarga-Nya! Dia mencintai anda dan mengirim Isa Al-Masih ke dunia untuk membuka jalan. Sehingga Dia bisa berada dalam sebuah hubungan, yaitu sebagai Bapa anda sampai kekekalan.
Isa Al-Masih memungkinkan hal ini terjadi dengan mengorbankan diri-Nya bagi anda. Inilah bukti kasih Allah bagi setiap kita. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya [Kiasan untuk Kalimat Allah, Isa Al-Masih] yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
Di sini "Bapa" diartikan dalam bahasa kiasan, bukan arti biologis. Dalam cara yang manapun, Allah bukanlah seorang ayah dalam arti biologis kepada siapa pun.
Allah Adalah Bapa Yang Sempurna
Allah adalah Bapa yang tidak pernah berubah. Segala yang dilakukan-Nya untuk kebaikan anak-anak-Nya. "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran" (Injil, Surat Yakobus 1:17).
Allah juga adalah Bapa yang setia. Dia tidak pernah mengubah atau ingkar pada janji-Nya. Sebagai anak-anak-Nya, kita dapat bergantung sepenuhnya pada-Nya. " Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia" (Taurat, Kitab Ulangan 32:4).
Tuhan juga mengajar kita layaknya seorang bapa. Dia rindu kita menjadi orang benar seperti halnya Dia. "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah ; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa" (Kitab Ayub 5:17).
Demikianlah Alkitab menjelaskan tentang sifat dan Pribadi Allah. Sayangnya, umat Muslim cenderung mengartikan hubungan Allah sebagai Bapa dengan umat-Nya dalam arti literal (arti sebenarnya), bukan harafiah (arti kiasan).
Sebagai "Hamba" atau "Abdi" Allah?
Islam tidak mengenal hubungan Tuhan dengan umat-Nya, layaknya hubungan bapa dan anak. Islam menginterpretasikan hubungan Tuhan dengan umat-Nya, layaknya hubungan majikan dan abdinya. Itulah sebabnya Islam menyukai nama: Abdullah atau Abdul yang artinya adalah hamba Allah.
Terdapat beberapa ayat Al-Quran yang mendukung konsep, umat Islam sebagai hamba Allah, "Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya" (Qs 6:18); "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu'" (Qs 39:10); "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus ada dari rahmat Allah'" (Qs 39:53).
Umat Islam menyukai sebutan sebagai hamba Allah. Tetapi umat Kristen lebih senang disebut sebagai anak-anak Allah.
Diangkat dari Perbudakan Dosa Menjadi Anak Allah
Kitab Injil menjelaskan, ketika seseorang menerima Isa al-Masih sebagai penyelamatnya, maka Tuhan serentak menjadi bapanya. Dia diadopsi menjadi bagian dari keluarga surgawi. "Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Injil, Surat Galatia 4:7)
Dengan suka cita orang Kristen melayani Tuhan sebagai abdi. Namun Allah tidak pernah melihatnya sebagai abdi. Melainkan seperti anak-anak-Nya sendiri, laki-laki dan perempuan.
Warisan Sebagai Anak-Anak Allah?
Sebagai anak-anak Allah, kita mewarisi hadiah yang baik dan sempurna! Kenyataan kedudukan sebagai anak Allah sangat istimewa bagi pengikut Isa Al-Masih. Mereka telah diadopsi menjadi anak Allah dan berhak sebagai ahli waris surgawi. "Bapa-Ku, yang telah memberikan mereka [pengikut Isa] kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun yang tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa" (Injil, Rasul Besar Yohanes 10:29).
Tuhan Rindu Menjadi Bapa Anda!
Allah Bapa rindu mengadopsi anda menjadi keluarga-Nya! Dia mencintai anda dan mengirim Isa Al-Masih ke dunia untuk membuka jalan. Sehingga Dia bisa berada dalam sebuah hubungan, yaitu sebagai Bapa anda sampai kekekalan.
Isa Al-Masih memungkinkan hal ini terjadi dengan mengorbankan diri-Nya bagi anda. Inilah bukti kasih Allah bagi setiap kita. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya [Kiasan untuk Kalimat Allah, Isa Al-Masih] yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Injil, Rasul Besar Yohanes 3:16).
No comments:
Post a Comment