Kehidupan seksual orang Romawi kuno banyak mengadopsi cara orang Yunani. Gaya berhubungan seks paling dasar orang Romawi kuno adalah sang pria mendominasi, sedangkan sang wanita menyerah pasrah. Orang Romawi kuno juga senang mencari dan membeli segala bentuk kesenangan seksual.
Akan ada masalah besar jika melibatkan pria Romawi, yaitu bila menjalin hubungan seksual dengan keturunan kerajaan atau berhubungan seksual dengan istri atau anak perempuan maupun anak laki-laki dari keluarga terpandang di Roma, selain itu bukan menjadi masalah untuk melakukan seks.
Pria Roma juga memperlakukan budak sebagai objek seksual. Bagi mereka, seorang budak tidak lebih dari sekedar property yang dapat mereka gunakan sesukanya. Hal ini berlaku bagi budak pria maupun wanita.
Reformasi moralitas terjadi ketika Kaisar Agustus dimahkotai sebagai seorang Kaisar pada tahun 27 sebelum masehi. Pada masa pemerintahannya membatasi eksploitasi seks dalam permainan politik pemerintahannya.
Dalam 40 tahun masa perang saudara Kaisar Agustus membersihkan rumah-rumah bordil. Dan juga menyalahkan 50 tahun pemerintahan sebelumnya yang tak bermoral. Kemudian membuat peraturan bahwa tindakan penyelewengan seks adalah bentuk kriminalitas.
Peraturan moral ini sangat membatasi libido pria Roma waktu itu. Angka penyelewengan menurun drastis, angka kelahiran yang terkontrol, menjamin kelangsungan pemerintahan Roma yang lebih baik untuk masa mendatang. Apakah semuanya berjalan dengan baik ? Ternyata tidak. Hal ini menimbulkan masalah lainnya. Yaitu angka perceraian naik drastis, sedangan angka kelahiran menurun tajam. Pria Roma menjadi tidak berkeluarga dan mereka tidak mempunyai anak.
Melihat fenomena ini akan membawa Roma ke gerbang kehancuran, Kaisar Agustus memperkenalkan suatu program baru tentang nilai-nilai keluarga. Kaisir Agustus melakukan pemaksaan kasar namun tampak halus, yaitu dengan memanfaatkan pajak.
Bagi mereka yang memutuskan berkeluarga dan mempunyai anak akan mendapat keringanan pajak. Namun program reformasi moralitas ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, pria Roma tetap mengikuti pola lama mereka, hidup membujang dan enggan berkeluarga.
Kebebasan berhubungan seks telah mendarah daging di dalam tubuh pria Roma dan tidak terkecuali wanita Roma. Wanita Roma, terutama wanita dari kedudukan terpandang, adalah wanita yang tidak malu melakukan penyelewangan seksual demi mendapat kepuasan. Tercatat dalam sejarah seorang wanita Roma pernah memiliki delapan suami dalam 5 musim dingin.
Hal yang sama juga terjadi pada anak perempuan Kaisar Agustus sendiri. Julia putri Kaisar Agustus, meski telah bersuami dan mempunyai banyak anak, sering berganti pasangan tidur dengan kekasih-kekasih gelapnya. Namun, satu hal yang mengagetkan masyarakat Roma adalah semua anak-anaknya mirip dengan suaminya dan tak satupun yang mirip dengan selingkuhannya. Apa rahasianya? Ternyata dalam pengakuan Julia, dia selalu memastikan dirinya hamil dulu dengan suaminya sebelum tidur dengan pria lainnya, sebuah ide yang cemerlang.
Seiring dengan berjalannya waktu, seks kembali popular di Roma di abad pertama dan kedua setelah masehi, dan ekonomi Roma kembali membaik. Namun pada abad ketiga, kekaisaran Romawi mulai terguncang oleh invasi kaum barbar.
Pada masa ini, Kaisar Konstantin, kaisar yang memerintah mulai menyelaraskan diri dengan gereja Kristiani yang mulai menyebar. Kaum Roma melihat bahwa kekaisaran mereka semakin mengalami kemunduran. Ajaran Kristiani sedikit banyak mempengaruhi pola pikir kekaisaran Roma dari prospek di dunia ini, dengan prospek didunia mendatang. Akhirnya, kekaisan Romawi tumbang pada tahun 410 sesudah masehi.
Di era yang sama, Jerome dan Degustan meletakan pondasi dasar bagi gereja Kriastiani dalam melihat seks dan seksualitas dalam kehidupan manusia. Santo Degustan, sewaktu muda juga seperti pria Roma pada umumnya, menikmati kebebasan seks dalam kehidupannya. Namun setelah dia menerima Kristen dalam hidupnya, cara pandangnya terhadap seks menjadi berubah.
Pondasi dasar yang diletakkan tentang ajaran seks yang selaras dengan Kristiani secara perlahan-lahan dapat diterima di dunia barat, sementara kebebasan seksual dari para leluhur perlahan-lahan memudar ke masa lampau.
Beberapa ribuan tahun kemudian, kehibupan manusia menjadi semakin beradab. Tidak ada lagi perbudakan sex dan masalah sex semakin terkunci rapat diseluruh belahan bumi ini namun pada suatu saat nanti, terjadi titik balik yang sangat dashyat, tentang perkembangan industrialisasi sex.
Akan ada masalah besar jika melibatkan pria Romawi, yaitu bila menjalin hubungan seksual dengan keturunan kerajaan atau berhubungan seksual dengan istri atau anak perempuan maupun anak laki-laki dari keluarga terpandang di Roma, selain itu bukan menjadi masalah untuk melakukan seks.
Pria Roma juga memperlakukan budak sebagai objek seksual. Bagi mereka, seorang budak tidak lebih dari sekedar property yang dapat mereka gunakan sesukanya. Hal ini berlaku bagi budak pria maupun wanita.
Reformasi moralitas terjadi ketika Kaisar Agustus dimahkotai sebagai seorang Kaisar pada tahun 27 sebelum masehi. Pada masa pemerintahannya membatasi eksploitasi seks dalam permainan politik pemerintahannya.
Dalam 40 tahun masa perang saudara Kaisar Agustus membersihkan rumah-rumah bordil. Dan juga menyalahkan 50 tahun pemerintahan sebelumnya yang tak bermoral. Kemudian membuat peraturan bahwa tindakan penyelewengan seks adalah bentuk kriminalitas.
Peraturan moral ini sangat membatasi libido pria Roma waktu itu. Angka penyelewengan menurun drastis, angka kelahiran yang terkontrol, menjamin kelangsungan pemerintahan Roma yang lebih baik untuk masa mendatang. Apakah semuanya berjalan dengan baik ? Ternyata tidak. Hal ini menimbulkan masalah lainnya. Yaitu angka perceraian naik drastis, sedangan angka kelahiran menurun tajam. Pria Roma menjadi tidak berkeluarga dan mereka tidak mempunyai anak.
Melihat fenomena ini akan membawa Roma ke gerbang kehancuran, Kaisar Agustus memperkenalkan suatu program baru tentang nilai-nilai keluarga. Kaisir Agustus melakukan pemaksaan kasar namun tampak halus, yaitu dengan memanfaatkan pajak.
Bagi mereka yang memutuskan berkeluarga dan mempunyai anak akan mendapat keringanan pajak. Namun program reformasi moralitas ini tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, pria Roma tetap mengikuti pola lama mereka, hidup membujang dan enggan berkeluarga.
Kebebasan berhubungan seks telah mendarah daging di dalam tubuh pria Roma dan tidak terkecuali wanita Roma. Wanita Roma, terutama wanita dari kedudukan terpandang, adalah wanita yang tidak malu melakukan penyelewangan seksual demi mendapat kepuasan. Tercatat dalam sejarah seorang wanita Roma pernah memiliki delapan suami dalam 5 musim dingin.
Hal yang sama juga terjadi pada anak perempuan Kaisar Agustus sendiri. Julia putri Kaisar Agustus, meski telah bersuami dan mempunyai banyak anak, sering berganti pasangan tidur dengan kekasih-kekasih gelapnya. Namun, satu hal yang mengagetkan masyarakat Roma adalah semua anak-anaknya mirip dengan suaminya dan tak satupun yang mirip dengan selingkuhannya. Apa rahasianya? Ternyata dalam pengakuan Julia, dia selalu memastikan dirinya hamil dulu dengan suaminya sebelum tidur dengan pria lainnya, sebuah ide yang cemerlang.
Seiring dengan berjalannya waktu, seks kembali popular di Roma di abad pertama dan kedua setelah masehi, dan ekonomi Roma kembali membaik. Namun pada abad ketiga, kekaisaran Romawi mulai terguncang oleh invasi kaum barbar.
Pada masa ini, Kaisar Konstantin, kaisar yang memerintah mulai menyelaraskan diri dengan gereja Kristiani yang mulai menyebar. Kaum Roma melihat bahwa kekaisaran mereka semakin mengalami kemunduran. Ajaran Kristiani sedikit banyak mempengaruhi pola pikir kekaisaran Roma dari prospek di dunia ini, dengan prospek didunia mendatang. Akhirnya, kekaisan Romawi tumbang pada tahun 410 sesudah masehi.
Di era yang sama, Jerome dan Degustan meletakan pondasi dasar bagi gereja Kriastiani dalam melihat seks dan seksualitas dalam kehidupan manusia. Santo Degustan, sewaktu muda juga seperti pria Roma pada umumnya, menikmati kebebasan seks dalam kehidupannya. Namun setelah dia menerima Kristen dalam hidupnya, cara pandangnya terhadap seks menjadi berubah.
Pondasi dasar yang diletakkan tentang ajaran seks yang selaras dengan Kristiani secara perlahan-lahan dapat diterima di dunia barat, sementara kebebasan seksual dari para leluhur perlahan-lahan memudar ke masa lampau.
Beberapa ribuan tahun kemudian, kehibupan manusia menjadi semakin beradab. Tidak ada lagi perbudakan sex dan masalah sex semakin terkunci rapat diseluruh belahan bumi ini namun pada suatu saat nanti, terjadi titik balik yang sangat dashyat, tentang perkembangan industrialisasi sex.
No comments:
Post a Comment