Ada satu buku yang sekitar dua tahun yang lalu disebarluaskan di Italia oleh sekte tertentu. Buku itu berjudul "Cosa si nasconde dietro il nuovo ordine mondiale?" (=Apa yang tersembunyi di balik tata dunia yang baru?"). Buku ini merupakan kumpulan kutipan dari buku Ellen Gould White yang berjudul "The Great Controversy between Christ and Satan." Cukup mengherankan bahwa buku yang sudah berumur seratus tahun ini ternyata dewasa ini masih sering dipropagandakan oleh pihak-pihak tertentu. Isinya antara lain menuduh paus dan para imamnya sebagai kaki tangan Setan. Berikut ini kami berikan beberapa kutipan saja dari terjemahan Indonesianya yang pernah kami pinjam dari seorang teman :
"Gantinya memenuhi tuntutan Allah, jemaat menerima teori-teori dan tradisi manusia. Pertobatan Kaisar Constantine mendatangkan kegembiraan besar pada permulaan abad keempat. Tetapi dia hanya mengenakan jubah kebenaran sewaktu memasuki jemaat. Sekarang moral manusia begitu cepat merosot … Doktrin, upacara-upacara kebaktian serta tahyul-tahyulnya telah berbaur dalam iman dan perbaktian orang-orang yang mengaku pengikut Kristus."
"Doktrin Romanisme yang terutama ialah bahwa paus itulah kepala jemaat Kristus yang kita lihat. Dia diberikan kuasa untuk mengepalai semua imam dan pastor di seluruh dunia. Lebih dari itu, paus diberi gelar ke-allahan … dan dinyatakan tidak bersalah. Dia menuntut penghormatan dari semua manusia. Tuntutan yang dikemukakan oleh setan di padang gurun pencobaan masih dihadapkan melalui Gereja Roma … "
"Setelah menolak Kristus, jemaat tergoda untuk mengabdi kepada wakil-wakil setan yaitu imam-imam Roma."
"Melalui pemimpin-pemimpin jemaat yang tidak berserah, setan juga mengubah hukum keempat dan mencoba menyingkirkan hari Sabat kuno yaitu hari yang diberkati Allah dan disucikan. Sebagai gantinya mereka meninggikan hari pesta orang kafir sebagai "hari matahari yang patut dimuliakan." Pada abad pertama hari Sabat yang benar disucikan oleh semua orang Kristen. … Tetapi dengan kelicikan setan bekerja sama dengan wakil-wakilnya untuk mencapai tujuannya. Supaya perhatian manusia tertarik pada hari Minggu, maka hari itu dijadikan hari pesta untuk menghormati kebangkitan Kristus."
Dibutuhkan studi khusus tentang sejarah dan dokumen-dokumen Gereja Katolik untuk menilai pernyataan-pernyataan Ellen G. White itu. Namun bukan waktunya kita bicarakan di sini. Kita kembali pada buku "Apa yang tersembunyi di balik tata dunia yang baru?" Pada halaman 48-49 dari buku ini kita temukan data berikut ini (yang langsung kami terjemahkan):
Bilangan 666
"Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam." (Why 13:18)
"Sekarang kami menantang dunia untuk menemukan suatu nama lain yang mengandung bilangan yang sama dalam tiga bahasa (Yunani, Ibrani dan Latin). Lihat Yoh 19:20.
- Joseph F.Berg, dalam "The Great Apostasy", hlm. 156-158.
Tanggapan kita
Data di atas bermaksud membuktikan bahwa kaki tangan iblis yang namanya tersembunyi di balik angka 666 itu adalah paus Roma (katolik). Vicarius Filii Dei berarti Wakil Anak Allah, yakni Paus yang menurut keyakinan Katolik adalah Vicarius Christi, artinya Wakil Kristus di dunia. Sepintas lalu data yang disajikan di atas sangat meyakinkan. Namun kalau kita dengan tenang menilainya, muncullah banyak masalah yang jelas membuat kita sama sekali tidak bisa menerima data di atas. Namun sebelum kita melihat kelemahan-kelemahan teori Joseph F.Berg yang dikutip oleh Ellen G. White dalam bukunya, baiklah lebih dahulu kita bahas secara singkat soal penafsiran binatang dalam Why 13 ini.
Kitab Wahyu, yang merupakan buku terakhir dari Perjanjian Baru, termasuk dalam jenis sastera apokaliptik (dari kata kerja Yunani apokalypto yang berarti "membuka atau menyingkap sesuatu yang terselubung"). Adapun latar belakang jenis sastra ini adalah umat Allah yang sedang menderita, dikejar-kejar musuh Allah dan mengalami krisis iman yang cukup hebat. Tidak jarang di tengah penderitaan dan kesukaran hidup yang hebat semacam itu orang beriman menjadi putus asa dan mengira bahwa Allah tidak peduli lagi pada mereka. Mereka pun melihat bahwa dunia ini terlalu jahat, tak ada harapan untuk bisa dipertahankan. Nah, kepada orang-orang seperti inilah ditulis kitab-kitab apokaliptik. Satu dua abad menjelang kedatangan Yesus Kristus ke dunia, dan masih sesudahnya juga, jenis sastra apokaliptik berkembang subur di kalangan orang Yahudi. Dalam sastra apokaliptik itu diungkapkan iman pengarang bahwa dunia yang jahat ini suatu saat akan berakhir dan Allah akan menggantinya dengan dunia yang baru. Allah tidak tinggal diam;suatu saat Allah akan mengadakan intervensi dan akan menang secara definitif atas Iblis. Dengan memakai gambaran-gambaran yang aneh dan lambang-lambang yang tidak selalu mudah ditebak maknanya (agar para kaisar penindas tidak sampai memahaminya), sastra apokaliptik mau menyingkap rahasia sejarah dunia yang akan berakhir dengan kemenangan Allah. Namun hampir semua ahli berpendapat bahwa apa yang diuraikan dalam kitab apokaliptik bukanlah sejarah dalam arti sepenuhnya atau sebenarnya, meskipun tentu saja sastra apokaliptik mengandung unsur-unsur sejarah juga.
Jenis sastra apokaliptik ternyata dipakai juga oleh umat Yesus Kristus! Pada masa yang sulit, yakni masa pengejaran dan penindasan oleh para kaisar Romawi, orang-orang kristen perlu mendapat penghiburan. Iman mereka perlu diteguhkan. Mereka perlu diyakinkan bahwa Iblis beserta kaki tangannya nampaknya menang, namun itu semua cuma sementara waktu saja. Suatu saat Iblis akan dikalahkan dan dibelenggu serta dihukum untuk selama-lamanya (Why 20). Suatu saat langit dan bumi yang lama ini diganti dengan langit & bumi yang baru (Why 21). Apa yang diungkapkan di sini adalah iman semacam itu, bukan suatu sejarah dunia yang mendetil dalam arti kata sebenarnya. Sikap yang baik dalam menafsir kitab Wahyu kiranya sebagai berikut: sedapat mungkin ayat-ayat dalam kitab Wahyu itu dihubungkan dengan sejarah yang dikenal oleh pengarang Wahyu sendiri, yakni dengan kejadian-kejadian sekitar 1900 tahun yang lalu. Tetapi kita tahu bahwa kejadian-kejadian yang dipaparkan dalam kitab Wahyu bisa juga terulang lagi sepanjang sejarah. Kitab Wahyu memberikan pola-pola atau model-model peristiwa yang berlaku sepanjang jaman. Namun tidak berarti, kitab Wahyu boleh ditafsirkan ayat demi ayat dan setiap hal dihubungkan terus dengan sejarah dunia dari dulu sampai sekarang.
Dengan pengantar singkat di atas kita mau menanggapi tuduhan bahwa angka 666 dalam Why 13:18 adalah paus di Roma. Dalam kitab Wahyu digambarkan ada tiga musuh Allah (Why 12; 13; 16:13; 19:20 dan 20:10). Ketiga musuh Allah itu merupakan tiga serangkai yang ingin meniru Tritunggal Mahakudus. Mereka itu adalah naga yang melambangkan Iblis atau Satan (Why 12:9) beserta kedua binatang yang menjadi kaki tangannya, yaitu binatang yang keluar dari lautan (Why 13:1-10) dan yang keluar dari permukaan bumi (Why 13:11-18). Bukan tempatnya di sini memberikan tafsiran yang rinci atas ayat-ayat di atas. Hanya saja perlu dicatat di sini bahwa kebanyakan ahli tafsir (Protestan maupun Katolik) berpendapat bahwa binatang yang muncul dari laut adalah para kaisar Romawi, karena macam-macam alas an, utamanya karena ciri-ciri binatang yang dilukiskan di situ cocok sekali dengan ciri-ciri para kaisar Romawi dahulu. Misalnya, dalam Why 13:3 dilukiskan bagaimana satu dari tujuh kepala binatang yang keluar dari laut itu "seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh …" Hal ini cocok dengan kaisar Nero yang pernah mencoba bunuh diri dengan menusuk lehernya sendiri. Tetapi menurut legenda dia itu tidak sampai mati, melainkan tetap hidup dan bersembunyi di negeri lain; suatu hari ia akan kembali untuk merebut takhta. Baiklah kami kutip di sini kesimpulan yang ditulis oleh Dr. J.J. de Heer, seorang ahli tafsir dari Gereja Reformasi (supaya lebih netral):
Di abad ke-17 dan abad ke-18 di kalangan para penafsir Protestan ada kecenderungan yang kuat untuk melihat dalam binatang ini Paus Roma (yang berusaha menjalankan kuasa duniawi maupun kuasa rohani); tetapi di zaman kita ini kebanyakan penafsir ilmiah kitab Wahyu, baik dari pihak Protestan maupun dari pihak Katolik, berkeyakinan bahwa binatang dalam Wahyu 13 itu adalah Kekaisaran Romawi.
Sekarang mengenai binatang kedua yang keluar dari muka bumi. Binatang ini bertanduk dua seperti domba (Why 13:11-18). Siapakah yang dilambangkan oleh binatang kedua ini? Berdasarkan perbandingan dengan Why 19:20 dan 20:10 bisa disimpulkan bahwa binatang kedua (yang adalah kaki tangan naga dan binatang pertama tadi) adalah para imam atau nabi di Asia Kecil yang bertugas di kuil-kuil kafir Romawi. Mereka itu orang setempat (maka digambarkan muncul dari permukaan bumi). Mereka ikut mempropagandakan pendewaan kaisar Romawi dan membujuk bahkan memaksa rakyat (dengan segala macam tipu muslihat) agar mereka mau menyembah patung kaisar. Hal ini terbukti dari sejarah kuno.Tetapi baiklah kita segera kembali pada pembicaraan pokok kita, yakni tentang binatang yang pertama (Why 13:1-10). Angka 666 yang disebut pada Why 13:18 mengacu pada binatang pertama, jadi mengacu pada kekaisaran Romawi, utamanya dalam diri kaisar Nero. (Di atas sudah kita lihat bahwa kebanyakan ahli tafsir memandang binatang pertama ini sebagai lambang kekaisaran Romawi, bukan para paus di Roma!). Untuk dapat memahami tafsiran ini perlu kita ketahui bahwa setiap alfabet Ibrani berfungsi juga sebagai angka, misalnya huruf pertama (alef) sama dengan 1, huruf kedua (bet) sama dengan 2, huruf kesebelas (kaf) sama dengan 20, huruf kedua belas (lamed) sama dengan 30, dan seterusnya. Hal yang sama juga terjadi pada bahasa Yunani: huruf pertama (alfa) sama dengan 1, huruf kedua (beta) sama dengan 2, dan seterusnya. Nah, binatang yang menjadi kaki tangan Iblis itu namanya berjumlah 666:
"Barangsiapa bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam" (Why 13:18)
Sepanjang jaman sudah banyak orang mencoba mencari nama seseorang yang cocok dengan bilangan 666 itu. Puluhan nama telah ditemukan orang, antara lain: kaisar Domitianus, Napoleon, Leo X (paus), Knox, Luther, dan lain-lain. Namun patut diperhatikan apa yang ditulis oleh J.J. de Heer ini:
Sudah barang tentu haruslah ditolak sebagai salah usaha untuk memilih buat bilangan 666 ini nama seseorang dari zaman modern, misalnya Napoleon dan sebagainya. Pada zaman ketika Hitler merajalela di Eropa, ada orang-orang yang mencoba apakah huruf-huruf namanya memberi bilangan 666. Usaha-usaha semacam itu adalah salah karena dalam ayat kita kita ini dikatakan dengan jelas bahwa pembaca-pembaca pertama kitab Wahyu pada zaman Yohanes dapat menebak rahasia bilangan itu dengan hikmat & kebijaksanaan. Bagaimana mungkin mereka menebak nama Napoleon atau Hitler?
Marilah kita perhatikan jumlah nama kaisar Nero yang ditulis dalam bahasa Ibrani, yakni QSR NERWN (baca: kesar neron) :
Bilangannya 666
Bilangan Kaisar Nero
Anda mungkin heran, mengapa di sampingnya ada alternative QSR NRW (baca: kesar Nero) yang hanya berjumlah 616 saja? Nama kaisar Nero dalam bahasa Latinnya tidak berakhiran "n" tetapi berbunyi "Nero" saja. Kalau dibaca secara demikian, maka QSR NRW hanya berjumlah 616. Nah, patut diketahui pula bahwa dalam manuskrip atau naskah kuno dari kitab Wahyu yang tertulis adalah angka 616, bukan 666. Kalau begitu, baik angka 666 yang dimuat oleh kebanyakan manuskrip maupun angka 616 (yang dimuat oleh beberapa naskah kuno) dapat dicocokkan dengan nama kaisar Nero: qsr nrwn (=666) maupun qsr nrw (616). Padahal hal-hal semacam ini bisa mempengaruhi tafsiran.
Dengan uraian di atas sebagai latar belakang, marilah kita menilai ucapan Joseph F.Berg yang dikutip E.G. White dalam buku "The Great Apostasy", hlm. 156-158: "Sekarang kami menantang dunia untuk menemukan suatu nama lain yang mengandung bilangan yang sama dalam tiga bahasa (Yunani, Ibrani dan Latin). Lihat Yoh 19:20. Pertanyaan-pertanyaan atau keberatan-keberatan kita kepada ucapan Joseph F.Berg ini adalah sebagai berikut:
Apa dasar yang dia pakai untuk menafsirkan bahwa penulis Why 13:18 menyuruh pembacanya untuk menebak makna 666 itu sekaligus dalam tiga bahasa, yakni Ibrani, Yunani dan Latin (dengan mengacu pada Yoh 19:20)? Tidak ada dasarnya untuk menghubungkan Why 12:18 dengan Yoh 19:20!
Seandainya (sekali lagi cuma seandainya!) ada hubungan antara Why 13:18 dengan Yoh 19:20, tetap ada hal yang sama sekali tidak pas. Dalam Yoh 19:20 yang ditulis dalam tiga bahasa itu adalah satu kalimat/frasa yang sama, yang dalam bahasa apapun akhirnya berbunyi: Yesus Orang Nazaret Raja Orang Yahudi. Namun dalam teori J.F. Berg di atas, yang ditemukan adalah tiga hal yang berbeda-beda. Untuk bahasa Latin Berg menemukan gelar paus Vicarius Fillii Dei. Untuk bahasa Yunani ia memakai penemuan Santo Irenaeus, yakni kata Lateinos (yang berarti "orang Latin"). Dan untuk bahasa Ibrani ia menemukan kata benda romiith, yang berarti kerajaan Romawi. Selain gado-gado yang ia ciptakan, masih ada pertanyaan mendasar ini: bagaimana mungkin ia mengidentikkan paus dengan kekaisaran Romawi? Tidak sama, bukan? Bagaimana ia menyamakan begitu saja "orang Latin" dengan Gereja Katolik atau dengan para paus di Roma? Mana bisa!
Cara menghitung huruf-huruf Latin juga tidak bisa diterima. Mengapa untuk "VICARIUS FILII DEI' ia hanya menghitung huruf-huruf Romawi yang kebetulan dipakai untuk menyebut bilangan, yakni huruf D (=500); C (=100); L (=50); V (=5) dan I (=1), sedangkan huruf-huruf lain (A, R, S, F, E) diberi nilai nol saja. Kalau begitu sistim penghitungannya tidak sama dengan sistim penghitungan kata Yunani (Lateinos) dan kata Ibrani (romiith). Bukankah untuk kata Yunani dan Ibrani tersebut setiap huruf dihitung? Bagaimana mungkin sistim penghitungannya tidak konsisten? Bisakah pembaca kitab Wahyu mereka-reka semacam itu, padahal gelar "Vicarius Filii Dei" atau Vicarius Christi" untuk paus belum ada pada waktu kitab Wahyu ditulis?
Namun keberatan yang paling serius berasal dari ilmu tafsir yang sudah kami terangkan di atas. Menurut kebanyakan ahli tafsir, angka 666 itu harus dicari dalam diri seorang manusia. Why 13:18 sendiri mengatakan, angka 666 itu adalah "bilangan seorang manusia", bukan bilangan gelar paus (seperti Vicarius Filii Dei", Wakil Anak Allah), bukan pula bilangan suatu kata benda (seperti romiith, = kekaisaran Roma). Sekali lagi, yang harus ditemukan di balik misteri angka 666 itu adalah nama seorang manusia! Di samping itu, bagaimana dengan naskah kitab Wahyu yang memuat angka 616? Tak cocok lagi bukan dengan teori Joseph F.Berg? Sedangkan, kalau nama manusia yang dimaksud adalah kaisar Nero, maka kedua versi naskah Yunani itu (baik yang menulis 666 maupun 616) bisa dihubungkan dengan nama kaisar yang sama, kaisar Nero; perbedaannya cuma cara menyebutnya: Neron (ucapan orang Yahudi) atau Nero (ucapan orang Latin) yang kedua-duanya terbukti dipakai orang dalam sejarah.
Demikianlah tanggapan kita terhadap teori Joseph F. Berg. Dalam segala hal kita perlu waspada dan tidak boleh terlalu mudah terpukau oleh data-data yang mengherankan kita. Hal ini perlu kami tekankan karena seringkali orang terpukau dengan cara tafsir yang sepintas lalu cocok, tetapi ternyata tidak mempunyai dasar yang kuat. Sebagai penutup bagian ini, baiklah kami memberi contoh lain. Pernah beredar juga buku "Saat Pengangkatan Jemaat Sudah Di Ambang Pintu" (untuk kalangan sendiri). Dalam buku ini beberapa kali Gereja Katolik mendapat tuduhan yang keras baik secara langsung maupun secara amat tersamar. Misalnya Gereja Katolik dituduh memperjualbelikan pengampunan dosa, adanya menara (obelisk) di depan Gereja S. Petrus (Roma) dianggap sebagai penjelmaan kembali menara Babel, dan lain-lain. Dalam buku itu ada juga uraian mengenai angka 666. Angka 666 itu ternyata dihubungkan dengan tahun 1776, yaitu tahun berdirinya satu organisasi yang anti-Kristen, bernama Illuminati. Organisasi ini berasal dari Bavaria, Jerman Selatan, dan mengandung paham-paham organisasi Masonry yang dilarang Gereja. Tahun 1776 adalah juga tahun berdirinya Amerika Serikat dan tahun meletusnya Revolusi Perancis. Nah, sekarang bagaimana buku "Saat Pengangkatan Jemaat Sudah di Ambang Pintu" menafsirkan tahun 1776 itu? Pada lambang Illuminati terdapat tulisan MDCCLXXVI, yang berarti 1776, yakni tahun berdiri organisasi itu. Menurut buku ini bilangan dasar dari tahun 1776 (M D C C L X X V I) adalah : D, C, L, X, V, dan I. Tetapi bagaimana dengan huruf M (yang bernilai 1000)? Oh, M adalah D ganda, yaitu D + D (500 + 500=1000); jadi huruf "M" tidak usah dihitung. Maka jumlah tahun 1776 adalah 666, hasil penjumlahan dari D (500) + C (100) + L (50) + X (10) + V (5) + I (1). Maka dari itu buku tersebut di atas mengambil kesimpulan berikut ini:
"Kerajaan antikristus akan berasal dari Romawi dalam hal ini Romawi baru."
Beberapa keberatan kita terhadap tafsiran ini:
Jadi, keberatan mendasar terhadap tafsiran-tafsiran semacam itu ialah kesewenang-wenangan orang dalam mengotak-atik angka itu.
"Gantinya memenuhi tuntutan Allah, jemaat menerima teori-teori dan tradisi manusia. Pertobatan Kaisar Constantine mendatangkan kegembiraan besar pada permulaan abad keempat. Tetapi dia hanya mengenakan jubah kebenaran sewaktu memasuki jemaat. Sekarang moral manusia begitu cepat merosot … Doktrin, upacara-upacara kebaktian serta tahyul-tahyulnya telah berbaur dalam iman dan perbaktian orang-orang yang mengaku pengikut Kristus."
"Doktrin Romanisme yang terutama ialah bahwa paus itulah kepala jemaat Kristus yang kita lihat. Dia diberikan kuasa untuk mengepalai semua imam dan pastor di seluruh dunia. Lebih dari itu, paus diberi gelar ke-allahan … dan dinyatakan tidak bersalah. Dia menuntut penghormatan dari semua manusia. Tuntutan yang dikemukakan oleh setan di padang gurun pencobaan masih dihadapkan melalui Gereja Roma … "
"Setelah menolak Kristus, jemaat tergoda untuk mengabdi kepada wakil-wakil setan yaitu imam-imam Roma."
"Melalui pemimpin-pemimpin jemaat yang tidak berserah, setan juga mengubah hukum keempat dan mencoba menyingkirkan hari Sabat kuno yaitu hari yang diberkati Allah dan disucikan. Sebagai gantinya mereka meninggikan hari pesta orang kafir sebagai "hari matahari yang patut dimuliakan." Pada abad pertama hari Sabat yang benar disucikan oleh semua orang Kristen. … Tetapi dengan kelicikan setan bekerja sama dengan wakil-wakilnya untuk mencapai tujuannya. Supaya perhatian manusia tertarik pada hari Minggu, maka hari itu dijadikan hari pesta untuk menghormati kebangkitan Kristus."
Dibutuhkan studi khusus tentang sejarah dan dokumen-dokumen Gereja Katolik untuk menilai pernyataan-pernyataan Ellen G. White itu. Namun bukan waktunya kita bicarakan di sini. Kita kembali pada buku "Apa yang tersembunyi di balik tata dunia yang baru?" Pada halaman 48-49 dari buku ini kita temukan data berikut ini (yang langsung kami terjemahkan):
Bilangan 666
"Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam." (Why 13:18)
"Sekarang kami menantang dunia untuk menemukan suatu nama lain yang mengandung bilangan yang sama dalam tiga bahasa (Yunani, Ibrani dan Latin). Lihat Yoh 19:20.
- Joseph F.Berg, dalam "The Great Apostasy", hlm. 156-158.
Tanggapan kita
Data di atas bermaksud membuktikan bahwa kaki tangan iblis yang namanya tersembunyi di balik angka 666 itu adalah paus Roma (katolik). Vicarius Filii Dei berarti Wakil Anak Allah, yakni Paus yang menurut keyakinan Katolik adalah Vicarius Christi, artinya Wakil Kristus di dunia. Sepintas lalu data yang disajikan di atas sangat meyakinkan. Namun kalau kita dengan tenang menilainya, muncullah banyak masalah yang jelas membuat kita sama sekali tidak bisa menerima data di atas. Namun sebelum kita melihat kelemahan-kelemahan teori Joseph F.Berg yang dikutip oleh Ellen G. White dalam bukunya, baiklah lebih dahulu kita bahas secara singkat soal penafsiran binatang dalam Why 13 ini.
Kitab Wahyu, yang merupakan buku terakhir dari Perjanjian Baru, termasuk dalam jenis sastera apokaliptik (dari kata kerja Yunani apokalypto yang berarti "membuka atau menyingkap sesuatu yang terselubung"). Adapun latar belakang jenis sastra ini adalah umat Allah yang sedang menderita, dikejar-kejar musuh Allah dan mengalami krisis iman yang cukup hebat. Tidak jarang di tengah penderitaan dan kesukaran hidup yang hebat semacam itu orang beriman menjadi putus asa dan mengira bahwa Allah tidak peduli lagi pada mereka. Mereka pun melihat bahwa dunia ini terlalu jahat, tak ada harapan untuk bisa dipertahankan. Nah, kepada orang-orang seperti inilah ditulis kitab-kitab apokaliptik. Satu dua abad menjelang kedatangan Yesus Kristus ke dunia, dan masih sesudahnya juga, jenis sastra apokaliptik berkembang subur di kalangan orang Yahudi. Dalam sastra apokaliptik itu diungkapkan iman pengarang bahwa dunia yang jahat ini suatu saat akan berakhir dan Allah akan menggantinya dengan dunia yang baru. Allah tidak tinggal diam;suatu saat Allah akan mengadakan intervensi dan akan menang secara definitif atas Iblis. Dengan memakai gambaran-gambaran yang aneh dan lambang-lambang yang tidak selalu mudah ditebak maknanya (agar para kaisar penindas tidak sampai memahaminya), sastra apokaliptik mau menyingkap rahasia sejarah dunia yang akan berakhir dengan kemenangan Allah. Namun hampir semua ahli berpendapat bahwa apa yang diuraikan dalam kitab apokaliptik bukanlah sejarah dalam arti sepenuhnya atau sebenarnya, meskipun tentu saja sastra apokaliptik mengandung unsur-unsur sejarah juga.
Jenis sastra apokaliptik ternyata dipakai juga oleh umat Yesus Kristus! Pada masa yang sulit, yakni masa pengejaran dan penindasan oleh para kaisar Romawi, orang-orang kristen perlu mendapat penghiburan. Iman mereka perlu diteguhkan. Mereka perlu diyakinkan bahwa Iblis beserta kaki tangannya nampaknya menang, namun itu semua cuma sementara waktu saja. Suatu saat Iblis akan dikalahkan dan dibelenggu serta dihukum untuk selama-lamanya (Why 20). Suatu saat langit dan bumi yang lama ini diganti dengan langit & bumi yang baru (Why 21). Apa yang diungkapkan di sini adalah iman semacam itu, bukan suatu sejarah dunia yang mendetil dalam arti kata sebenarnya. Sikap yang baik dalam menafsir kitab Wahyu kiranya sebagai berikut: sedapat mungkin ayat-ayat dalam kitab Wahyu itu dihubungkan dengan sejarah yang dikenal oleh pengarang Wahyu sendiri, yakni dengan kejadian-kejadian sekitar 1900 tahun yang lalu. Tetapi kita tahu bahwa kejadian-kejadian yang dipaparkan dalam kitab Wahyu bisa juga terulang lagi sepanjang sejarah. Kitab Wahyu memberikan pola-pola atau model-model peristiwa yang berlaku sepanjang jaman. Namun tidak berarti, kitab Wahyu boleh ditafsirkan ayat demi ayat dan setiap hal dihubungkan terus dengan sejarah dunia dari dulu sampai sekarang.
Dengan pengantar singkat di atas kita mau menanggapi tuduhan bahwa angka 666 dalam Why 13:18 adalah paus di Roma. Dalam kitab Wahyu digambarkan ada tiga musuh Allah (Why 12; 13; 16:13; 19:20 dan 20:10). Ketiga musuh Allah itu merupakan tiga serangkai yang ingin meniru Tritunggal Mahakudus. Mereka itu adalah naga yang melambangkan Iblis atau Satan (Why 12:9) beserta kedua binatang yang menjadi kaki tangannya, yaitu binatang yang keluar dari lautan (Why 13:1-10) dan yang keluar dari permukaan bumi (Why 13:11-18). Bukan tempatnya di sini memberikan tafsiran yang rinci atas ayat-ayat di atas. Hanya saja perlu dicatat di sini bahwa kebanyakan ahli tafsir (Protestan maupun Katolik) berpendapat bahwa binatang yang muncul dari laut adalah para kaisar Romawi, karena macam-macam alas an, utamanya karena ciri-ciri binatang yang dilukiskan di situ cocok sekali dengan ciri-ciri para kaisar Romawi dahulu. Misalnya, dalam Why 13:3 dilukiskan bagaimana satu dari tujuh kepala binatang yang keluar dari laut itu "seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh …" Hal ini cocok dengan kaisar Nero yang pernah mencoba bunuh diri dengan menusuk lehernya sendiri. Tetapi menurut legenda dia itu tidak sampai mati, melainkan tetap hidup dan bersembunyi di negeri lain; suatu hari ia akan kembali untuk merebut takhta. Baiklah kami kutip di sini kesimpulan yang ditulis oleh Dr. J.J. de Heer, seorang ahli tafsir dari Gereja Reformasi (supaya lebih netral):
Di abad ke-17 dan abad ke-18 di kalangan para penafsir Protestan ada kecenderungan yang kuat untuk melihat dalam binatang ini Paus Roma (yang berusaha menjalankan kuasa duniawi maupun kuasa rohani); tetapi di zaman kita ini kebanyakan penafsir ilmiah kitab Wahyu, baik dari pihak Protestan maupun dari pihak Katolik, berkeyakinan bahwa binatang dalam Wahyu 13 itu adalah Kekaisaran Romawi.
Sekarang mengenai binatang kedua yang keluar dari muka bumi. Binatang ini bertanduk dua seperti domba (Why 13:11-18). Siapakah yang dilambangkan oleh binatang kedua ini? Berdasarkan perbandingan dengan Why 19:20 dan 20:10 bisa disimpulkan bahwa binatang kedua (yang adalah kaki tangan naga dan binatang pertama tadi) adalah para imam atau nabi di Asia Kecil yang bertugas di kuil-kuil kafir Romawi. Mereka itu orang setempat (maka digambarkan muncul dari permukaan bumi). Mereka ikut mempropagandakan pendewaan kaisar Romawi dan membujuk bahkan memaksa rakyat (dengan segala macam tipu muslihat) agar mereka mau menyembah patung kaisar. Hal ini terbukti dari sejarah kuno.Tetapi baiklah kita segera kembali pada pembicaraan pokok kita, yakni tentang binatang yang pertama (Why 13:1-10). Angka 666 yang disebut pada Why 13:18 mengacu pada binatang pertama, jadi mengacu pada kekaisaran Romawi, utamanya dalam diri kaisar Nero. (Di atas sudah kita lihat bahwa kebanyakan ahli tafsir memandang binatang pertama ini sebagai lambang kekaisaran Romawi, bukan para paus di Roma!). Untuk dapat memahami tafsiran ini perlu kita ketahui bahwa setiap alfabet Ibrani berfungsi juga sebagai angka, misalnya huruf pertama (alef) sama dengan 1, huruf kedua (bet) sama dengan 2, huruf kesebelas (kaf) sama dengan 20, huruf kedua belas (lamed) sama dengan 30, dan seterusnya. Hal yang sama juga terjadi pada bahasa Yunani: huruf pertama (alfa) sama dengan 1, huruf kedua (beta) sama dengan 2, dan seterusnya. Nah, binatang yang menjadi kaki tangan Iblis itu namanya berjumlah 666:
"Barangsiapa bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam" (Why 13:18)
Sepanjang jaman sudah banyak orang mencoba mencari nama seseorang yang cocok dengan bilangan 666 itu. Puluhan nama telah ditemukan orang, antara lain: kaisar Domitianus, Napoleon, Leo X (paus), Knox, Luther, dan lain-lain. Namun patut diperhatikan apa yang ditulis oleh J.J. de Heer ini:
Sudah barang tentu haruslah ditolak sebagai salah usaha untuk memilih buat bilangan 666 ini nama seseorang dari zaman modern, misalnya Napoleon dan sebagainya. Pada zaman ketika Hitler merajalela di Eropa, ada orang-orang yang mencoba apakah huruf-huruf namanya memberi bilangan 666. Usaha-usaha semacam itu adalah salah karena dalam ayat kita kita ini dikatakan dengan jelas bahwa pembaca-pembaca pertama kitab Wahyu pada zaman Yohanes dapat menebak rahasia bilangan itu dengan hikmat & kebijaksanaan. Bagaimana mungkin mereka menebak nama Napoleon atau Hitler?
Marilah kita perhatikan jumlah nama kaisar Nero yang ditulis dalam bahasa Ibrani, yakni QSR NERWN (baca: kesar neron) :
Bilangannya 666
Bilangan Kaisar Nero
Anda mungkin heran, mengapa di sampingnya ada alternative QSR NRW (baca: kesar Nero) yang hanya berjumlah 616 saja? Nama kaisar Nero dalam bahasa Latinnya tidak berakhiran "n" tetapi berbunyi "Nero" saja. Kalau dibaca secara demikian, maka QSR NRW hanya berjumlah 616. Nah, patut diketahui pula bahwa dalam manuskrip atau naskah kuno dari kitab Wahyu yang tertulis adalah angka 616, bukan 666. Kalau begitu, baik angka 666 yang dimuat oleh kebanyakan manuskrip maupun angka 616 (yang dimuat oleh beberapa naskah kuno) dapat dicocokkan dengan nama kaisar Nero: qsr nrwn (=666) maupun qsr nrw (616). Padahal hal-hal semacam ini bisa mempengaruhi tafsiran.
Dengan uraian di atas sebagai latar belakang, marilah kita menilai ucapan Joseph F.Berg yang dikutip E.G. White dalam buku "The Great Apostasy", hlm. 156-158: "Sekarang kami menantang dunia untuk menemukan suatu nama lain yang mengandung bilangan yang sama dalam tiga bahasa (Yunani, Ibrani dan Latin). Lihat Yoh 19:20. Pertanyaan-pertanyaan atau keberatan-keberatan kita kepada ucapan Joseph F.Berg ini adalah sebagai berikut:
Apa dasar yang dia pakai untuk menafsirkan bahwa penulis Why 13:18 menyuruh pembacanya untuk menebak makna 666 itu sekaligus dalam tiga bahasa, yakni Ibrani, Yunani dan Latin (dengan mengacu pada Yoh 19:20)? Tidak ada dasarnya untuk menghubungkan Why 12:18 dengan Yoh 19:20!
Seandainya (sekali lagi cuma seandainya!) ada hubungan antara Why 13:18 dengan Yoh 19:20, tetap ada hal yang sama sekali tidak pas. Dalam Yoh 19:20 yang ditulis dalam tiga bahasa itu adalah satu kalimat/frasa yang sama, yang dalam bahasa apapun akhirnya berbunyi: Yesus Orang Nazaret Raja Orang Yahudi. Namun dalam teori J.F. Berg di atas, yang ditemukan adalah tiga hal yang berbeda-beda. Untuk bahasa Latin Berg menemukan gelar paus Vicarius Fillii Dei. Untuk bahasa Yunani ia memakai penemuan Santo Irenaeus, yakni kata Lateinos (yang berarti "orang Latin"). Dan untuk bahasa Ibrani ia menemukan kata benda romiith, yang berarti kerajaan Romawi. Selain gado-gado yang ia ciptakan, masih ada pertanyaan mendasar ini: bagaimana mungkin ia mengidentikkan paus dengan kekaisaran Romawi? Tidak sama, bukan? Bagaimana ia menyamakan begitu saja "orang Latin" dengan Gereja Katolik atau dengan para paus di Roma? Mana bisa!
Cara menghitung huruf-huruf Latin juga tidak bisa diterima. Mengapa untuk "VICARIUS FILII DEI' ia hanya menghitung huruf-huruf Romawi yang kebetulan dipakai untuk menyebut bilangan, yakni huruf D (=500); C (=100); L (=50); V (=5) dan I (=1), sedangkan huruf-huruf lain (A, R, S, F, E) diberi nilai nol saja. Kalau begitu sistim penghitungannya tidak sama dengan sistim penghitungan kata Yunani (Lateinos) dan kata Ibrani (romiith). Bukankah untuk kata Yunani dan Ibrani tersebut setiap huruf dihitung? Bagaimana mungkin sistim penghitungannya tidak konsisten? Bisakah pembaca kitab Wahyu mereka-reka semacam itu, padahal gelar "Vicarius Filii Dei" atau Vicarius Christi" untuk paus belum ada pada waktu kitab Wahyu ditulis?
Namun keberatan yang paling serius berasal dari ilmu tafsir yang sudah kami terangkan di atas. Menurut kebanyakan ahli tafsir, angka 666 itu harus dicari dalam diri seorang manusia. Why 13:18 sendiri mengatakan, angka 666 itu adalah "bilangan seorang manusia", bukan bilangan gelar paus (seperti Vicarius Filii Dei", Wakil Anak Allah), bukan pula bilangan suatu kata benda (seperti romiith, = kekaisaran Roma). Sekali lagi, yang harus ditemukan di balik misteri angka 666 itu adalah nama seorang manusia! Di samping itu, bagaimana dengan naskah kitab Wahyu yang memuat angka 616? Tak cocok lagi bukan dengan teori Joseph F.Berg? Sedangkan, kalau nama manusia yang dimaksud adalah kaisar Nero, maka kedua versi naskah Yunani itu (baik yang menulis 666 maupun 616) bisa dihubungkan dengan nama kaisar yang sama, kaisar Nero; perbedaannya cuma cara menyebutnya: Neron (ucapan orang Yahudi) atau Nero (ucapan orang Latin) yang kedua-duanya terbukti dipakai orang dalam sejarah.
Demikianlah tanggapan kita terhadap teori Joseph F. Berg. Dalam segala hal kita perlu waspada dan tidak boleh terlalu mudah terpukau oleh data-data yang mengherankan kita. Hal ini perlu kami tekankan karena seringkali orang terpukau dengan cara tafsir yang sepintas lalu cocok, tetapi ternyata tidak mempunyai dasar yang kuat. Sebagai penutup bagian ini, baiklah kami memberi contoh lain. Pernah beredar juga buku "Saat Pengangkatan Jemaat Sudah Di Ambang Pintu" (untuk kalangan sendiri). Dalam buku ini beberapa kali Gereja Katolik mendapat tuduhan yang keras baik secara langsung maupun secara amat tersamar. Misalnya Gereja Katolik dituduh memperjualbelikan pengampunan dosa, adanya menara (obelisk) di depan Gereja S. Petrus (Roma) dianggap sebagai penjelmaan kembali menara Babel, dan lain-lain. Dalam buku itu ada juga uraian mengenai angka 666. Angka 666 itu ternyata dihubungkan dengan tahun 1776, yaitu tahun berdirinya satu organisasi yang anti-Kristen, bernama Illuminati. Organisasi ini berasal dari Bavaria, Jerman Selatan, dan mengandung paham-paham organisasi Masonry yang dilarang Gereja. Tahun 1776 adalah juga tahun berdirinya Amerika Serikat dan tahun meletusnya Revolusi Perancis. Nah, sekarang bagaimana buku "Saat Pengangkatan Jemaat Sudah di Ambang Pintu" menafsirkan tahun 1776 itu? Pada lambang Illuminati terdapat tulisan MDCCLXXVI, yang berarti 1776, yakni tahun berdiri organisasi itu. Menurut buku ini bilangan dasar dari tahun 1776 (M D C C L X X V I) adalah : D, C, L, X, V, dan I. Tetapi bagaimana dengan huruf M (yang bernilai 1000)? Oh, M adalah D ganda, yaitu D + D (500 + 500=1000); jadi huruf "M" tidak usah dihitung. Maka jumlah tahun 1776 adalah 666, hasil penjumlahan dari D (500) + C (100) + L (50) + X (10) + V (5) + I (1). Maka dari itu buku tersebut di atas mengambil kesimpulan berikut ini:
"Kerajaan antikristus akan berasal dari Romawi dalam hal ini Romawi baru."
Beberapa keberatan kita terhadap tafsiran ini:
- a) kalau orang hanya menghitung huruf/bilangan dasar suatu angka, misalnya meskipun angka C dan X dua kali muncul dalam MDCCLXXVI ini, keduanya dihitung cuma satu kali, dan kalau orang boleh menghilangkan huruf M karena M adalah D ganda, maka orang bisa menemukan banyak sekali tahun lain yang angka dasarnya mengandung huruf M, D, C, L, X, V, I atau D, C, L, X, V, I. Kita ambil beberapa contoh saja: tahun 766 (DCCLXVI), 867 (DCCCLXVII), tahun 1877 (MDCCCLXXVII); tahun 1678 (MDCLXXVIII) dan seterusnya.
- b) dalam menafsirkan tahun 1776 di atas, huruf M (=1000) dihilangkan dengan alasan M itu sama dengan ganda D, yakni D + D (500 + 500). Bagaimana kalau huruf C saja yang kita lenyapkan karena bukankah C (100) adalah ganda L (L + L = 50 + 50= 100)? Atau huruf X saja, sebab X adalah ganda V.
Jadi, keberatan mendasar terhadap tafsiran-tafsiran semacam itu ialah kesewenang-wenangan orang dalam mengotak-atik angka itu.
No comments:
Post a Comment