Ilmuwan mengungkap bahwa usia Bumi dan Bulan 60 juta tahun lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Peneliti telah melakukan riset dan analisis tentang sifat-sifat gas bernama 'xenon'yang ditemukan dari Afrika Selatan dan Australia.
Dilansir Softpedia, peneliti mengadakan pertemuan Goldschmidt Geochemistry Conference di Sacramento, California pada 10 Juni 2014. Peneliti mengumumkan bahwa Bumi dan Bulan telah ada 60 juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan.
Para ahli melakukan penelitian pada 'quartz samples' dan melihat pada gas xenon di dalamnya untuk bisa menentukan usia planet Bumi. Ilmuwan menganalisis melalui sampel Afrika Selatan bahwa usia Bumi mencapai 3,4 miliar tahun.
Sementara sampel di Australia menunjukkan bahwa planet biru ini berusia 2,7 miliar tahun. Peneliti mengatakan bahwa gas xenon ini tidak mengalami perubahan dalam sejarah planet Bumi.
"Gas yang disegel dalam 'quartz samples' ini telah diwariskan kepada kita, semacam 'kapsul waktu'. Kami menggunakan metode standar untuk menghitung usia Bumi, tetapi mengakses sampel kuno ini memberikan kami data baru dan memungkinkan kami untuk memperbaiki pengukuran," jelas Guillaume Avice dari University of Lorraine, Prancis
Dilansir Softpedia, peneliti mengadakan pertemuan Goldschmidt Geochemistry Conference di Sacramento, California pada 10 Juni 2014. Peneliti mengumumkan bahwa Bumi dan Bulan telah ada 60 juta tahun lebih awal dari yang diperkirakan.
Para ahli melakukan penelitian pada 'quartz samples' dan melihat pada gas xenon di dalamnya untuk bisa menentukan usia planet Bumi. Ilmuwan menganalisis melalui sampel Afrika Selatan bahwa usia Bumi mencapai 3,4 miliar tahun.
Sementara sampel di Australia menunjukkan bahwa planet biru ini berusia 2,7 miliar tahun. Peneliti mengatakan bahwa gas xenon ini tidak mengalami perubahan dalam sejarah planet Bumi.
"Gas yang disegel dalam 'quartz samples' ini telah diwariskan kepada kita, semacam 'kapsul waktu'. Kami menggunakan metode standar untuk menghitung usia Bumi, tetapi mengakses sampel kuno ini memberikan kami data baru dan memungkinkan kami untuk memperbaiki pengukuran," jelas Guillaume Avice dari University of Lorraine, Prancis
No comments:
Post a Comment