Arkeolog dari Institute of Archaeology and Ethnology di Poznan-Polandia, telah menemukan reruntuhan pemukiman Afrika yang diperkirakan berusia 70,000 tahun. Penggalian situs ini sedang berlangsung diwilayah Sudan Utara, dimana dalam penemuan tampaknya bertentangan dengan dugaan sebelumnya, bahwa pembangunan struktur permanen dikaitkan dengan 'Great Exodus' dari Afrika dan pendudukan daerah dingin di Eropa dan Asia.
Situs ini dikenal sebagai Affad 23, arkeolog menganggapnya sebagai satu-satunya wilayah yang memberi bukti di Lembah Nil. Temuan ini menjelaskan bahwa Homo Sapiens awal telah membangun struktur permanen pemukiman Afrika yang cukup besar, dan telah beradaptasi baik dengan lingkungan lahan basah. Bukti baru menunjukkan tingkat pembangunan manusia dan adaptasi yang jauh lebih maju di Afrika selama periode Palaeolithic Tengah.
Temuan Reruntuhan Pemukiman Afrika
Dr Marta Osypinska, salah satu arkeolog menjelaskan, temuan di Affad dianggap unik khususnya terkait dengan pemukiman Afrika periode Palaeolithic Tengah. Sejak musim lalu, tim arkeolog menemukan beberapa jejak struktur kayu ringan. Akan tetapi selama penelitian hingga hari ini, para peneliti mampu menemukan desa dan mengidentifikasi wilayah utilitas tambahan. Termasuk diantaranya lokakarya batu besar dan ruang untuk memotong bangkai hewan yang diburu.
Reruntuhan Pemukiman Afrika
Arkeolog yang terlibat juga menganalisa daftar spesies hewan yang diburu manusia purba. Meskipun peralatan batu yang ditemukan relatif sederhana, kemungkinan besar dibuat menggunakan teknik Levallois, mereka mampu berburu mamalia berbahaya seperti kuda nil, berburu gajah purba dan kerbau, serta hewan kecil lainnya seperti monyet dan tikus tebu atau sejenis hewan pengerat besar yang menghuni lahan basah.
Arkeolog berusaha memperkirakan secara tepat, kapan pemburu Palaeolithic pernah tinggal disini? Tim aerkeolog yang terlibat menggunakan tehnik Optically Stimulated Luminescence (OSL) untuk mengungkap misteri pemukiman Afrika. OSL telah digunakan di dekade terakhir sebagai metode penanggalan berharga untuk berbagai penelitian Eolian, Fluvial, laut dan sedimen colluvial.
Keuntungan utama menggunakan OSL, arkeolog akan menemukan pendaran kuarsa dan butiran berkurang ke tingkat yang didefinisikan rendah, setelah beberapa menit terkena paparan sinar matahari sesuai respon thermoluminescence. Tingkat ini disebut tingkat residu, titik pendaran akumulasi geologi setelah penguburan.
Di tahap ini, akhir episode Palaeolithic Tengah diwilayah Affad terjadi pada akhir periode basah, seperti yang ditunjukkan dari data lingkungan termasuk daftar spesies hewan buruan. Di masa lalu, kondisi ekologi tersebut pernah terjadi setidaknya dua kali, sekitar 75,000 tahun lalu dan sekitar 25,000 tahun lalu.
Piotr Osypinski mengatakan, tugas utama mereka adalah menentukan periode waktu ketika manusia awal membuat pemukiman Afrika ditepi sungai dekat Affad hingga hari ini. Tim arkeolog bekerjasama dengan ilmuwan dari Oxford Brookes University yang memberi bantuan dalam hal menganalisis sejarah geologi daerah. Hasil penelitian situs ini akan membantu menentukan kondisi iklim dan lingkungan yang berlaku di Lembah Nil selama Pleistosen Akhir, dan berharap mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dalam pelestarian situs Affad 23.
Situs ini dikenal sebagai Affad 23, arkeolog menganggapnya sebagai satu-satunya wilayah yang memberi bukti di Lembah Nil. Temuan ini menjelaskan bahwa Homo Sapiens awal telah membangun struktur permanen pemukiman Afrika yang cukup besar, dan telah beradaptasi baik dengan lingkungan lahan basah. Bukti baru menunjukkan tingkat pembangunan manusia dan adaptasi yang jauh lebih maju di Afrika selama periode Palaeolithic Tengah.
Temuan Reruntuhan Pemukiman Afrika
Dr Marta Osypinska, salah satu arkeolog menjelaskan, temuan di Affad dianggap unik khususnya terkait dengan pemukiman Afrika periode Palaeolithic Tengah. Sejak musim lalu, tim arkeolog menemukan beberapa jejak struktur kayu ringan. Akan tetapi selama penelitian hingga hari ini, para peneliti mampu menemukan desa dan mengidentifikasi wilayah utilitas tambahan. Termasuk diantaranya lokakarya batu besar dan ruang untuk memotong bangkai hewan yang diburu.
Reruntuhan Pemukiman Afrika
Arkeolog yang terlibat juga menganalisa daftar spesies hewan yang diburu manusia purba. Meskipun peralatan batu yang ditemukan relatif sederhana, kemungkinan besar dibuat menggunakan teknik Levallois, mereka mampu berburu mamalia berbahaya seperti kuda nil, berburu gajah purba dan kerbau, serta hewan kecil lainnya seperti monyet dan tikus tebu atau sejenis hewan pengerat besar yang menghuni lahan basah.
Arkeolog berusaha memperkirakan secara tepat, kapan pemburu Palaeolithic pernah tinggal disini? Tim aerkeolog yang terlibat menggunakan tehnik Optically Stimulated Luminescence (OSL) untuk mengungkap misteri pemukiman Afrika. OSL telah digunakan di dekade terakhir sebagai metode penanggalan berharga untuk berbagai penelitian Eolian, Fluvial, laut dan sedimen colluvial.
Keuntungan utama menggunakan OSL, arkeolog akan menemukan pendaran kuarsa dan butiran berkurang ke tingkat yang didefinisikan rendah, setelah beberapa menit terkena paparan sinar matahari sesuai respon thermoluminescence. Tingkat ini disebut tingkat residu, titik pendaran akumulasi geologi setelah penguburan.
Di tahap ini, akhir episode Palaeolithic Tengah diwilayah Affad terjadi pada akhir periode basah, seperti yang ditunjukkan dari data lingkungan termasuk daftar spesies hewan buruan. Di masa lalu, kondisi ekologi tersebut pernah terjadi setidaknya dua kali, sekitar 75,000 tahun lalu dan sekitar 25,000 tahun lalu.
Piotr Osypinski mengatakan, tugas utama mereka adalah menentukan periode waktu ketika manusia awal membuat pemukiman Afrika ditepi sungai dekat Affad hingga hari ini. Tim arkeolog bekerjasama dengan ilmuwan dari Oxford Brookes University yang memberi bantuan dalam hal menganalisis sejarah geologi daerah. Hasil penelitian situs ini akan membantu menentukan kondisi iklim dan lingkungan yang berlaku di Lembah Nil selama Pleistosen Akhir, dan berharap mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi dalam pelestarian situs Affad 23.
No comments:
Post a Comment