Gilgal adalah nama tempat di tanah Kanaan atau Israel atau Palestina yang disebutkan dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Dalam Alkitab Terjemahan Baru nama ini muncul 38 kali, semuanya dalam bagian Perjanjian Lama. Masih belum jelas ada berapa sebenarnya tempat yang bernama Gilgal.
Lokasinya pada zaman sekarang diidentifkasikan dengan Khirbet en-Nitleh, meskipun banyak pakar yang menganggap Khirbet El Mafjir lebih mungkin. Khirbet El Mafjir terletak 2 km di timur laut kota kuno Yerikho. Ada pakar yang menduga tempat lain yang sekarang menjadi desa modern Jiljulieh, sebelah barat daya Antipatris, dan timur laut Jaffa atau Yoppa. Ada lagi nama tempat Kilkilieh, 2 mile (3,2 km) di sebelah timur Antipatris, yang juga dapat dilafalkan Gilgal.
Dalam Kitab Ulangan dicatat bahwa Musa berkata:
Dalam Kitab Yosua dicatat bahwa bangsa Israel "telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal 10 bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho" sebagai tempat tinggal pertama saat menginjakkan kaki di tanah Kanaan. Kemudian Yosua menegakkan kedua belas batu yang diambil dari dasar sungai Yordan, yang secara ajaib menjadi kering pada saat penyeberangan, di Gilgal. Kedua belas batu itu menjadi peringatan penyertaan Allah pada kedua belas suku Israel. Ada orang, termasuk Israel Finkelstein, menuduh bahwa riwayat ini dibuat-buat oleh Yosua untuk menjelaskan adanya lingkaran batu yang diperkirakan didirikan pada zaman neolitik, namun anggapan ini tidak disertai cukup bukti. Demikianlah kata Yosua tentang batu-batu itu:
"Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! -- sebab Tuhan, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan Tuhan, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan Tuhan, dan supaya mereka selalu takut kepada Tuhan, Allahmu." Ketika semua raja orang Amori di sebelah barat sungai Yordan dan semua raja orang Kanaan di tepi laut mendengar, bahwa Tuhan telah mengeringkan air sungai Yordan di depan orang Israel, sampai mereka dapat menyeberang, tawarlah hati mereka dan hilanglah semangat mereka menghadapi orang Israel itu.
Setelah setelah mendirikan perkemahan, dan pada masa tenang karena orang-orang Amori dan Kanaan ketakutan tidak berani menyerang mereka, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua: "Buatlah pisau dari batu dan sunatlah lagi orang Israel itu, untuk kedua kalinya." Sebab, semua orang laki-laki yang keluar dari Mesir telah bersunat, tetapi mereka semua telah mati di padang gurun di tengah jalan, sedangkan semua orang yang lahir di padang gurun dalam perjalanan sejak keluar dari Mesir, belum disunat. Lalu Yosua membuat pisau dari batu dan disunatnyalah orang Israel itu di Bukit Kulit Khatan (bahasa Ibrani: גּבעת הערלות, gibh‛ath hā‛ărālōth; bahasa Inggris: Gibeath Haaraloth). Setelah seluruh bangsa itu selesai disunat, maka tinggallah mereka di tempatnya masing-masing di perkemahan itu, sampai mereka sembuh.
Gilgal menjadi tempat perkemahan utama dan markas Yosua selama penaklukan tanah Kanaan. Dari Gilgal pasukan Israel bergerak maju menyerang musuh-musuh mereka. Kemudian Yosua dengan seluruh Israel pulang kembali ke tempat perkemahan di Gilgal. Pembagian tanah Kanaan dimulai untuk suku Yehuda di Gilgal, di mana disebutkan antara lain:
Batas timur ialah Laut Asin sampai ke muara sungai Yordan. Batas pada sisi utara mulai dari teluk di muara sungai Yordan itu: batas itu naik ke Bet-Hogla, melalui sebelah utara Bet-Araba, kemudian batas itu naik ke batu Bohan bin Ruben; lalu dari lembah Akhor batas itu naik ke Debir, dan menuju ke utara ke Gilgal di seberang pendakian Adumim, yang di sebelah selatan sungai. Kemudian batas itu terus ke mata air En-Semes dan keluar ke En-Rogel.
Paskah pertama
Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang ke-14 bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Ini merupakan perayaan Paskah yang pertama setelah mereka menginjakkan kaki di tanah Kanaan, "tanah Perjanjian" itu.
Manna berhenti turun
Pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Perjanjian dengan penduduk negeri Gibeon
Ketika terdengar oleh raja-raja di sebelah barat sungai Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit dan sepanjang tepi pantai Laut Besar sampai ke seberang gunung Libanon, yakni raja-raja orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, apa yang dilakukan Yosua terhadap Yerikho dan Ai, bergabunglah mereka dengan seia sekata untuk memerangi Yosua dan orang Israel. Tetapi penduduk negeri Gibeon pergi kepada Yosua, ke tempat perkemahan di Gilgal. Berkatalah mereka kepadanya dan kepada orang-orang Israel itu dengan berpura-pura: "Kami ini datang dari negeri jauh; maka sekarang ikatlah perjanjian dengan kami." Tanpa meminta keputusan Tuhan, Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat perjanjian dengan mereka, bahwa ia akan membiarkan mereka hidup; dan para pemimpin umat itu bersumpah kepada mereka. Tetapi setelah penipuan itu terbongkar, Yosua memegang janji untuk tidak membasmi mereka, melainkan menjadikan mereka tukang belah kayu dan tukang timba air untuk umat itu dan untuk mezbah Tuhan, di tempat yang akan dipilih-Nya (sampai waktu penulisan Kitab Yosua)
Pada zaman Hakim-hakim
Dicatat dalam Kitab Hakim-hakim, segera setelah bangsa Israel mulai menempati tanah Kanaan menurut pembagian yang dipimpin oleh Yosua atas setiap suku Israel, Malaikat Tuhan pergi dari Gilgal ke Bokhim dan berfirman: "Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan Kubawa ke negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya, tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku. Mengapa kamu perbuat demikian? Lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu." Setelah Malaikat Tuhan mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, menangislah bangsa itu dengan keras. Maka tempat itu dinamai Bokhim. Lalu mereka mempersembahkan korban di sana kepada Tuhan.
Ehud, salah seorang Hakim Israel yang dipilih Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari 18 tahun pendudukan orang Moab, mengatur siasat di Gilgal. Ia baru kembali dari penyerahan upeti kepada Eglon, raja Moab, lalu disuruhnya pembawa-pembawa upeti itu pulang, tetapi ia sendiri berhenti pada batu-batu berpahat yang di dekat Gilgal, dan kembali menghadap raja. Berkatalah Ehud: "Ada pesan rahasia yang kubawa untuk tuanku, ya raja." Kata Eglon: "Diamlah dahulu!" Maka semua orang yang berdiri di depannya itu pergi ke luar. Lalu Ehud masuk mendapatkan dia, sedang ia duduk sendirian di kamar atas di rumah peranginannya. Berkatalah Ehud: "Ada firman Allah yang kubawa untuk tuanku." Lalu bangunlah ia berdiri dari tempat duduknya. Kemudian Ehud mengulurkan tangan kirinya, dihunusnya pedang itu dari pangkal paha kanannya dan ditikamkannya ke perut raja sehingga mati. Peristiwa ini dicatat dalam Kitab Hakim-hakim pasal 3.
Berhubungan dengan Samuel
Gilgal disebut dalam Kitab 1 Samuel sebanyak 12 kali. Termasuk salah satu kota yang rutin dikunjungi oleh Samuel dalam perjalanan keliling tahunannya sebagai Hakim bagi bangsa Israel.
Dari tahun ke tahun ia [Samuel] berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa, dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu, lalu ia kembali ke Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas orang Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi Tuhan.
Adalah tempat Samuel membakar korban persembahan setelah Saul diurapi menjadi raja, dan tempat ia memperbarui penobatan Saul sebagai raja di hadapan bangsa Israel ([[1 Samuel 11]). Diduga sama dengan Gilgal yang dikunjungi Elia and Elisa, meskipun ada anggapan bahwa ini Gilgal yang lain lagi.
Juga tempat dimana Samuel membunuh Agag, raja Amalek, setelah Saul menolak melakukan perintah Allah untuk membinasakan bangsa Amalek seluruhnya (1 Samuel 15: 32, 33).
Kata Samuel: "Seperti pedangmu membuat perempuan-perempuan kehilangan anak, demikianlah ibumu akan kehilangan anak di antara perempuan-perempuan." Sesudah itu Samuel mencincang Agag di hadapan Tuhan di Gilgal.
Haman, yang disebut dalam Kitab Ester pasal 3 ayat 1 putra dari Hammedatha orang Agag adalah keturunan dari raja Agag yang dibunuh oleh Samuel, sehingga ia sangat anti-Yahudi.
Berhubungan dengan Daud
Dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 16 dikisahkan bahwa Daud melarikan diri dari Yerusalem karena kota itu akan segera direbut sementara waktu lamanya oleh putra ketiganya, Absalom. Kemudian Daud berangkat ke arah timur, menyeberangi sungai Yordan, dan sampai ke Mahanaim. Setelah Absalom tewas dibunuh, berangkatlah Daud untuk pulang kembali ke Yerusalem dan sampailah ia ke tepi sungai Yordan. Sementara itu orang Yehuda telah sampai ke Gilgal untuk menyongsong raja dan untuk membawa raja menyeberang sungai Yordan. Sesudah itu berjalanlah raja terus ke Gilgal, dan Kimham [hamba Barzilai, orang Gilead itu] ikut dengan dia. Seluruh rakyat Yehuda bersama-sama setengah dari rakyat Israel telah mengantarkan raja, sampai tiba di Yerusalem.
Gilgal yang dikunjungi Elia dan Elisa
Dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 2, dicatat bahwa:
Menjelang saatnya Tuhan hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.
Dari Gilgal, mereka berdua berjalan ke Betel, ke Yeriho dan kemudian menyeberangi sungai Yordan, di mana "sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai." Dalam riwayat ini tersirat bahwa seluruh perjalanan itu memakan waktu tidak sampai satu hari, karena di Betel maupun Yerikho, para nabi memperingatkan Elisa:
""Sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh Tuhan terangkat ke sorga?" Jawabnya [Elisa]: "Aku juga tahu, diamlah!"
Ada pakar yang menduga Gilgal ini berbeda dengan tempat perkemahan Israel pada zaman Yosua, melainkan adalah desa Jiljilia, sekitar 11 km di utara Betel, meskipun kebanyakan yakin bahwa Gilgal ini sama dengan tempat kudus pada zaman Yosua dan Samuel.
Elisa kembali ke Gilgal pada waktu ada kelaparan di negeri Israel dan membuat mujizat menghilangkan maut dalam kuali.
Berhubungan dengan nabi Amos dan Hosea
Ada yang menganggap bahwa lingkaran batu yang didirikan Yosua di Gilgal menjadi tempat penyembahan berhala yang dikecam keras di dalam kitab para nabi Hosea dan Amos.
Hosea 4:15: Jika engkau ini berzinah, hai Israel, janganlah Yehuda turut bersalah! Janganlah pergi ke Gilgal, dan janganlah naik ke Bet-Awen, dan janganlah bersumpah: "Demi Tuhan yang hidup!"
Hosea 9:15: "Segala kejahatan mereka terjadi di Gilgal, sungguh, di sana Aku mulai membenci mereka. Oleh karena jahatnya perbuatan-perbuatan mereka Aku akan menghalau mereka dari rumah-Ku. Aku tidak akan mengasihi mereka lagi, semua pemuka mereka adalah pemberontak."
Hosea 12:11 (atau ayat ke-12): "Bila di Gilead ada kejahatan, maka mereka menjadi kesia-siaan belaka; di Gilgal mereka mempersembahkan lembu-lembu jantan, maka mezbah-mezbah mereka juga menjadi seperti timbunan batu di alur-alur ladang."
Amos 4:4: "Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!
Amos 5:5: "Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap."
Berhubungan dengan nabi Mikha
Mengingatkan akan peristiwa Baal-Peor, di mana umat Israel menyembah berhala:
Mikha 6:5: "Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari Tuhan."
Berhubungan dengan gubernur Nehemia
Pada pentahbisan tembok Yerusalem, setelah pembangunannya selesai di bawah pimpinan gubernur Nehemia, orang-orang Lewi dipanggil dari segala tempat mereka dan dibawa ke Yerusalem untuk mengadakan pentahbisan yang meriah dengan ucapan syukur dan kidung, dengan ceracap, gambus dan kecapi. Maka berkumpullah kaum penyanyi dari daerah sekitar Yerusalem, dari desa-desa orang Netofa, dari Bet-Gilgal, dari padang Geba dan Asmawet, karena para penyanyi itu telah mendirikan desa-desa sekitar Yerusalem. Tidak ada keterangan lain apakah Bet-Gilgal ini sama atau berbeda dengan Gilgal yang dikenal sebelum masa pembuangan ke Babel.
Lokasinya pada zaman sekarang diidentifkasikan dengan Khirbet en-Nitleh, meskipun banyak pakar yang menganggap Khirbet El Mafjir lebih mungkin. Khirbet El Mafjir terletak 2 km di timur laut kota kuno Yerikho. Ada pakar yang menduga tempat lain yang sekarang menjadi desa modern Jiljulieh, sebelah barat daya Antipatris, dan timur laut Jaffa atau Yoppa. Ada lagi nama tempat Kilkilieh, 2 mile (3,2 km) di sebelah timur Antipatris, yang juga dapat dilafalkan Gilgal.
Dalam Kitab Ulangan dicatat bahwa Musa berkata:
"Jadi apabila Tuhan, Allahmu, telah membawa engkau ke negeri, yang engkau masuki untuk mendudukinya, maka haruslah engkau mengucapkan berkat di atas gunung Gerizim dan kutuk di atas gunung Ebal. Bukankah keduanya terletak di sebelah barat sungai Yordan, di belakang jalan raya sebelah matahari terbenam, di negeri orang Kanaan yang diam di Araba-Yordan, di tentangan Gilgal dekat pohon-pohon tarbantin di More?"Rupanya tempat ini cukup jelas terlihat dari sisi timur sungai Yordan dan cukup penting untuk menandai lokasi gunung-gunung yang khusus itu.
Dalam Kitab Yosua dicatat bahwa bangsa Israel "telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal 10 bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho" sebagai tempat tinggal pertama saat menginjakkan kaki di tanah Kanaan. Kemudian Yosua menegakkan kedua belas batu yang diambil dari dasar sungai Yordan, yang secara ajaib menjadi kering pada saat penyeberangan, di Gilgal. Kedua belas batu itu menjadi peringatan penyertaan Allah pada kedua belas suku Israel. Ada orang, termasuk Israel Finkelstein, menuduh bahwa riwayat ini dibuat-buat oleh Yosua untuk menjelaskan adanya lingkaran batu yang diperkirakan didirikan pada zaman neolitik, namun anggapan ini tidak disertai cukup bukti. Demikianlah kata Yosua tentang batu-batu itu:
"Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini? maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! -- sebab Tuhan, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan Tuhan, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang, supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan Tuhan, dan supaya mereka selalu takut kepada Tuhan, Allahmu." Ketika semua raja orang Amori di sebelah barat sungai Yordan dan semua raja orang Kanaan di tepi laut mendengar, bahwa Tuhan telah mengeringkan air sungai Yordan di depan orang Israel, sampai mereka dapat menyeberang, tawarlah hati mereka dan hilanglah semangat mereka menghadapi orang Israel itu.
Setelah setelah mendirikan perkemahan, dan pada masa tenang karena orang-orang Amori dan Kanaan ketakutan tidak berani menyerang mereka, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua: "Buatlah pisau dari batu dan sunatlah lagi orang Israel itu, untuk kedua kalinya." Sebab, semua orang laki-laki yang keluar dari Mesir telah bersunat, tetapi mereka semua telah mati di padang gurun di tengah jalan, sedangkan semua orang yang lahir di padang gurun dalam perjalanan sejak keluar dari Mesir, belum disunat. Lalu Yosua membuat pisau dari batu dan disunatnyalah orang Israel itu di Bukit Kulit Khatan (bahasa Ibrani: גּבעת הערלות, gibh‛ath hā‛ărālōth; bahasa Inggris: Gibeath Haaraloth). Setelah seluruh bangsa itu selesai disunat, maka tinggallah mereka di tempatnya masing-masing di perkemahan itu, sampai mereka sembuh.
“Dan berfirmanlah Tuhan kepada Yosua: "Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir itu dari padamu." Itulah sebabnya nama tempat itu disebut Gilgal sampai sekarang ” Yosua 5:9Kata Gilgal secara fonetik mirip dengan lafal kata gallothi, artinya "Aku telah menghapus" dalam bahasa Ibrani. Ada juga yang percaya bahwa Gilgal berarti lingkaran batu-batu yang ditegakkan, mengacu kepada monumen batu yang didirikan Yosua di sana.
Gilgal menjadi tempat perkemahan utama dan markas Yosua selama penaklukan tanah Kanaan. Dari Gilgal pasukan Israel bergerak maju menyerang musuh-musuh mereka. Kemudian Yosua dengan seluruh Israel pulang kembali ke tempat perkemahan di Gilgal. Pembagian tanah Kanaan dimulai untuk suku Yehuda di Gilgal, di mana disebutkan antara lain:
Batas timur ialah Laut Asin sampai ke muara sungai Yordan. Batas pada sisi utara mulai dari teluk di muara sungai Yordan itu: batas itu naik ke Bet-Hogla, melalui sebelah utara Bet-Araba, kemudian batas itu naik ke batu Bohan bin Ruben; lalu dari lembah Akhor batas itu naik ke Debir, dan menuju ke utara ke Gilgal di seberang pendakian Adumim, yang di sebelah selatan sungai. Kemudian batas itu terus ke mata air En-Semes dan keluar ke En-Rogel.
Paskah pertama
Sementara berkemah di Gilgal, orang Israel itu merayakan Paskah pada hari yang ke-14 bulan itu, pada waktu petang, di dataran Yerikho. Ini merupakan perayaan Paskah yang pertama setelah mereka menginjakkan kaki di tanah Kanaan, "tanah Perjanjian" itu.
Manna berhenti turun
Pada hari sesudah Paskah mereka makan hasil negeri itu, yakni roti yang tidak beragi dan bertih gandum, pada hari itu juga. Lalu berhentilah manna itu, pada keesokan harinya setelah mereka makan hasil negeri itu. Jadi orang Israel tidak beroleh manna lagi, tetapi dalam tahun itu mereka makan yang dihasilkan tanah Kanaan.
Perjanjian dengan penduduk negeri Gibeon
Ketika terdengar oleh raja-raja di sebelah barat sungai Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit dan sepanjang tepi pantai Laut Besar sampai ke seberang gunung Libanon, yakni raja-raja orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, apa yang dilakukan Yosua terhadap Yerikho dan Ai, bergabunglah mereka dengan seia sekata untuk memerangi Yosua dan orang Israel. Tetapi penduduk negeri Gibeon pergi kepada Yosua, ke tempat perkemahan di Gilgal. Berkatalah mereka kepadanya dan kepada orang-orang Israel itu dengan berpura-pura: "Kami ini datang dari negeri jauh; maka sekarang ikatlah perjanjian dengan kami." Tanpa meminta keputusan Tuhan, Yosua mengadakan persahabatan dengan mereka dan mengikat perjanjian dengan mereka, bahwa ia akan membiarkan mereka hidup; dan para pemimpin umat itu bersumpah kepada mereka. Tetapi setelah penipuan itu terbongkar, Yosua memegang janji untuk tidak membasmi mereka, melainkan menjadikan mereka tukang belah kayu dan tukang timba air untuk umat itu dan untuk mezbah Tuhan, di tempat yang akan dipilih-Nya (sampai waktu penulisan Kitab Yosua)
Pada zaman Hakim-hakim
Dicatat dalam Kitab Hakim-hakim, segera setelah bangsa Israel mulai menempati tanah Kanaan menurut pembagian yang dipimpin oleh Yosua atas setiap suku Israel, Malaikat Tuhan pergi dari Gilgal ke Bokhim dan berfirman: "Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan Kubawa ke negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya, tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku. Mengapa kamu perbuat demikian? Lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu." Setelah Malaikat Tuhan mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, menangislah bangsa itu dengan keras. Maka tempat itu dinamai Bokhim. Lalu mereka mempersembahkan korban di sana kepada Tuhan.
Ehud, salah seorang Hakim Israel yang dipilih Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari 18 tahun pendudukan orang Moab, mengatur siasat di Gilgal. Ia baru kembali dari penyerahan upeti kepada Eglon, raja Moab, lalu disuruhnya pembawa-pembawa upeti itu pulang, tetapi ia sendiri berhenti pada batu-batu berpahat yang di dekat Gilgal, dan kembali menghadap raja. Berkatalah Ehud: "Ada pesan rahasia yang kubawa untuk tuanku, ya raja." Kata Eglon: "Diamlah dahulu!" Maka semua orang yang berdiri di depannya itu pergi ke luar. Lalu Ehud masuk mendapatkan dia, sedang ia duduk sendirian di kamar atas di rumah peranginannya. Berkatalah Ehud: "Ada firman Allah yang kubawa untuk tuanku." Lalu bangunlah ia berdiri dari tempat duduknya. Kemudian Ehud mengulurkan tangan kirinya, dihunusnya pedang itu dari pangkal paha kanannya dan ditikamkannya ke perut raja sehingga mati. Peristiwa ini dicatat dalam Kitab Hakim-hakim pasal 3.
Berhubungan dengan Samuel
Gilgal disebut dalam Kitab 1 Samuel sebanyak 12 kali. Termasuk salah satu kota yang rutin dikunjungi oleh Samuel dalam perjalanan keliling tahunannya sebagai Hakim bagi bangsa Israel.
Dari tahun ke tahun ia [Samuel] berkeliling ke Betel, Gilgal dan Mizpa, dan memerintah atas orang Israel di segala tempat itu, lalu ia kembali ke Rama, sebab di sanalah rumahnya dan di sanalah ia memerintah atas orang Israel; dan di sana ia mendirikan mezbah bagi Tuhan.
Adalah tempat Samuel membakar korban persembahan setelah Saul diurapi menjadi raja, dan tempat ia memperbarui penobatan Saul sebagai raja di hadapan bangsa Israel ([[1 Samuel 11]). Diduga sama dengan Gilgal yang dikunjungi Elia and Elisa, meskipun ada anggapan bahwa ini Gilgal yang lain lagi.
Juga tempat dimana Samuel membunuh Agag, raja Amalek, setelah Saul menolak melakukan perintah Allah untuk membinasakan bangsa Amalek seluruhnya (1 Samuel 15: 32, 33).
Kata Samuel: "Seperti pedangmu membuat perempuan-perempuan kehilangan anak, demikianlah ibumu akan kehilangan anak di antara perempuan-perempuan." Sesudah itu Samuel mencincang Agag di hadapan Tuhan di Gilgal.
Haman, yang disebut dalam Kitab Ester pasal 3 ayat 1 putra dari Hammedatha orang Agag adalah keturunan dari raja Agag yang dibunuh oleh Samuel, sehingga ia sangat anti-Yahudi.
Berhubungan dengan Daud
Dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 16 dikisahkan bahwa Daud melarikan diri dari Yerusalem karena kota itu akan segera direbut sementara waktu lamanya oleh putra ketiganya, Absalom. Kemudian Daud berangkat ke arah timur, menyeberangi sungai Yordan, dan sampai ke Mahanaim. Setelah Absalom tewas dibunuh, berangkatlah Daud untuk pulang kembali ke Yerusalem dan sampailah ia ke tepi sungai Yordan. Sementara itu orang Yehuda telah sampai ke Gilgal untuk menyongsong raja dan untuk membawa raja menyeberang sungai Yordan. Sesudah itu berjalanlah raja terus ke Gilgal, dan Kimham [hamba Barzilai, orang Gilead itu] ikut dengan dia. Seluruh rakyat Yehuda bersama-sama setengah dari rakyat Israel telah mengantarkan raja, sampai tiba di Yerusalem.
Gilgal yang dikunjungi Elia dan Elisa
Dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 2, dicatat bahwa:
Menjelang saatnya Tuhan hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.
Dari Gilgal, mereka berdua berjalan ke Betel, ke Yeriho dan kemudian menyeberangi sungai Yordan, di mana "sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai." Dalam riwayat ini tersirat bahwa seluruh perjalanan itu memakan waktu tidak sampai satu hari, karena di Betel maupun Yerikho, para nabi memperingatkan Elisa:
""Sudahkah engkau tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh Tuhan terangkat ke sorga?" Jawabnya [Elisa]: "Aku juga tahu, diamlah!"
Ada pakar yang menduga Gilgal ini berbeda dengan tempat perkemahan Israel pada zaman Yosua, melainkan adalah desa Jiljilia, sekitar 11 km di utara Betel, meskipun kebanyakan yakin bahwa Gilgal ini sama dengan tempat kudus pada zaman Yosua dan Samuel.
Elisa kembali ke Gilgal pada waktu ada kelaparan di negeri Israel dan membuat mujizat menghilangkan maut dalam kuali.
Berhubungan dengan nabi Amos dan Hosea
Ada yang menganggap bahwa lingkaran batu yang didirikan Yosua di Gilgal menjadi tempat penyembahan berhala yang dikecam keras di dalam kitab para nabi Hosea dan Amos.
Hosea 4:15: Jika engkau ini berzinah, hai Israel, janganlah Yehuda turut bersalah! Janganlah pergi ke Gilgal, dan janganlah naik ke Bet-Awen, dan janganlah bersumpah: "Demi Tuhan yang hidup!"
Hosea 9:15: "Segala kejahatan mereka terjadi di Gilgal, sungguh, di sana Aku mulai membenci mereka. Oleh karena jahatnya perbuatan-perbuatan mereka Aku akan menghalau mereka dari rumah-Ku. Aku tidak akan mengasihi mereka lagi, semua pemuka mereka adalah pemberontak."
Hosea 12:11 (atau ayat ke-12): "Bila di Gilead ada kejahatan, maka mereka menjadi kesia-siaan belaka; di Gilgal mereka mempersembahkan lembu-lembu jantan, maka mezbah-mezbah mereka juga menjadi seperti timbunan batu di alur-alur ladang."
Amos 4:4: "Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga!
Amos 5:5: "Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap."
Berhubungan dengan nabi Mikha
Mengingatkan akan peristiwa Baal-Peor, di mana umat Israel menyembah berhala:
Mikha 6:5: "Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari Tuhan."
Berhubungan dengan gubernur Nehemia
Pada pentahbisan tembok Yerusalem, setelah pembangunannya selesai di bawah pimpinan gubernur Nehemia, orang-orang Lewi dipanggil dari segala tempat mereka dan dibawa ke Yerusalem untuk mengadakan pentahbisan yang meriah dengan ucapan syukur dan kidung, dengan ceracap, gambus dan kecapi. Maka berkumpullah kaum penyanyi dari daerah sekitar Yerusalem, dari desa-desa orang Netofa, dari Bet-Gilgal, dari padang Geba dan Asmawet, karena para penyanyi itu telah mendirikan desa-desa sekitar Yerusalem. Tidak ada keterangan lain apakah Bet-Gilgal ini sama atau berbeda dengan Gilgal yang dikenal sebelum masa pembuangan ke Babel.
No comments:
Post a Comment