Thommanon (bahasa Khmer: ប្រាសាទធម្មនន្ទ) adalah sebuah candi Hindu yang dibangun oleh Raja Suryawarman II (1113–1150) yang terletak di kota kuno Angkor, Kamboja. Candi kecil yang anggun ini terletak di sebelah timur Gerbang Kemenangan kota Angkor Thom dan terletak di utara candi Chau Say Tevoda yang merupakan candi kembaran Thommanon. Bangunan ini merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO, dimasukkan dalam piagam tahun 1992 oleh UNESCO. Candi ini dipersembahkan untuk memuliakan dewa Siwa dan Wishnu.
Para arkeolog yang mempelajari ukiran dewata di dinding Thommanon menyimpulkan bahwa candi ini dibangun pada kurun waktu yang sama dengan awal pembangunan Angkor Wat. Akan tetapi terdapat ketidaksepakatan mengenai kapankah sebenarnya candi ini dibangun. Beberapa pihak percaya gaya ukiran dewata perempuan Apsara menunjukan gaya pada era pemerintahan Jayawarman VI (1080–1113 M), pada kuuurun waktu menjelang akhir abad ke-11. Akan tetapi kesepakatan umum di antara para sejarahwan bahwa candi ini dibangun pada masa pemerintahan Suryawarman II sezaman dengan candi Angkor Wat dan Beng Mealea dari tahun 1113–1150 M
Aliran Waisnawa dianut di Kamboja pada masa pemerintahan Jayawarman II dan putranya Jayawarman III. Di bawah para penguasa ini aliran Saiwa dikalahkan oleh aliran Waisnawa, seperti terdapat pada candi Thommaman, Beng, Melea, Chausey, Tevoda, Bantay Samre, dan Angkor Wat.
Thommanon terletak tepat berseberangan dengan candi bayangannya Chau Say Tevoda dan hanya 500 meter dari Gerbang Kemenangan dalam jalan yang menuju ke candi Ta Keo.Pada tahun 1960-an, candi ini dipugar sepenuhnya dan didanai oleh École française d'Extrême-Orient (EFEO). Para arkeolog Perancis memugarnya dan menambahkan atap beton.
Thommanon adalah candi bermenara tunggal yang menghadap timur, dimahkotai sebuah prasat atau menara. Pintu asuk dari timur melalui gapura dan kemudian mandapa, atau kamar antarala, sebelum mencapai ruangan pusat yang tersuci. Ukiran pada candi ini dalam kondisi yang sangat baik, dan batu pasir ini memberikan kontras dengan hutandi sekelilingnya. Gaya arsitektur candi ini serupa dengan gaya Angkor Wat dan candi Chau Say Tevoda yang terletak di dekatnya. Candi ini dalam kondisi yang lebih baik daripada candi Chau Say Tevoda yang ada di dekatnya, yang kini tengah dipugar, meskipun demikian kedua candi kembar ini memiliki rancangan yang serupa. Alasan mengapa candi ini lebih bertahan dibanding candi lainnya di dekatnya, karena candi ini tidak menggunakan palang kayu penyangga atap seperti yang digunakan candi lain.
Tembok pembatas kompleks candi sudah hilang, menyisakan hanya pintu gerbang di sisi timur dan barat; menara tengah dan sisa candi utama. Diduga kedua candi kembar Thommanon dan Chau Say Thavoda terhubung dalam satu kawasan dengan gapura yang besar. bangunan terpisah dari candi utama disebut perpustakaan.
Para Dewata
Tampilan dewata, figur dewi, seperti yang ditampilkan disini sebagaimana di candi Khmer lainnya. Figur apsara ini adalah daya tarik utama candi Thommanon. Apsara ini mengenakan mahkota bunga, kain sampot (kain Kamboja), kalung, kelat bahu, sabuk dan gelang kaki. Mudra yang ditampilkan sangat rumit. Cara apsara memegang bunga sangat unik, jari tengah dan jari manis menggenggam batang bunga dengan jempol menekannya, sementara jari telunjuk dan jari kelingking lurus. Sikap tangan ini kerap disebut “dewata mudra”, dan juga lazim terdapat di Angkor Wat. Jenis sampot juga dibagi dalam dua jenis sampot, satu jenis berupa gaya kuno sampot berlipit, seperti yang terlihat di relief candi periode Bakheng di Lolei dan Phnom Bok (900 M), dan jenis yang lainnya adalah kain berpola dengan lipatan dan ekor seperti yang terlihat di Angkor Wat.
Para arkeolog yang mempelajari ukiran dewata di dinding Thommanon menyimpulkan bahwa candi ini dibangun pada kurun waktu yang sama dengan awal pembangunan Angkor Wat. Akan tetapi terdapat ketidaksepakatan mengenai kapankah sebenarnya candi ini dibangun. Beberapa pihak percaya gaya ukiran dewata perempuan Apsara menunjukan gaya pada era pemerintahan Jayawarman VI (1080–1113 M), pada kuuurun waktu menjelang akhir abad ke-11. Akan tetapi kesepakatan umum di antara para sejarahwan bahwa candi ini dibangun pada masa pemerintahan Suryawarman II sezaman dengan candi Angkor Wat dan Beng Mealea dari tahun 1113–1150 M
Aliran Waisnawa dianut di Kamboja pada masa pemerintahan Jayawarman II dan putranya Jayawarman III. Di bawah para penguasa ini aliran Saiwa dikalahkan oleh aliran Waisnawa, seperti terdapat pada candi Thommaman, Beng, Melea, Chausey, Tevoda, Bantay Samre, dan Angkor Wat.
Thommanon terletak tepat berseberangan dengan candi bayangannya Chau Say Tevoda dan hanya 500 meter dari Gerbang Kemenangan dalam jalan yang menuju ke candi Ta Keo.Pada tahun 1960-an, candi ini dipugar sepenuhnya dan didanai oleh École française d'Extrême-Orient (EFEO). Para arkeolog Perancis memugarnya dan menambahkan atap beton.
Thommanon adalah candi bermenara tunggal yang menghadap timur, dimahkotai sebuah prasat atau menara. Pintu asuk dari timur melalui gapura dan kemudian mandapa, atau kamar antarala, sebelum mencapai ruangan pusat yang tersuci. Ukiran pada candi ini dalam kondisi yang sangat baik, dan batu pasir ini memberikan kontras dengan hutandi sekelilingnya. Gaya arsitektur candi ini serupa dengan gaya Angkor Wat dan candi Chau Say Tevoda yang terletak di dekatnya. Candi ini dalam kondisi yang lebih baik daripada candi Chau Say Tevoda yang ada di dekatnya, yang kini tengah dipugar, meskipun demikian kedua candi kembar ini memiliki rancangan yang serupa. Alasan mengapa candi ini lebih bertahan dibanding candi lainnya di dekatnya, karena candi ini tidak menggunakan palang kayu penyangga atap seperti yang digunakan candi lain.
Tembok pembatas kompleks candi sudah hilang, menyisakan hanya pintu gerbang di sisi timur dan barat; menara tengah dan sisa candi utama. Diduga kedua candi kembar Thommanon dan Chau Say Thavoda terhubung dalam satu kawasan dengan gapura yang besar. bangunan terpisah dari candi utama disebut perpustakaan.
Para Dewata
Tampilan dewata, figur dewi, seperti yang ditampilkan disini sebagaimana di candi Khmer lainnya. Figur apsara ini adalah daya tarik utama candi Thommanon. Apsara ini mengenakan mahkota bunga, kain sampot (kain Kamboja), kalung, kelat bahu, sabuk dan gelang kaki. Mudra yang ditampilkan sangat rumit. Cara apsara memegang bunga sangat unik, jari tengah dan jari manis menggenggam batang bunga dengan jempol menekannya, sementara jari telunjuk dan jari kelingking lurus. Sikap tangan ini kerap disebut “dewata mudra”, dan juga lazim terdapat di Angkor Wat. Jenis sampot juga dibagi dalam dua jenis sampot, satu jenis berupa gaya kuno sampot berlipit, seperti yang terlihat di relief candi periode Bakheng di Lolei dan Phnom Bok (900 M), dan jenis yang lainnya adalah kain berpola dengan lipatan dan ekor seperti yang terlihat di Angkor Wat.
No comments:
Post a Comment