Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Jan 16, 2018

Bayon

Bayon (bahasa Khmer: ប្រាសាទបាយ័ន, Prasat Bayon) adalah candi agung Kerajaan Khmer di kawasan Angkor, Kamboja. Dibangun pada akhir abad ke-12 hingga awal abad ke-13, candi yang kaya ukiran ini adalah candi agung resmi kerajaan yang bersifat Buddha Mahayana yang dibangun atas prakarsa Raja Jayawarman VII. Candi Bayon berdiri menjulang tepat di pusat ibu kota milik Jayawarman VII Angkor Thom. Setelah Jayawarman wafat, candi ini kerap diubah fungsinya menjadi candi Hindu dan Buddha Theravada sesuai keinginan raja berikutnya.

Ciri utama candi Bayon adalah terdapat banyak wajah berukuran raksasa dengan ekspresi yang tenang, teduh, dan anggun, terukir pada menara-menara candi yang mengelilingi puncak utama.[1] Candi ini juga terkenal dengan dua set bas relief yang menampilkan kombinasi antara mitologi, sejarah, serta adegan sehari-hari pada masa Kerajaan Angkor. Kini upaya pemugaran utama dilakukan oleh pihak konservasi Jepang untuk pelestarian Angkor (Japanese Government team for the Safeguarding of Angkor/JSA) yang menggambarkan candi ini sebagai "sebuah perwujudan paling mengagumkan dari gaya barok" dalam Arsitektur Khmer, yang dibandingkan dengan gaya klasik Angkor Wat.[2]

Simbolisme Buddhis dan pembangunan candi oleh Raja Jayawarman VII


Candi Bayon berfungsi sebagai candi agung negara yang dibangun di pusat Angkor, dan satu-satunya candi negara Angkor yang bersifat Buddha Mahayana dan dipersembahkan kepada Buddha, meskipun banyak dewata rendah dan setempat yang diwujudkan sebagai melambangkan ranah kekuasaan kerajaan. Candi ini adalah candi terpenting yang menjadi pusat dan lambang kekuasaan Jayawarman VII, termasuk juga proyek pembangunan besar lainnya seperti pembangunan tembok kota, jembatan nāga dan seluruh kota Angkor Thom, termasuk candi Preah Khan, Ta Prohm, dan Banteay Kdei.

Kemiripan 216 wajah berukuran besar pada menara candi dengan patung raja membuat para sejarahwan menafsirkan bahwa wajah ini adalah perwujudan wajah sang Raja Jayawarman VII sendiri. Penafsiran lain menganggap bahwa wajah-wajah ini merupakan perwujudan bodhisatwa welas asih Awalokiteswara atau Lokeswara.[3] Kedua hipotesis ini tidak dapat dipandang berdiri sendiri. Menurut sejarahwan Angkor George Coedès, Jayawarman tetap teguh setia dengan tradisi para raja Khmer yang menganggap diri mereka sebagai "dewaraja" (dewa-raja), hal yang membedakan adalah raja-raja pendahulunya yang menganut agama Hindu mengaitkan diri mereka sebagai penitisan Siwa dan mendirikan lingga sebagai lambang Siwa, atau sebagai Wisnu sebagaimana diwujudkan di candi Angkor Wat, sementara Jayawarman yang menganut agama Buddha mengaitkan dirinya sebagai penitisan Buddha sekaligus Bodhisatwa.[4]

Perombakan setelah kematian Jayawarman VII

Setelah mangkatnya Jayawarman VII, candi Bayon mengalami perombakan dan perubahan oleh raja-raja berikutnya.[5] Pada masa pemerintahan Jayawarman VIII pada pertengahan abad ke-13, Kerajaan Khmer kembali memeluk agama Hindu, dan candi negara ini diubah fungsinya menjadi candi Hindu. Pada abad-abad berikutnya ketika kebanyakan masyarakat Khmer beralih memeluk agama Buddha Theravada candi ini juga diubah fungsi sesuai agama tersebut, sebelum akhirnya kota ini ditinggalkan penghuninya dan ditelan lebatnya hutan rimba. Beberapa bagian bangunan yang bukan bagian asli yang ditambahkan kemudian misalnya teras di sisi timur candi, perpustakaan, sudut-sudut melengkung di lorong galeri bagian dalam, serta beberapa bagian di teras atas.

No comments: