Sulit dibayangkan bahwa sejumlah negara kecil di dunia pernah menjadi pusat kebudayaan dan pemerintahan sebuah kerajaan atau kekaisaran dengan wilayah kekuasaan nan luas.
Di Italia, kita kenal dengan sejarah Kekaisaran Romawi yang sempat menguasai sebagian besar daratan Eropa, Afrika bagian utara, dan Mediterania. Di Tanah Air ada Kerajaan Majapahit yang sempat menjadikan Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagai ranah kekuasaannya.
Bahkan, beberapa negara pada masa lampau pernah menguasai hampir seperempat wilayah dunia. Namun, seiring waktu, munculnya konflik dan peristiwa politik membuat kerajaan atau kekaisaran yang dahulu berwilayah luas kini hanya muncul sebagai sebuah negara dengan teritorial yang sempit.
Berikut 6 negara dengan teritorial yang kecil pada masa kini, namun menjadi 'penguasa dunia' pada masa lalu,
1. Britania Raya menjadi Inggris
Kerajaan Britania Raya
Kerajaan itu terkenal sebagai pencaplok hampir sekitar satu per empat wilayah Bumi pada masa kejayaannya sekitar Abad ke-18 hingga ke Abad ke-19. Tak hanya luas wilayahnya yang mumpuni, Kerajaan Britania Raya mampu mempertahankan wilayah kekuasannya yang luas itu hingga ratusan tahun lamanya, jauh lebih lama jika dibandingkan dengan kerajaan besar lain, seperti Romawi, Spanyol, dan Portugis.
Luasnya wilayah kerajaan Britania Raya dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan Angkatan Laut pada masa Raja Henry VII. Sang raja memiliki tekad untuk meluaskan wilayah kekuasaan Britania Raya lewat jalur maritim dan perdagangan via laut.
Selain itu, pembentukan East India Company --sebuah kongsi dagang Britania Raya-- turut membantu perluasan wilayah kekuasaan kerajaan terbesar sepanjang sejarah manusia itu. Pada masa kejayaannya di Abad ke-19, Kerajaan Britania Raya memiliki wilayah kekuasaan meliputi, pesisir timur Amerika Utara dan Amerika Tengah, sepertiga Benua Afrika, India, dan Benua Australia.
Namun seiring waktu, Britania Raya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti korupsi yang meraja lelas di dalam East India Company, Perang Dunia I, dan Perang Dunia II.
Pasca-PD II, sejumlah wilayah kekuasaaan Britania Raya di Kepulauan Pasifik, Afrika, dan Asia melakukan revolusi kemerdekaan yang melahirkan selusin lebih negara baru.
2. Kesultanan Ottoman menjadi Turki
Kekaisaran Ottoman
Kesultanan ini dibangun oleh Dinasti Ottoman dari Turki, sebuah suku besar yang memiliki cikal bakal sejarah sejak invasi Kekaisaran Mongolia ke Mediterania pada 700 Masehi.
Lewat gejolak kudeta, perang, dan konflik yang terjadi menahun, lahirlah Kesultanan Ottoman sekitar tahun 1380 yang didirikan oleh Sultan Osman Gazi. Ottoman membangun wilayah kekuasaannya dari bekas teritorial Kekaisaran Bizantium juga dikenal dengan Kerajaan Romawi Timur.
Dan, bertolak dari sana, kesultanan yang jadi cikal-bakal Turki modern itu mencaplok wilayah kekuasaan di seluruh perimeter pesisir pantai Semenanjung Mediterania, yang meliputi, Mesir, Aljazair, Tunisia, Bosnia, Herzegovina, Serbia, Albania, Rumania, Irak, Siprus, dan Bulgaria.
Seiring waktu, kesulyanan itu mengalami kemunduran krusial sejak menjadi pihak yang kalah pada Perang Dunia I. Hingga pada 1920, muncul Mustafa Kemal Attaturk, bapak bangsa Turki modern, yang melakukan revolusi terhadap dinasti Ottoman.
Pada tahun 1923, perjuangan Mustafa Kemal Attaturk membuahkan hasil setelah dirinya terpilih menjadi presiden pertama Republik Turki.
Munculnya Presiden Attaturk sebagai pemimpin Turki menandai runtuhnya monarki Ottoman, merdekanya sejumlah negara di pesisir Semenanjung Mediterania di Eropa, dan dicaploknya wilayah kekuasaan kerajaan Sultan Osman Gazi di Timur Tengah oleh Inggris dan Prancis.
3. Austro-Hungaria menjadi Austria
Kekaisaran Austro-Hungaria
Kekaisaran ini terbentuk dari gabungan dua wilayah kekuasaan, yakni Kekaisaran Austria dan Kekaisaran Hungaria. Keduanya menandatangani peleburan dua teritorial pasca kemenangan Kekaisaran Austria atau Kekaisaran Prusia pada Perang Tujuh Minggu 1866.
Pasca-peleburan, Kekaisaran Austro-Hungaria menikmati kejayaan di bidang ekonomi dan militer. Wilayah kekaisaran yang memiliki diversitas etnis yang tinggi menikmati kesejahteraan sepanjang Austro-Hungaria berdiri.
Namun, semua berubah sejak Archduke (Adipati) Franz Ferdinand dibunuh pada 1914. Peristiwa itu jadi salah satu faktor meletusnya Perang Dunia I.
Setelah konflik bersenjata berskala besar itu selesai, Kekaisaran Austro-Hungaria yang menelan kekalahan runtuh dan terpecah menjadi sejumlah negara, seperti Republik Cekoslovakia, Hungaria, Polandia, Yugoslavia, dan Austria. Kemudian, setelah Perang Dunia II meletus, sisa-sisa wilayah Kekaisaran Austro-Hungaria kembali pecah menjadi sejumlah negara kecil.
4. Kekaisaran Mongolia menjadi Mongolia
Kekaisaran Mongolia
Reputasi Bangsa Mongol sebagai penakluk dataran Eurasia sangat terkenal sepanjang sejarah. Pada masa kejayaannya, kekaisaran itu berhasil menaklukkan seluruh dataran Asia dan Rusia modern.
Kepemimpinan Gengis Khan dan Kublai Khan yang mumpuni, serta strategi militer yang ciamik, merupakan kunci kesuksesan Kekaisaran Mongolia. Teritorial mereka mencaplok wilayah Semenanjung Korea di timur hingga jauh ke timur Polandia dan Siberia di utara hingga India di selatan. Keruntuhan kekaisaran itu disebabkan oleh sengketa kepemimpinan, kehadiran Dinasti Ming dari China, dan revolusi sejumlah suku-suku lokal di pelosok wilayah. Kini, kekaisaran penguasa Eurasia itu menjadi Mongolia dengan luas wilayah hanya 1,5 juta km persegi.
5. Kekaisaran Romawi menjadi Seluruh Negara di Eropa Barat
Kekaisaran Romawi
Pada masa kejayaannya dan sebelum terpecah menjadi Barat dan Timur, Kekaisaran Romawi (27 SM - 395 M) merupakan penguasa dataran Eropa Barat, pesisir pantai utara Afrika, Mediterania, dan jauh hingga ke Persia (Irak -Iran). Kekaisaran itu menikmati masa kejayaannya dengan mengkombinasikan sistem pemerintahan monarki dan konstitusional. Kekuatan militer yang mumpuni membuat Kekaisaran Romawi mampu mengembangkan lebih luas lagi wilayah bekas kekuasaan Republik Romawi.
Kekuasaan kekaisaran itu berlangsung selama sekitar 300 tahun, sebelum akhirnya mengalami perpecahan akibat konflik politik, korupsi, dan kemunculan kekuatan gereja yang mendominasi kerajaan.
6. Kekaisaran Persia Achaemenid menjadi Iran dan Irak
Kekaisaran Persia Achaemenid
Kekaisaran yang didirikan oleh Cyrus the Great itu berdiri pada 550 SM dan melalui tahap perkembangan yang kompleks. Perkembangan itu ditandai dengan peleburan sejumlah kerajaan kecil yang terdiri dari bangsa Mesir Kuno, Babylonia, dan Lydia di Semenanjung Arab dan Timur Tengah.
Kepemimpinan Cyrus kala menjadi raja ketiga bangsa itu ternyata menuai popularitas. Karena, ia berhasil menyatukan bangsa berbeda latar-belakang melalui toleransi dan pengakuan terhadap agama minoritas. Sehingga, hal itu membuat Cyrus didukung oleh sejumlah pemimpin wilayah lokal yang menisbatkan dirinya sebagai Raja Persia.
Kepemimpinan Cyrus dilanjutkan oleh keturunannya, Darius, Xerxes, dan Artaxerxes selama sekitar 200 tahun. Namun, konflik politik dan perebutan kekuasaan menjadi akhir kekaisaran yang kini meliputi Semenanjung Arab, Israel, Lebanon, Yordania, Mesir, Turki, Yunani, Krimea, dan Iran itu.
Di Italia, kita kenal dengan sejarah Kekaisaran Romawi yang sempat menguasai sebagian besar daratan Eropa, Afrika bagian utara, dan Mediterania. Di Tanah Air ada Kerajaan Majapahit yang sempat menjadikan Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagai ranah kekuasaannya.
Bahkan, beberapa negara pada masa lampau pernah menguasai hampir seperempat wilayah dunia. Namun, seiring waktu, munculnya konflik dan peristiwa politik membuat kerajaan atau kekaisaran yang dahulu berwilayah luas kini hanya muncul sebagai sebuah negara dengan teritorial yang sempit.
Berikut 6 negara dengan teritorial yang kecil pada masa kini, namun menjadi 'penguasa dunia' pada masa lalu,
1. Britania Raya menjadi Inggris
Kerajaan Britania Raya
Kerajaan itu terkenal sebagai pencaplok hampir sekitar satu per empat wilayah Bumi pada masa kejayaannya sekitar Abad ke-18 hingga ke Abad ke-19. Tak hanya luas wilayahnya yang mumpuni, Kerajaan Britania Raya mampu mempertahankan wilayah kekuasannya yang luas itu hingga ratusan tahun lamanya, jauh lebih lama jika dibandingkan dengan kerajaan besar lain, seperti Romawi, Spanyol, dan Portugis.
Luasnya wilayah kerajaan Britania Raya dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan Angkatan Laut pada masa Raja Henry VII. Sang raja memiliki tekad untuk meluaskan wilayah kekuasaan Britania Raya lewat jalur maritim dan perdagangan via laut.
Selain itu, pembentukan East India Company --sebuah kongsi dagang Britania Raya-- turut membantu perluasan wilayah kekuasaan kerajaan terbesar sepanjang sejarah manusia itu. Pada masa kejayaannya di Abad ke-19, Kerajaan Britania Raya memiliki wilayah kekuasaan meliputi, pesisir timur Amerika Utara dan Amerika Tengah, sepertiga Benua Afrika, India, dan Benua Australia.
Namun seiring waktu, Britania Raya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti korupsi yang meraja lelas di dalam East India Company, Perang Dunia I, dan Perang Dunia II.
Pasca-PD II, sejumlah wilayah kekuasaaan Britania Raya di Kepulauan Pasifik, Afrika, dan Asia melakukan revolusi kemerdekaan yang melahirkan selusin lebih negara baru.
2. Kesultanan Ottoman menjadi Turki
Kekaisaran Ottoman
Kesultanan ini dibangun oleh Dinasti Ottoman dari Turki, sebuah suku besar yang memiliki cikal bakal sejarah sejak invasi Kekaisaran Mongolia ke Mediterania pada 700 Masehi.
Lewat gejolak kudeta, perang, dan konflik yang terjadi menahun, lahirlah Kesultanan Ottoman sekitar tahun 1380 yang didirikan oleh Sultan Osman Gazi. Ottoman membangun wilayah kekuasaannya dari bekas teritorial Kekaisaran Bizantium juga dikenal dengan Kerajaan Romawi Timur.
Dan, bertolak dari sana, kesultanan yang jadi cikal-bakal Turki modern itu mencaplok wilayah kekuasaan di seluruh perimeter pesisir pantai Semenanjung Mediterania, yang meliputi, Mesir, Aljazair, Tunisia, Bosnia, Herzegovina, Serbia, Albania, Rumania, Irak, Siprus, dan Bulgaria.
Seiring waktu, kesulyanan itu mengalami kemunduran krusial sejak menjadi pihak yang kalah pada Perang Dunia I. Hingga pada 1920, muncul Mustafa Kemal Attaturk, bapak bangsa Turki modern, yang melakukan revolusi terhadap dinasti Ottoman.
Pada tahun 1923, perjuangan Mustafa Kemal Attaturk membuahkan hasil setelah dirinya terpilih menjadi presiden pertama Republik Turki.
Munculnya Presiden Attaturk sebagai pemimpin Turki menandai runtuhnya monarki Ottoman, merdekanya sejumlah negara di pesisir Semenanjung Mediterania di Eropa, dan dicaploknya wilayah kekuasaan kerajaan Sultan Osman Gazi di Timur Tengah oleh Inggris dan Prancis.
3. Austro-Hungaria menjadi Austria
Kekaisaran Austro-Hungaria
Kekaisaran ini terbentuk dari gabungan dua wilayah kekuasaan, yakni Kekaisaran Austria dan Kekaisaran Hungaria. Keduanya menandatangani peleburan dua teritorial pasca kemenangan Kekaisaran Austria atau Kekaisaran Prusia pada Perang Tujuh Minggu 1866.
Pasca-peleburan, Kekaisaran Austro-Hungaria menikmati kejayaan di bidang ekonomi dan militer. Wilayah kekaisaran yang memiliki diversitas etnis yang tinggi menikmati kesejahteraan sepanjang Austro-Hungaria berdiri.
Namun, semua berubah sejak Archduke (Adipati) Franz Ferdinand dibunuh pada 1914. Peristiwa itu jadi salah satu faktor meletusnya Perang Dunia I.
Setelah konflik bersenjata berskala besar itu selesai, Kekaisaran Austro-Hungaria yang menelan kekalahan runtuh dan terpecah menjadi sejumlah negara, seperti Republik Cekoslovakia, Hungaria, Polandia, Yugoslavia, dan Austria. Kemudian, setelah Perang Dunia II meletus, sisa-sisa wilayah Kekaisaran Austro-Hungaria kembali pecah menjadi sejumlah negara kecil.
4. Kekaisaran Mongolia menjadi Mongolia
Kekaisaran Mongolia
Reputasi Bangsa Mongol sebagai penakluk dataran Eurasia sangat terkenal sepanjang sejarah. Pada masa kejayaannya, kekaisaran itu berhasil menaklukkan seluruh dataran Asia dan Rusia modern.
Kepemimpinan Gengis Khan dan Kublai Khan yang mumpuni, serta strategi militer yang ciamik, merupakan kunci kesuksesan Kekaisaran Mongolia. Teritorial mereka mencaplok wilayah Semenanjung Korea di timur hingga jauh ke timur Polandia dan Siberia di utara hingga India di selatan. Keruntuhan kekaisaran itu disebabkan oleh sengketa kepemimpinan, kehadiran Dinasti Ming dari China, dan revolusi sejumlah suku-suku lokal di pelosok wilayah. Kini, kekaisaran penguasa Eurasia itu menjadi Mongolia dengan luas wilayah hanya 1,5 juta km persegi.
5. Kekaisaran Romawi menjadi Seluruh Negara di Eropa Barat
Kekaisaran Romawi
Pada masa kejayaannya dan sebelum terpecah menjadi Barat dan Timur, Kekaisaran Romawi (27 SM - 395 M) merupakan penguasa dataran Eropa Barat, pesisir pantai utara Afrika, Mediterania, dan jauh hingga ke Persia (Irak -Iran). Kekaisaran itu menikmati masa kejayaannya dengan mengkombinasikan sistem pemerintahan monarki dan konstitusional. Kekuatan militer yang mumpuni membuat Kekaisaran Romawi mampu mengembangkan lebih luas lagi wilayah bekas kekuasaan Republik Romawi.
Kekuasaan kekaisaran itu berlangsung selama sekitar 300 tahun, sebelum akhirnya mengalami perpecahan akibat konflik politik, korupsi, dan kemunculan kekuatan gereja yang mendominasi kerajaan.
6. Kekaisaran Persia Achaemenid menjadi Iran dan Irak
Kekaisaran Persia Achaemenid
Kekaisaran yang didirikan oleh Cyrus the Great itu berdiri pada 550 SM dan melalui tahap perkembangan yang kompleks. Perkembangan itu ditandai dengan peleburan sejumlah kerajaan kecil yang terdiri dari bangsa Mesir Kuno, Babylonia, dan Lydia di Semenanjung Arab dan Timur Tengah.
Kepemimpinan Cyrus kala menjadi raja ketiga bangsa itu ternyata menuai popularitas. Karena, ia berhasil menyatukan bangsa berbeda latar-belakang melalui toleransi dan pengakuan terhadap agama minoritas. Sehingga, hal itu membuat Cyrus didukung oleh sejumlah pemimpin wilayah lokal yang menisbatkan dirinya sebagai Raja Persia.
Kepemimpinan Cyrus dilanjutkan oleh keturunannya, Darius, Xerxes, dan Artaxerxes selama sekitar 200 tahun. Namun, konflik politik dan perebutan kekuasaan menjadi akhir kekaisaran yang kini meliputi Semenanjung Arab, Israel, Lebanon, Yordania, Mesir, Turki, Yunani, Krimea, dan Iran itu.
No comments:
Post a Comment