Letak kota tujuh jemaat di dalam kitab wahyu - dimana pada saat ini merupakan wilayah negara Turki
Peta Anatolia Barat (dahulu termasuk Asia Kecil - sekarang menjadi wilayah Negara Turki) menunjukkan pulau Patmos dan tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.
Tujuh Jemaat di Asia Kecil, juga dikenal sebagai Tujuh Jemaat di Asia (bahasa Inggris: The Seven Churches of Revelation, The Seven Churches of the Apocalypse atau The Seven Churches of Asia) merupakan tujuh gereja di Provinsi Romawi, Asia, (meliputi wilayah Asia Kecil, bukan seluruh benua Asia) yang disebutkan dalam Kitab Wahyu Pasal 1, 2 dan 3. Yohanes sedang berada di pulau Patmos dalam pembuangan atas perintah Kekaisaran Romawi karena mengajarkan iman Kristen. Ketika di sana ia mendapatkan penglihatan di mana ia melihat dan mendengar Yesus Kristus berbicara kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis surat kepada tujuh jemaat. Ke tujuh jemaat itu adalah:
1. EFESUS (EPHESOS)
Ephesos (bahasa Yunani kuno Ἔφεσος, Ephesos; bahasa Turki Efes) atau Efesus adalah kota Yunani kuno, dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil, dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir, Turki. Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma. Ephesos memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia.
Kota ini dulunya terkenal karena adanya "Kuil (dewi) Artemis" (Temple of Artemis; selesai dibangun pada tahun 550 SM), salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Kaisar Konstantin I membangun kembali hampir keseluruhan kota ini dan mendirikan tempat-tempat mandi umum yang baru. Berdasarkan surat perintah "Edik Tesalonika" (Edict of Thessalonica) dari kaisar Theodosius I, kuil itu dihancurkan oleh massa yang dipimpin oleh St. Yohanes Krisostomus.Kota ini sebagian hancur akibat gempa bumi pada tahun 614 M. Pentingnya kota ini sebagai pusat perdagangan menurun karena pelabuhannya lambat laun ditumpuki oleh endapan sungai Cayster (Küçük Menderes).
Efesus adalah salah satu dari tujuh Jemaat di Asia Kecil yang disebutkan dalam Kitab Wahyu kepada Yohanes. Diduga Yohanes menulis Injilnya di kota ini.Pada abad ke-5 kota ini menjadi tempat pertemuan besar orang Kristen, yang disebut "Konsili", salah satu yang terkenal adalah "Konsili Efesus".
2. SMIRNA (SMYRNA)
Smirna (bahasa Yunani Kuno: Σμύρνη or Σμύρνα, Smyrna) adalah kota kuno yang terletak di bagian tengah dan strategis di pantai Laut Aegea dari wilayah Anatolia. Karena kondisi pelabuhan yang menguntungkan, mudahnya dipertahankan dan hubungan darat yang bagus, kota Smirna berkembang menjadi penting. Lokasinya sekarang ini terletak di dalam daerah kota modern İzmir, Turki.
Ada dua lokasi bekas kota ini. Yang bertama dibangun dan menjadi besar pada masa Archaic Yunani sebagai pemukiman kuno orang Yunani di bagian Anatolia barat. Yang kedua, landasannya dihubungkan dengan Aleksander Agung, menjadi kota metropolitan pada masa Kekaisaran Romawi. Kebanyakan reruntuhan yang ditemukan sekarang ini berasal dari zaman Romawi, yaitu setelah gempa bumi di abad ke-2 M.
Sebagai salah satu kota Romawi penting di provinsi Asia, Smirna bersaing dengan kota Efesus dan Pergamum untuk gelar "Kota Paling Utama di Asia."
Sebuah gereja Kristen berdiri di sini sejak awal sekali, mungkin bertumbuh dari koloni orang Yahudi. Merupakan salah satu dari "tujuh jemaat di Asia" yang disebutkan namanya dalam Kitab Wahyu. Santo Ignatius dari Antiokhia mengunjungi Smirna dan kemudian menulis surat-surat kepada uskupnya, Polikarpus. Gerombolan orang Yahudi dan Yunani menyebabkan Polikarpus mati syahid pada tahun 153 M. Ireneus, yang pernah mendengarkan Polikarpus ketika masih kecil, nampaknya berasal dari Smirna. Penduduk kota lain yang terkenal dan dari zaman yang sama adalah Aelius Aristides.
Polycrates melaporkan pergantian uskup-uskup termasuk Polikarpus dari Smryna, maupun yang lain di kota-kota terdekat misalnya Melito di Sardis.
3. PERGAMUS (PERGAMON)
Pergamum atau Pergamon (Yunani: Πέργαμος, kini Bergama di Turki) adalah sebuah kota Yunani Kuno, di Mysia, sebelah barat laut Anatolia, 16 mil dari Laut Aegea, terletak di ujung sisi utara sungai Caicus (kini Bakırçay).
Pergamum memiliki perpustakaan terbaik pada saat peradaban Yunani kuno setelah perpustakaan di Alexandria, Mesir.
Di dekat kota terdapat tempat pemujaan Asclepius, dewa penyembuhan. Di sini, orang dengan masalah kesehatan dapat berendam di mata air suci, dan kelak di mimpi pasien, Asclepius akan datang dan memberi tahu bagaimana cara penyembuhannya.
Pada abad pertama, gereja Kristen di Pergamum disebutkan sebagai salah satu dari tujuh gereja pada kitab Wahyu (Wahyu 1:11).
4. TIATIRA (AKHISAR)
Tiatira (Thyateira atau Thyatira) adalah sebuah kota kuno Yunani yang sekarang ini adalah kota modern Akhisar ("kastil putih"; "white castle") di negara Turki. Nama kuno ini berasal dari bahasa Yunani Koine "Θυάτειρα" (Thuateira). Terjemahan bahasa Turki yang setara dengan Thyateira adalah Tepe Mezarlığı, artinya "kuburan bukit" (hill graveyard). Terletak di bagian barat Turki, sebelah selatan Istanbul dan ke arah timur dari Athena. Berjarak sekitar 50 mil (80 km) dari Laut Tengah
Kota ini mula-mula dikenal sebagai Pelopia (bahasa Yunani: Πελοπία), tetapi dinamai Thyateira (Θυάτειρα) oleh raja Seleucus I Nicator pada tahun 290 SM. Ia sedang berperang melawan Lysimachus ketika mendengar bahwa istrinya melahirkan seorang putri. Menurut Stephanus of Byzantium, ia menyebut kota ini "thuateira" dari kata Yunani "θυγατήρ", "θυγατέρα" (thugater, thugatera), artinya "anak perempuan", meskipun kemungkinan juga adalah nama Lydia kuno. Dalam zaman kuno, Tiatira terletak di perbatasan antara Lydia dan Mysia. Terkenal karena industri pewaranaan kain dan pusat dari perdagangan pewarna Indigo (ungu). Di antara reruntuhan kota kuno, terdapat tulisan-tulisan yang berhubungan dengan organisasi pembuat warna di kota itu. Diketahui ada lebih banyak organisasi (guild) di Tiatira daripada kota-kota lain di provinsi Romawi Asia. Tulisan-tulisan itu menyebutkan antara lain: pengerja kain wol, kain lenan, pembuat baju luar, pewarna kain, pengerja kulit, penyamak kulit, tukang periuk, pembuat roti, pedagang budak dan pengerja perunggu.
Dalam zaman gereja Kristen mula-mula di abad pertama Masehi, Tiatira adalah tempat gereja penting yang disebut sebagai salah satu dari tujuh gereja di Asia dalam kitab Wahyu kepada Yohanes.Menurut kitab tersebut, seorang wanita yang disebut "Izebel" dan menyebut dirinya seorang nabiah, mengajar dan menyesatkan orang Kristen di Tiatira untuk berbuat mesum dan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala.
Rasul Paulus dan Silas mungkin saja mengunjungi Tiatira dalam perjalanannya yang kedua atau ketiga, meskipun tidak ada bukti kuat, selain dicatat bahwa mereka melalui sejumlah kota-kota yang tidak disebut namanya di daerah itu dalam perjalanannya yang kedua. Ketika pertama kalinya sampai di kota Filipi, Paulus dan Silas tinggal di tempat seorang perempuan bernama Lidia, penjual kain ungu dari Tiatira, yang beserta seluruh keluarganya merupakan orang Kristen pertama di tempat itu. Perempuan itu terus menolong mereka ketika dipenjarakan dan sampai dilepaskan.
Pada tahun 366, sebuah pertempuran yang dikenal sebagai "battle of Thyatira" terjadi di dekan Thyateira, di mana tentara kaisar Romawi, Valens, mengalahkan pasukan pemberontak bernama Procopius. Pada tahun 1922, Patriarkh Konstantinopel menunjuk seorang Eksarkh untuk Eropa Barat dan Tengah dengan gelar "Uskup Tiatira" (Archbishop of Thyateira). Uskup yang sekarang (sejak tahun 1988) adalah Gregorios Theocharous. Uskup Tiatira tinggal di London dan mempunyai tanggung jawab pastoral untuk Gereja Ortodoks Timur (Ortodoks Yunani) di Britania Raya.
5. SARDIS (SARDES)
Sardis atau Sardes (bahasa Lydia: Sfard; bahasa Yunani: Σάρδεις, Sardeis; bahasa Persia: سارد, Sārd) adalah kota kuno di tempat yang kini mejadi Sart modern (Sartmahmut sebelum 19 Oktober 2005) di Provinsi Manisa di Turki. Sepanjang sejarahnya, Sardis merupakan kota yang penting. Kota ini adalah ibukota kuno kerajaan Lydia, kota penting di Kekasiaran Persia, kota tempat prokonsul di Kekaisaran Romawi, dan kota besar di provinsi Lydia di Kekaisaran Bizantium.
Sebagai salah satu dari Tujuh gereja di Asia, kota ini disebut dalam Kitab Wahyu 3:1). Kota ini menjadi penting antara lain karena kekuatan militernya, letaknya yang terletak di jalur menuju pesisir Aigea, dan karena memiliki tanah subur di Hermus.
6. FILADELFIA (ALASEHIR)
Alaşehir (Pengucapan bahasa Turki: [aˈɫaʃehiɾ]), dalam zaman kuno sampai Abad Pertengahan dikenal dengan nama Filadelfia (bahasa Inggris: Philadelphia; bahasa Yunani: Φιλαδέλφεια), artinya "(kota) kasih sayang persaudaraan", sekarang adalah sebuah kota dan distrik di Provinsi Manisa, di daerah Aegea, negara Turki. Terletak di lembah Kuzuçay (Cogamus, pada zaman kuno), di kaki gunung Bozdağ (gunung Tmolus pada zaman kuno). Kota ini dihubungkan dengan kota İzmir dengan sebuah jalur kereta api sepanjang 105 km (65 mil). Walikota yang menjabat lama adalah Gökhan Karaçoban.
Dataran tinggi di wilayah ini dipenuhi tanah luas dan subur dari sungai Gediz, (nama kuno: Hermus)) yang memberikan pemandangan luar biasa. Terdapat beberapa mesjid dan gereja Kristen. Juga ada sejumlah industri kecil dan pusat perdagangan. Dari salah satu sumber mata air mineral keluarlah air yang bermuatan tinggi yang terkenal di seluruh Turki.
Di Turki, kota ini dikenal sebagai penghasil kismis dari anggur Sultana. Namun, pasaran buah-buahan segar, yang membutuhkan penanganan lebih sedikit daripada pengeringan buah, menanjak ketenarannya dalam dekade-dekade terakhir. Ketika masih bernama Filadelfia, kota ini merupakan pusat kekristenan penting pada zaman gereja mula-mula (abad pertama M) dan terus sampai ke periode Kekaisaran Bizantin. Sampai sekarang, tempat ini tetap dianggap sebagai titular see Gereja Katolik.
Alaşehir mungkin salah satu kota pertama dengan nama "Filadelfia". Didirikan pada tahun 189 SM oleh Raja Eumenes II dari Pergamon (197-160 SM). Eumenes II menamai kota ini karena kasihnya pada saudara laki-lakinya, yang kelak menggantikannya, Attalus II (159-138 SM), yang kesetiaannya menyebabkan Ia diberi julukan, "Philadelphos", arti harafiahnya "orang yang mengasihi saudara laki-lakinya". Karena tidak memiliki ahli waris, Attalus III Philometer, raja terakhir dari dinasti Attalid di Pergamum, menyerahkan kerajaannya, termasuk kota Filadelfia, kepada sekutunya, Kerajaan Romawi, pada waktu Ia meninggal pada tahun 133 SM. Roma membentuk Provinsi Asia pada tahun 129 SM dengan menggabungkan Ionia dan bekas wilayah Kerajaan Pergamum.
Filadelfia berada dalam distrik administratif Sardis (Pliny NH 5.111). Pada tahun 17 M, kota ini rusak berat akibat gempa bumi, sehingga Kaisar Tiberius memberi keringanan tidak usah membayar pajak (Tacitus Annales 2.47, cf. Strabo 12.8.18, 13.4.10, John Lydus de mensibus 4.115). Sebagai balasan, kota itu memberikan berbagai penghormatan kepada Tiberius. Bukti dari mata uang logam menunjukkan bahwa Caligula pernah membantu kota ini. Di bawah pemerintahan Vespasian, Filadelfia menerima cognomen-nya, Flavia. Di bawah Caracalla, Filadelfia menjadi tempat berdirinya satu kultus imperial; mata uang logamnya bertuliskan Neokoron (arti harafiahnya, "penyapu kuil"/"temple-sweeper"--pengurus kuil). Sebuah teater kecil berada di pinggiran utara bukit Toptepe Hill, merupakan apa yang tersisa dari kota ini pada zaman Romawi.
Meskipun sejumlah kota kuno juga bernama Filadelfia, kota yang sekarang bernama Alaşehir ini jelas adalah salah satu dari tujuh kota di Asia Kecil yang disebutkan oleh Yohanes (pada waktu di pulau Patmos) dalam tiga pasal pertama kitab tulisannya, Wahyu kepada Yohanes. Filadelfia adalah kota keenam dari tujuh kota yang dikirimi surat oleh Yohanes. Bagian surat yang secara khusus ditujukan kepada jemaat gereja di Filadelfia tercantum dalam Wahyu 3:7.
7. LAODIKIA (LAODICEA)
Laodikia atau Laodikea di tepi sungai Lycus (bahasa Yunani: Λαοδίκεια πρός τοῦ Λύκου; bahasa Latin: Laodicea ad Lycum; bahasa Inggris: Laodicea on the Lycus, juga ditransliterasi menjadi Laodiceia atau Laodikeia, dahulu juga dikenal sebagai Diospolis dan Rhoas; bahasa Turki: Laodikya) adalah kota metropolitan kuno di Phrygia Pacatiana (juga diatribusikan ke Caria dan Lydia), yang dibangun di tepi sungai Lycus (Çürüksu), di Anatolia dekat desa modern Eskihisar (Eski Hissar), Denizli, Turki.
Laodikea terletak di perbukitan memanjang yang diapit oleh dua lembah sempit sungai Asopus dan Caprus, yang bermuara ke sungai Lycus. Kota ini semula disebut Diospolis, "Kota Zeus", dan kemudian Rhodas, dan Laodikea, dikatakan didirikan oleh Antiokhos II Theos, pada tahun 261-253 SM, untuk menghormati istrinya Laodice, kemungkinan di lokasi kota tua sebelumnya. Kira-kira 17 km di sebelah barat Kolose, 10 km di selatan Hierapolis, sekitar 160 km di timur Efesus dan, menurut Strabo, berada di jalan utama. Terletak di daerah Phrygia, meskipun beberapa penulis purba menempatkannya di wilayah provinsi lain – tidak heran mengingat batas-batas wilayah ini sering tidak jelas dan tidak konsisten – misalnya Ptolemaeus dan Philostratus menyebutnya kota di daerah Caria, sedangkan Stefanus dari Byzantium (s. v.) menulis termasuk ke dalam wilayah Lydia.
Pada tahun 220 SM, Jenderal Achaeus menjadi rajanya. Kemudian tahun 188 SM, di bawah kekuasaan Kerajaan Pergamon, dan setelah 133 SM dikuasai oleh Kekaisaran Romawi.
Peta Anatolia Barat (dahulu termasuk Asia Kecil - sekarang menjadi wilayah Negara Turki) menunjukkan pulau Patmos dan tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.
Tujuh Jemaat di Asia Kecil, juga dikenal sebagai Tujuh Jemaat di Asia (bahasa Inggris: The Seven Churches of Revelation, The Seven Churches of the Apocalypse atau The Seven Churches of Asia) merupakan tujuh gereja di Provinsi Romawi, Asia, (meliputi wilayah Asia Kecil, bukan seluruh benua Asia) yang disebutkan dalam Kitab Wahyu Pasal 1, 2 dan 3. Yohanes sedang berada di pulau Patmos dalam pembuangan atas perintah Kekaisaran Romawi karena mengajarkan iman Kristen. Ketika di sana ia mendapatkan penglihatan di mana ia melihat dan mendengar Yesus Kristus berbicara kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis surat kepada tujuh jemaat. Ke tujuh jemaat itu adalah:
1. EFESUS (EPHESOS)
Ephesos (bahasa Yunani kuno Ἔφεσος, Ephesos; bahasa Turki Efes) atau Efesus adalah kota Yunani kuno, dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil, dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir, Turki. Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma. Ephesos memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia.
Kota ini dulunya terkenal karena adanya "Kuil (dewi) Artemis" (Temple of Artemis; selesai dibangun pada tahun 550 SM), salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Kaisar Konstantin I membangun kembali hampir keseluruhan kota ini dan mendirikan tempat-tempat mandi umum yang baru. Berdasarkan surat perintah "Edik Tesalonika" (Edict of Thessalonica) dari kaisar Theodosius I, kuil itu dihancurkan oleh massa yang dipimpin oleh St. Yohanes Krisostomus.Kota ini sebagian hancur akibat gempa bumi pada tahun 614 M. Pentingnya kota ini sebagai pusat perdagangan menurun karena pelabuhannya lambat laun ditumpuki oleh endapan sungai Cayster (Küçük Menderes).
Efesus adalah salah satu dari tujuh Jemaat di Asia Kecil yang disebutkan dalam Kitab Wahyu kepada Yohanes. Diduga Yohanes menulis Injilnya di kota ini.Pada abad ke-5 kota ini menjadi tempat pertemuan besar orang Kristen, yang disebut "Konsili", salah satu yang terkenal adalah "Konsili Efesus".
2. SMIRNA (SMYRNA)
Smirna (bahasa Yunani Kuno: Σμύρνη or Σμύρνα, Smyrna) adalah kota kuno yang terletak di bagian tengah dan strategis di pantai Laut Aegea dari wilayah Anatolia. Karena kondisi pelabuhan yang menguntungkan, mudahnya dipertahankan dan hubungan darat yang bagus, kota Smirna berkembang menjadi penting. Lokasinya sekarang ini terletak di dalam daerah kota modern İzmir, Turki.
Ada dua lokasi bekas kota ini. Yang bertama dibangun dan menjadi besar pada masa Archaic Yunani sebagai pemukiman kuno orang Yunani di bagian Anatolia barat. Yang kedua, landasannya dihubungkan dengan Aleksander Agung, menjadi kota metropolitan pada masa Kekaisaran Romawi. Kebanyakan reruntuhan yang ditemukan sekarang ini berasal dari zaman Romawi, yaitu setelah gempa bumi di abad ke-2 M.
Sebagai salah satu kota Romawi penting di provinsi Asia, Smirna bersaing dengan kota Efesus dan Pergamum untuk gelar "Kota Paling Utama di Asia."
Sebuah gereja Kristen berdiri di sini sejak awal sekali, mungkin bertumbuh dari koloni orang Yahudi. Merupakan salah satu dari "tujuh jemaat di Asia" yang disebutkan namanya dalam Kitab Wahyu. Santo Ignatius dari Antiokhia mengunjungi Smirna dan kemudian menulis surat-surat kepada uskupnya, Polikarpus. Gerombolan orang Yahudi dan Yunani menyebabkan Polikarpus mati syahid pada tahun 153 M. Ireneus, yang pernah mendengarkan Polikarpus ketika masih kecil, nampaknya berasal dari Smirna. Penduduk kota lain yang terkenal dan dari zaman yang sama adalah Aelius Aristides.
Polycrates melaporkan pergantian uskup-uskup termasuk Polikarpus dari Smryna, maupun yang lain di kota-kota terdekat misalnya Melito di Sardis.
3. PERGAMUS (PERGAMON)
Pergamum atau Pergamon (Yunani: Πέργαμος, kini Bergama di Turki) adalah sebuah kota Yunani Kuno, di Mysia, sebelah barat laut Anatolia, 16 mil dari Laut Aegea, terletak di ujung sisi utara sungai Caicus (kini Bakırçay).
Pergamum memiliki perpustakaan terbaik pada saat peradaban Yunani kuno setelah perpustakaan di Alexandria, Mesir.
Di dekat kota terdapat tempat pemujaan Asclepius, dewa penyembuhan. Di sini, orang dengan masalah kesehatan dapat berendam di mata air suci, dan kelak di mimpi pasien, Asclepius akan datang dan memberi tahu bagaimana cara penyembuhannya.
Pada abad pertama, gereja Kristen di Pergamum disebutkan sebagai salah satu dari tujuh gereja pada kitab Wahyu (Wahyu 1:11).
4. TIATIRA (AKHISAR)
Tiatira (Thyateira atau Thyatira) adalah sebuah kota kuno Yunani yang sekarang ini adalah kota modern Akhisar ("kastil putih"; "white castle") di negara Turki. Nama kuno ini berasal dari bahasa Yunani Koine "Θυάτειρα" (Thuateira). Terjemahan bahasa Turki yang setara dengan Thyateira adalah Tepe Mezarlığı, artinya "kuburan bukit" (hill graveyard). Terletak di bagian barat Turki, sebelah selatan Istanbul dan ke arah timur dari Athena. Berjarak sekitar 50 mil (80 km) dari Laut Tengah
Kota ini mula-mula dikenal sebagai Pelopia (bahasa Yunani: Πελοπία), tetapi dinamai Thyateira (Θυάτειρα) oleh raja Seleucus I Nicator pada tahun 290 SM. Ia sedang berperang melawan Lysimachus ketika mendengar bahwa istrinya melahirkan seorang putri. Menurut Stephanus of Byzantium, ia menyebut kota ini "thuateira" dari kata Yunani "θυγατήρ", "θυγατέρα" (thugater, thugatera), artinya "anak perempuan", meskipun kemungkinan juga adalah nama Lydia kuno. Dalam zaman kuno, Tiatira terletak di perbatasan antara Lydia dan Mysia. Terkenal karena industri pewaranaan kain dan pusat dari perdagangan pewarna Indigo (ungu). Di antara reruntuhan kota kuno, terdapat tulisan-tulisan yang berhubungan dengan organisasi pembuat warna di kota itu. Diketahui ada lebih banyak organisasi (guild) di Tiatira daripada kota-kota lain di provinsi Romawi Asia. Tulisan-tulisan itu menyebutkan antara lain: pengerja kain wol, kain lenan, pembuat baju luar, pewarna kain, pengerja kulit, penyamak kulit, tukang periuk, pembuat roti, pedagang budak dan pengerja perunggu.
Dalam zaman gereja Kristen mula-mula di abad pertama Masehi, Tiatira adalah tempat gereja penting yang disebut sebagai salah satu dari tujuh gereja di Asia dalam kitab Wahyu kepada Yohanes.Menurut kitab tersebut, seorang wanita yang disebut "Izebel" dan menyebut dirinya seorang nabiah, mengajar dan menyesatkan orang Kristen di Tiatira untuk berbuat mesum dan makan makanan yang dipersembahkan kepada berhala.
Rasul Paulus dan Silas mungkin saja mengunjungi Tiatira dalam perjalanannya yang kedua atau ketiga, meskipun tidak ada bukti kuat, selain dicatat bahwa mereka melalui sejumlah kota-kota yang tidak disebut namanya di daerah itu dalam perjalanannya yang kedua. Ketika pertama kalinya sampai di kota Filipi, Paulus dan Silas tinggal di tempat seorang perempuan bernama Lidia, penjual kain ungu dari Tiatira, yang beserta seluruh keluarganya merupakan orang Kristen pertama di tempat itu. Perempuan itu terus menolong mereka ketika dipenjarakan dan sampai dilepaskan.
Pada tahun 366, sebuah pertempuran yang dikenal sebagai "battle of Thyatira" terjadi di dekan Thyateira, di mana tentara kaisar Romawi, Valens, mengalahkan pasukan pemberontak bernama Procopius. Pada tahun 1922, Patriarkh Konstantinopel menunjuk seorang Eksarkh untuk Eropa Barat dan Tengah dengan gelar "Uskup Tiatira" (Archbishop of Thyateira). Uskup yang sekarang (sejak tahun 1988) adalah Gregorios Theocharous. Uskup Tiatira tinggal di London dan mempunyai tanggung jawab pastoral untuk Gereja Ortodoks Timur (Ortodoks Yunani) di Britania Raya.
5. SARDIS (SARDES)
Sardis atau Sardes (bahasa Lydia: Sfard; bahasa Yunani: Σάρδεις, Sardeis; bahasa Persia: سارد, Sārd) adalah kota kuno di tempat yang kini mejadi Sart modern (Sartmahmut sebelum 19 Oktober 2005) di Provinsi Manisa di Turki. Sepanjang sejarahnya, Sardis merupakan kota yang penting. Kota ini adalah ibukota kuno kerajaan Lydia, kota penting di Kekasiaran Persia, kota tempat prokonsul di Kekaisaran Romawi, dan kota besar di provinsi Lydia di Kekaisaran Bizantium.
Sebagai salah satu dari Tujuh gereja di Asia, kota ini disebut dalam Kitab Wahyu 3:1). Kota ini menjadi penting antara lain karena kekuatan militernya, letaknya yang terletak di jalur menuju pesisir Aigea, dan karena memiliki tanah subur di Hermus.
6. FILADELFIA (ALASEHIR)
Alaşehir (Pengucapan bahasa Turki: [aˈɫaʃehiɾ]), dalam zaman kuno sampai Abad Pertengahan dikenal dengan nama Filadelfia (bahasa Inggris: Philadelphia; bahasa Yunani: Φιλαδέλφεια), artinya "(kota) kasih sayang persaudaraan", sekarang adalah sebuah kota dan distrik di Provinsi Manisa, di daerah Aegea, negara Turki. Terletak di lembah Kuzuçay (Cogamus, pada zaman kuno), di kaki gunung Bozdağ (gunung Tmolus pada zaman kuno). Kota ini dihubungkan dengan kota İzmir dengan sebuah jalur kereta api sepanjang 105 km (65 mil). Walikota yang menjabat lama adalah Gökhan Karaçoban.
Dataran tinggi di wilayah ini dipenuhi tanah luas dan subur dari sungai Gediz, (nama kuno: Hermus)) yang memberikan pemandangan luar biasa. Terdapat beberapa mesjid dan gereja Kristen. Juga ada sejumlah industri kecil dan pusat perdagangan. Dari salah satu sumber mata air mineral keluarlah air yang bermuatan tinggi yang terkenal di seluruh Turki.
Di Turki, kota ini dikenal sebagai penghasil kismis dari anggur Sultana. Namun, pasaran buah-buahan segar, yang membutuhkan penanganan lebih sedikit daripada pengeringan buah, menanjak ketenarannya dalam dekade-dekade terakhir. Ketika masih bernama Filadelfia, kota ini merupakan pusat kekristenan penting pada zaman gereja mula-mula (abad pertama M) dan terus sampai ke periode Kekaisaran Bizantin. Sampai sekarang, tempat ini tetap dianggap sebagai titular see Gereja Katolik.
Alaşehir mungkin salah satu kota pertama dengan nama "Filadelfia". Didirikan pada tahun 189 SM oleh Raja Eumenes II dari Pergamon (197-160 SM). Eumenes II menamai kota ini karena kasihnya pada saudara laki-lakinya, yang kelak menggantikannya, Attalus II (159-138 SM), yang kesetiaannya menyebabkan Ia diberi julukan, "Philadelphos", arti harafiahnya "orang yang mengasihi saudara laki-lakinya". Karena tidak memiliki ahli waris, Attalus III Philometer, raja terakhir dari dinasti Attalid di Pergamum, menyerahkan kerajaannya, termasuk kota Filadelfia, kepada sekutunya, Kerajaan Romawi, pada waktu Ia meninggal pada tahun 133 SM. Roma membentuk Provinsi Asia pada tahun 129 SM dengan menggabungkan Ionia dan bekas wilayah Kerajaan Pergamum.
Filadelfia berada dalam distrik administratif Sardis (Pliny NH 5.111). Pada tahun 17 M, kota ini rusak berat akibat gempa bumi, sehingga Kaisar Tiberius memberi keringanan tidak usah membayar pajak (Tacitus Annales 2.47, cf. Strabo 12.8.18, 13.4.10, John Lydus de mensibus 4.115). Sebagai balasan, kota itu memberikan berbagai penghormatan kepada Tiberius. Bukti dari mata uang logam menunjukkan bahwa Caligula pernah membantu kota ini. Di bawah pemerintahan Vespasian, Filadelfia menerima cognomen-nya, Flavia. Di bawah Caracalla, Filadelfia menjadi tempat berdirinya satu kultus imperial; mata uang logamnya bertuliskan Neokoron (arti harafiahnya, "penyapu kuil"/"temple-sweeper"--pengurus kuil). Sebuah teater kecil berada di pinggiran utara bukit Toptepe Hill, merupakan apa yang tersisa dari kota ini pada zaman Romawi.
Meskipun sejumlah kota kuno juga bernama Filadelfia, kota yang sekarang bernama Alaşehir ini jelas adalah salah satu dari tujuh kota di Asia Kecil yang disebutkan oleh Yohanes (pada waktu di pulau Patmos) dalam tiga pasal pertama kitab tulisannya, Wahyu kepada Yohanes. Filadelfia adalah kota keenam dari tujuh kota yang dikirimi surat oleh Yohanes. Bagian surat yang secara khusus ditujukan kepada jemaat gereja di Filadelfia tercantum dalam Wahyu 3:7.
7. LAODIKIA (LAODICEA)
Laodikia atau Laodikea di tepi sungai Lycus (bahasa Yunani: Λαοδίκεια πρός τοῦ Λύκου; bahasa Latin: Laodicea ad Lycum; bahasa Inggris: Laodicea on the Lycus, juga ditransliterasi menjadi Laodiceia atau Laodikeia, dahulu juga dikenal sebagai Diospolis dan Rhoas; bahasa Turki: Laodikya) adalah kota metropolitan kuno di Phrygia Pacatiana (juga diatribusikan ke Caria dan Lydia), yang dibangun di tepi sungai Lycus (Çürüksu), di Anatolia dekat desa modern Eskihisar (Eski Hissar), Denizli, Turki.
Laodikea terletak di perbukitan memanjang yang diapit oleh dua lembah sempit sungai Asopus dan Caprus, yang bermuara ke sungai Lycus. Kota ini semula disebut Diospolis, "Kota Zeus", dan kemudian Rhodas, dan Laodikea, dikatakan didirikan oleh Antiokhos II Theos, pada tahun 261-253 SM, untuk menghormati istrinya Laodice, kemungkinan di lokasi kota tua sebelumnya. Kira-kira 17 km di sebelah barat Kolose, 10 km di selatan Hierapolis, sekitar 160 km di timur Efesus dan, menurut Strabo, berada di jalan utama. Terletak di daerah Phrygia, meskipun beberapa penulis purba menempatkannya di wilayah provinsi lain – tidak heran mengingat batas-batas wilayah ini sering tidak jelas dan tidak konsisten – misalnya Ptolemaeus dan Philostratus menyebutnya kota di daerah Caria, sedangkan Stefanus dari Byzantium (s. v.) menulis termasuk ke dalam wilayah Lydia.
Pada tahun 220 SM, Jenderal Achaeus menjadi rajanya. Kemudian tahun 188 SM, di bawah kekuasaan Kerajaan Pergamon, dan setelah 133 SM dikuasai oleh Kekaisaran Romawi.
No comments:
Post a Comment