Reruntuhan Romawi Purba di tengah gurun pasir di Suriah menandai lokasi sebuah kota metropolis yang dahulunya begitu berkembang dan memiliki penduduk sekitar 200.000 orang. Kota itu bernama Palmyra. Kota ini menjadi pusat perdagangan, pusat pemberhentian para penjelajah dan merupakan kota yang menghubungkan Damaskus dan Mesopotamia.
Menurut situs GeoWeek, kehebatan kota purba ini ada dalam catatan pada abad ke – 2 sebelum Masehi. Lalu pada abad ke – 16, Palmyra betul-betul ditinggalkan dan diterlantarkan warganya. Akibatnya tidak ada yang memelihara bangunan bersejarah kedua kota itu sehingga bangunan kota banyak yang rusak. Bangunan-bangunan yang dulu sangat mengagumkan seperti teater, gedung parlemen dan kuil besar, semuanya tinggal kenangan menyisakan puing reruntuhan di sana-sini.
Para ahli sejarah dan peneliti lalu menyelidiki reruntuhan Palmyra untuk menjawab pertanyaan. Bagaimana sebuah kota kuno di jamannya bisa berkembang demikian besar dan populer di tengah-tengah gurun pasir ? Sejumlah arkeolog dari Universitas Polandia mungkin telah menemukan jawabannya.
Sisa-sisa reruntuhan bangunan kuno monumental yang terhampar di Kota Palmyra, Suriah. Menurut sejarah dan bukti arkeologi, kota ini dulunya di bawah Kekaisaran Romawi. Palmyra merupakan kota metropolis pedagangan.
Turis asing yang datang ke situs Palmyra sering menaiki unta berkeliling bangunan kota yang telah runtuh.
Teater Roman Palmyra dengan tempat duduk berundak. Di kejauhan tampak tetrapylon dan fortress sebagai background.
Candi Bel di Palmyra tampak megah di saat musim panas tiba.
Pemandangan udara dari reruntuhan situs Palmyra di mana gurun pasir ada di sekeliling bangunan kuno tersebut, masih menyisakan hijaunya tanaman zaitun dan palm.
Saat ekskavasi menggunakan citra satelit menunjukkan ada sekitar dua puluhan desa pertanian yang pernah berjaya di sekitar Palmyra. Peneliti juga menemukan jaringan saluran air dan reservoir yang digunakan untuk menangkap serta menyimpan air hujan. Pada masa itu ladang-ladang pertanian membudidayakan zaitun, buah ara, kacang pistasi dan jelai.
Saluran air digunakan untuk irigasi pertanian sekaligus mengalirkan air ke kota yang terletak antara Romawi dan Kekaisaran Persia. Bagaimana pun hasil penggalian pada situs kuno bisa menjadi jawaban, bahwa manusia di jaman itu sudah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi pertanian, pengairan dan pembuatan bangunan untuk tempat tinggal. Sayang semua bangunan itu kini telah lenyap seiring berjalannya waktu.
Menurut situs GeoWeek, kehebatan kota purba ini ada dalam catatan pada abad ke – 2 sebelum Masehi. Lalu pada abad ke – 16, Palmyra betul-betul ditinggalkan dan diterlantarkan warganya. Akibatnya tidak ada yang memelihara bangunan bersejarah kedua kota itu sehingga bangunan kota banyak yang rusak. Bangunan-bangunan yang dulu sangat mengagumkan seperti teater, gedung parlemen dan kuil besar, semuanya tinggal kenangan menyisakan puing reruntuhan di sana-sini.
Para ahli sejarah dan peneliti lalu menyelidiki reruntuhan Palmyra untuk menjawab pertanyaan. Bagaimana sebuah kota kuno di jamannya bisa berkembang demikian besar dan populer di tengah-tengah gurun pasir ? Sejumlah arkeolog dari Universitas Polandia mungkin telah menemukan jawabannya.
Sisa-sisa reruntuhan bangunan kuno monumental yang terhampar di Kota Palmyra, Suriah. Menurut sejarah dan bukti arkeologi, kota ini dulunya di bawah Kekaisaran Romawi. Palmyra merupakan kota metropolis pedagangan.
Turis asing yang datang ke situs Palmyra sering menaiki unta berkeliling bangunan kota yang telah runtuh.
Teater Roman Palmyra dengan tempat duduk berundak. Di kejauhan tampak tetrapylon dan fortress sebagai background.
Candi Bel di Palmyra tampak megah di saat musim panas tiba.
Pemandangan udara dari reruntuhan situs Palmyra di mana gurun pasir ada di sekeliling bangunan kuno tersebut, masih menyisakan hijaunya tanaman zaitun dan palm.
Saat ekskavasi menggunakan citra satelit menunjukkan ada sekitar dua puluhan desa pertanian yang pernah berjaya di sekitar Palmyra. Peneliti juga menemukan jaringan saluran air dan reservoir yang digunakan untuk menangkap serta menyimpan air hujan. Pada masa itu ladang-ladang pertanian membudidayakan zaitun, buah ara, kacang pistasi dan jelai.
Saluran air digunakan untuk irigasi pertanian sekaligus mengalirkan air ke kota yang terletak antara Romawi dan Kekaisaran Persia. Bagaimana pun hasil penggalian pada situs kuno bisa menjadi jawaban, bahwa manusia di jaman itu sudah mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi pertanian, pengairan dan pembuatan bangunan untuk tempat tinggal. Sayang semua bangunan itu kini telah lenyap seiring berjalannya waktu.
No comments:
Post a Comment