Penaklukan Romawi atas Israel dan Mesir pada akhir abad pertama SM membuat banyak orang Yahudi tinggal di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi (meskipun banyak juga Yahudi yang tinggal di Babilon atau di tempat lainnya di Kekaisaran Parthia). Banyak yang tetap tinggal di Israel, namun yang lainnya pindah ke Roma atau ke berbagai tempat di Romawi. Karena mereka menganut agama yang berbeda dan menjalankan cara hidup yang berbeda, dan karena mereka tak mau menyembah kaisar Romawi sebagai dewa, orang Romawi selalu mencurigai orang Yahudi.
Namun orang Romawi, seperti halnya orang Persia, mengizinkan orang Yahudi melaksanakan agama mereka. Kaisar Romawi, Caligula, memiliki kebijakan anti-Yahudi, dan pada tahun 40 M berusaha untuk menaruh patungnya sendiri di Kuil Besar Yahudi di Yerusalem, namun ketika ada kericuhan terkait hal ini oleh orang Yahudi di Iskandariyah, di Mesir, penerus Caligula, Claudius, memperbolehkan orang Yahudi melaksanakan agama mereka.
Akan tetapi, pada tahun 66 M, pada masa pemerintahan kaisar Nero, orang Yahudi memutuskan untuk memberontak melawan Romawi seperti yang mereka lakukan di bawah pimpinan Makabe dan berusaha memperoleh kemerdekaan mereka kembali. Nero mengirim salah satu jenderal minornya, yakni Vespasianus, yang kelak menjadi kaisar, untuk menghentikan pemberontakan. Ketika Vespasianus menjadi kaisar pada tahun 69 M, putranya, Titus, meneruskan tugas untuk menghentikan pemberontakan Yahudi.
Titus memerangi orang Yahudi hingga dia menang. Salah satu pertahanan terakhir adalah benteng Masada, di sana sekelompok Yahudi berhasil bertahan hingga Romawi membuat jalan landai menuju benteng dan meruntuhkan dindingnya. Ketika Titus kembali ke Roma, saudaranya Domitianus membangun sebuah pelengkung kejayaan besar dari batu untuk memperingatinya, dan dihiasi dengan ukiran yng menggambarkan Titus sedang membawa benda-benda suci Yahudi, termasuk sebuah menorah. Pada tahun 70 M, Titus juga menghancurkan Kuil Kedua Yahudi di Yerusalem, yang masih belum dibangun kembali. Sejarah mengenai pemberontakan ini sebagian besar ditulis oleh penulis Yahudi bernama Josephus.
Pada masa pemerintahan kaisar Hadrianus, orang Yahudi kembali memberontak untuk dapat merdeka dari kekuasaan Romawi. Namun seperti halnya pemberontakan pertama, pemberontakan yang ini juga gagal. Ditambah lagi, Hadrianus membenci orang Yahudi. Hadrianus sangat menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan Yunani, termasuk agama Yunani, dan dia menganggap Yudaisme (serta mungkin juga Kristen) sebagai ajaran sesat. Ketika pemberontakan itu selesai, Hadrianus tidak hanya membawa kembali Israel ke dalam kekuasaan Romawi, tapi dia juga menghancurkan Kuil Kedua, serta memaksa banyak orang Yahudi untuk meninggalkan Yerusalem dan Israel dan bermukim di mana saja di Kekaisaran Romawi atau Parthia. Ini dikenal sebagai diaspora, seperti penyebaran, karena ini membuat orang Yahudi tersebar. Akibatnya, tinggal sedikit orang Yahudi yang bermukim di Israel, lebih banyak orang Yahudi yang tinggal di Babilon, Iskandariyah, Roma, dan kota-kota besar lainnya di Kekaisaran Romawi maupun Parthia.
No comments:
Post a Comment