Para arkeolog di Kota Tua Yerusalem menemukan kain kafan yang diperkirakan pernah digunakan untuk menyelimuti jenazah Yesus. Penemuan itu menyebabkan kain kafan Turin yang diyakini sebagai kain pembungkus tubuh Yesus dipertanyakan keasliannya.
Kontroversi seputar makam dan kain kafan Yesus Kristus terus saja bergulir. Dua tahun lalu umat Nasrani?khususnya para pejabat Vatikan?dikejutkan berita yang memuat tentang penemuan makam Kristus yang berlokasi di Talpiot, Yerusalem. Hal ini tentu berseberangan dengan keyakinan bahwa lokasi penyaliban sekaligus makam Kristus berada dalam Gereja Makam Kristus.
Baru-baru ini kontroversi kembali mencuat seiring penemuan terbaru para arkeolog di sebuah gua di Hinnom Valley, dekat Kota Tua Yerusalem. Sebelumnya, potongan kain kafan yang dipercaya sebagai pembungkus jenazah Yesus ditemukan di Italia dan tidak pernah sekalipun ditemukan di Yerusalem. Para ahli yang sempat mengamati struktur dan desain kain menuturkan bahwa kain kafan yang ditemukan di Kota Tua Yerusalem sungguh berbeda dengan kain kafan Turin.
?Kain Turin terbuat dari tenunan kain kepar (kain yang menghasilkan efek paralel diagonal). Kain kepar hanya digunakan pada Abad Pertengahan,? ujar Profesor Shimon Gibson, arkeolog yang menemukan gua di Hinnom Valley. Lantas apa hubungan Abad Pertengahan dengan kain kafan yang diyakini sebagai pembungkus Yesus? Abad Pertengahan (Medieval) adalah periode waktu antara abad 5?15 Masehi. Sementara itu,Yesus hidup antara tahun 4?30 Masehi.
?Kain kafan yang ditemukan di Yerusalem menunjukkan adanya praktik menenun yang biasa dilakukan orang-orang pada masa kehidupan Yesus," imbuhnya. Kain yang ditemukan itu dibuat lewat cara menenun sederhana yang dibentuk dari dua jalinan saja. Perdebatan mengenai kain kafan Yesus tampaknya akan sulit melebur.
Bulan lalu seorang peneliti Vatikan, Barbara Frale menyatakan bahwa dia menemukan tulisan berbunyi ?Jesus Nazarene? pada lembar kain kafan Turin. Penemuan ini lantas dianggap sebagai bukti bahwa kain linen tersebut pernah melekat di tubuh Yesus. Frale menambahkan, pihaknya telah melakukan serangkaian analisis foto terhadap kain kafan Turin.
Hasilnya, kain kafan Turin menampakkan sederet tulisan dalam bahasaYunani, Aramik, dan Latin. Tulisan dalam 3 bahasa ini pun sudah teruji keasliannya. Kini, penemuan kain kafan di sebuah gua di Hinnom Valley mendadak muncul dalam jalur yang bertolak belakang dengan keyakinan atas keaslian kain kafan Turin.
Kain kafan ini ditemukan tim arkeolog dari Hebrew University dan Albright Research Institute yang keduanya berlokasi di Yerusalem. Pintu masuk gua ini tertutup rapat oleh sebongkah batu besar. Para ilmuwan telah melakukan tes DNA, dan hasilnya kini telah didapatkan. Gua di Hinnom Valley ini merupakan makam seorang pria yang sepanjang hidupnya menderita penyakit lepra. Pria ini akhirnya meninggal setelah sebelumnya terjangkit tuberkulosis
No comments:
Post a Comment