Selama ribuan tahun, banyak orang yang telah membaca Iliad karya Homeros dan mengetahui kisah Perang Troya. Akan tetapi, tidak diketahui apakah kisah tersebut pernah benar-benar terjadi, atau apakah kota Troya pernah benar-benar ada, hingga pada 1800-an M, orang Jerman bernama Heinrich Schliemann memutuskan untuk mencari Troya melalui arkeologi, dan akhirnya di dekat daerah Hissarlik (Turki utara), Heinrich berhasil menemukan reruntuhan Troya.
Kota Troya kemungkinan mulai dihuni sekitar 3000 SM. Pada awalnya Troya hanyalah sebuah desa kecil, yang disebut Troya I oleh para arkeolog. Di sana terdapat sebuah benteng di mana ketua suku dan keluarganya tinggal, sedangkan penduduk desa lainnya tinggal di luar benteng di rumah-rumah dari bata lumpur. Desa ini hancur oleh suatu kebakaran besar sekitar 2500 SM.
Setelah kota Troya I hancur terbakar sekitar 2500-an SM, penduduknya membangun kembali kota itu di atas reruntuhan bangunan-bangunan lama. Namun kali ini mereka membangun kota yang lebih baik dan lebih besar. Dibangun pula dinding batu besar dengan gerbang besar. Dinding ini mengelilingi sebuah kuil atau istana yang bergaya megaron. Meskipun demikian, sebagian besar penduduk masih tinggal di rumah-rumah kecil di luar dinding batu.
Kota ini kini disebut Troya II, dan penduduknya mampu membuat tembikar menggunakan roda tembikar tapi belum menggunakan perunggu. Mereka juga melakukan perdagangan dengan bangsa Yunani di sebelah barat Troya, di seberang Laut Aigea.
Sekitar 2300-an SM, istana atau kuil di Troya mengalami kehancuran dan digantikan oleh rumah biasa. Kemudian pada 2250 SM, Troya mengalami suatu kebakaran besar yang menghancurkan kota ini.
Kebakaran besar yang menghancurkan Troya II, sekitar 2250 SM, kemungkinan merupakan bagian dari serangan terhadap kota itu. Setelah kebakaran itu, Troya mungkin dibangun oleh kelompok orang yang berbeda, meskipun tetap terkait dengan penduduk Troya II, barangkali Troya ditaklukan oleh kota saingannya. Penduduk Troya II yang mengubur harta mereka ketika mengetahui kedatangan musuh tak pernah kembali dan menggali lagi harta mereka, mungkin karena mereka terbunuh dalam perang atau ditawan.
Penduduk Troya III melakukan beberapa hal yang berbeda dari penduduk Troya II. Mereka tidak membangun istana ataupun benteng. Alih-alih, mereka membangun kota kecil yang padat, dengan jalanan sempit di antara blok-blok perumahan. Rumah-rumah di Troya dibangun dari batu, bukan lagi dari bata lumpur.
Akan tetapi orang Troya III terkenal berantakan. Mereka meninggalkan tumpukan cangkang kerang dan tulang rusa di lantai rumah mereka (dan mungkin banyak sampah lainnya tapi sudah membusuk). Saat sampahnya sudah terlalu tinggi, orang Troya III hanya meinggikan dinding dan atap dan terus tinggal di sana.
Banyaknya tulang rusa juga menunjukkan bahwa orang Troya III memiliki senjata baru, yaitu panah. Panah mempermudah berburu rusa. Troya III berlangsung selama 100-an tahun hingga sekitar 2150-an SM.
Tidak diketahui penyebab perubahan Troya III menjadi Troya IV, sekitar 2150-an SM. Penduduknya masih sama, tapi kini mereka memiliki kota yang lebih besar dan kuat dengan dinding batu besar di sekelilingnya. Orang-orang tinggal di rumah-rumah kecil, dengan jalanan sempit. Mereka tidak berantakan seperti orang Troya III. Banyak rumah yang memiliki oven memasak. Troya IV bertahan sekitar 150-an tahun, hingga 2000-an SM.
Troya V bemula sejak 2000-an SM. Penduduknya masih keturunan dari penduduk Troya IV tapi kehidupannya tampak lebih baik dan teratur. Rumah-rumahnya lebih besar, lebih rapi, dan lebih bersih. Di dalam rumah terdapat kursi, bangku, oven, dan perapian.
Penduduk Troya V tidak banyak memakan rusa. Alih-alih berburu, mereka kini lebih mengandalkan peternakan, dan lebih banyak memakan daging sapi dan babi. Mereka melakukan perdagangan dengan orang Asia Barat dan Laut Tengah timur. Mereka juga telah menggunakan perunggu.
Troya V berlangsung selama 100-150-an tahun hingga sekitar 1900-an SM. Tidak diketahui apa yang terjadi pada penduduk Troya IV, tapi kemudian mereka digantikan oleh penduduk baru yang lalu membangun Troya VI.
Sekitar 1900 SM, kelompok orang baru menghuni Troya. Tidak diketahui apa yang terjadi pada penduduk Troya V, tapi penduduk Troya VI membangun kembali kota ini. Penduduk baru ini menggunacakan jenis tembikar yang berbeda dari penduduk Troya V, termasuk Benda Minyan yang dibawa oleh orang Yunani ke Yunani sekitar masa itu. Selain itu, penduduk Troya IV telah menggunakan kuda. Mungkin mereka adalah keturunan bangsa India-Eropa, yang datang dari kawasan antara Laut Hitam dan Laut Kaspia di Georgia modern.
Troya VI lebih besar dan lebih baik daripada yang sebelumnya. Dinding batunya dibangun lagi lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih luas, barangkali penduduknya sudah memiliki keahlian membangun dinding batu sebelum datang ke sini. Di dalam kota, jalan terhubung antar petak satu dengan petak lainnya hingga ke arah atas menuju istana, yang disebut Rumah Tiang. Bangunan ini begitu luas sehingga beberapa ribu penduduk Troya VI harus tinggal di luar dinding seperti di Troya II.
Pada 1400-an SM, penduduk Torya VI berdagang dengan bangsa Yunani Mykenai di barat, serta dengan bangsa Het di timur. Telah ditemukan banyak tembikar Mykenai di Troya. Mungkin penduduk Troya VI mengekspore kuda ke Mykenai, apalagi Homeros menyebut Troya sebagai "kota kuda baik," atau mungkin juga pakaian, karena banyak pula ditemukan alat penenun di Torya.
Sekitar 1250-an SM, sebuah gempa hebat menghancurkan Troya VI.
Setelah Troya VI hancur karena gempa besar, penduduknya membangun kembali kota itu dan mendirikan Troya VII di atas reruntuhan kota lama. Kota inilah yang diserang oleh pasukan Yunani pada Perang Troya.
Banyak pendapat mengenai keadaan Troya VII. Beberapa sejarawan menyatkan bahwa Troya VII lebih kecil dan miskin daripada Troya VI, tapi penggalian terkini menunjukkan bahwa banyak pemukiman di luar dinding Troya VII, menunjukkan bahwa kota ini adalah sebuah kota yang besar.
No comments:
Post a Comment