a. Hubungannya dengan Kerajaan Israel (Israel Utara)
Jika pandangan A Alt benar, maka Yehuda dan Israel dalam mengangkat raja-raja yang berbeda, bertindak sesuai hak-hak mereka sebagai kekuatan politik yang sah dan terpisah-pisah. Kecuali Yerobeam, kelihatannya raja-raja Israel tidak menginginkan keruntuhan Yehuda (bandingkan 2 Raja 14:13-14), dan tak pernah para nabi mempersoalkan hak keberadaan Israel sebagai satu kerajaan, walau mereka sudah terlebih dahulu melihat saatnya Israel akan kembali taat kepada 'Daud'.
Warisan kekayaan peninggalan Salomo kelihatannya menopang Yehuda saat terjadinya perpecahan, kendati tanahnya kurang subur dan penduduknya sedikit dibandingkan penduduk kerajaan Utara. Walaupun ada yg mengatakan kebalikannya, tapi tidak ada bukti bahwa kemudian Rehabeam melanggar perintah Semaya (1 Raja 12:22-24) sehingga menyerang Yerobeam. Isyarat bahwa serangan Sisak terhadap Yehuda (1 Raja 14:25-26) bermaksud menopang Yerobeam, sekutunya itu, tak mempunyai bukti positif. Lenyapnya harta kekayaan peninggalan Salomo sebagai akibat serangan Sisak, dan walaupun kelihatannya Israel juga menderita kerugian akibat serangan Sisak itu, menunjukkan bahwa sekarang dalam hal kekayaan harta benda Yehuda tetap berada pada posisi lebih rendah dibandingkan Israel. Kenyataan membuktikan bahwa Yehuda membutuhkan Israel yang makmur untuk kemakmurannya sendiri.
Suatu tolok ukur kejayaan mutlak Yehuda - jadi bukan yang relatif, ialah kemampuannya menguasai Edom, atau mengerahkan tenaga sejauh yang diperlukan untuk melindungi jalur perdagangan ke Teluk Akaba. Rehabeam tidak berusaha melanjutkan tuntutan bapaknya yang kurang beralasan atas daerah itu. Nampaknya Yosafat-lah yang menundukkan seluruh negeri itu (1 Raja 22:47), tapi kemudian dia harus mengangkat seorang raja bawahan (2 Raja 3:9, 'raja Edom').
Pada pemerintahan Yoram, anaknya, Edom mendapat kemerdekaannya kembali (2 Raja 8:20-22). Kira-kira setengah abad kemudian Amazia menaklukkan Edom lagi (2 Raja 14:7). Sekali ini penaklukan itu lebih berhasil, sebab barulah pada masa kesukaran dalam pemerintahan Ahas, yaitu 60 thn kemudian, Edom berhasil membebaskan dirinya (2 Raja 16:6). Sesudah saat ini agaknya tak pernah lagi Yehuda berusaha menaklukkan Edom.
Hanya kemenangan Abia (Abiam) yang begitu menentukan yang memulihkan keseimbangan kedua kerajaan itu. Asa, yang berhadapan dengan Baesa yang kuat, dapat mempertahankannya hanya dengan mempersekutukan dirinya dengan Ben-Hadad, raja Damsyik (1 Raja 15:18-20).
Dinasti Omri, yang terancam oleh kekuasaan Damsyik yang makin meningkat, dan lebih-lebih lagi oleh Asyur, berdamai dengan Yehuda, yang kemudian dikukuhkan oleh perkawinan Atalya, putri Ahab, atau barangkali adiknya (2 Raja 8:26), dengan Yoram. Banyak yang berpendapat bahwa pada saat ini Yehuda merupakan taklukan Israel. Sebaliknya kenyataan mengisyaratkan bahwa Yosafat memanfaatkan Israel sebagai daerah penyanggah antara dia dan Asyur. Inilah keterangan yang paling mungkin mengapa Yehuda tak terdapat baik dalam daftar musuh-musuh Salmaneser pada pertempuran Karkar, maupun di 'Tiang Batu Hitam'. Agaknya dia mengamati dulu, kecuali pertempuran di Ramot-Gilead (1 Raja 22:1-38) sebagai satu-satunya kekecualian, sementara Israel dan Damsyik bertempur mati-matian saling menghancurkan. Maka menjelang akhir pemerintahannya yang panjang, Yosafat merasa cukup kuat menolak permintaan Ahazia melakukan usaha gabungan ke Ofir, sesudah usaha pertama gagal (1 Raja 22:48-49; bandingkan dengan 2 Tawarikh 20:35-37). Kekuatan kedua kerajaan itu agak berimbang saat ini terlihat pada kenyataan bahwa Yehu, yang sudah membunuh Ahazia, raja Yehuda (2 Raja 9:27), tidak berani melancarkan gerakan anti-Baalnya di tanah Yehuda, dan pada pihak lain, Atalya tidak berusaha membalaskan kematian anaknya itu.
Dalam kurun waktu antara penobatan Yehu naik takhta dan kematian Yerobeam II dan Uzia, agaknya keadaan Yehuda sama dengan Israel, baik dalam penderitaan maupun keberuntungan. Boleh jadi keberuntungan datang terlambat ke selatan, dan alpanya kemujurannya itu diungkapkan beberapa saat kemudian daripada di Israel.
b. Musuh-musuh luar negeri yang terdahulu
Sampai kepada runtuhnya kerajaan Israel, Yehuda secara istimewa tidak goyah oleh ancaman dari luar. Serbuan Sisak adalah goncangan terakhir dari pihak penguasa Mesir kuno, dan kebangkitan Asyur hanya memaksa Yehuda untuk membenahi pertahanannya. Orang Filistin sudah sedemikian lemahnya, sehingga tampil sebagai penyerang hanya bila Yehuda berada pada keadaan -paling lemah, yaitu pada zaman Yoram (2 Tawarikh 21: 16) dan Ahas (2 Tawarikh 28: 18). Pada puncak kekuasaan Hazael, tatkala Israel sudah hampir dimusnahkannya, Yoas dipaksa membayar upeti kepada Damsyik, tapi ini tak dapat berlangsung lama. Kedua ancaman paling berbahaya pada saat ini ialah serangan-serangan mendadak bangsa-bangsa pengembara dan semi pengembara dari gurun pasir yang dilancarkan secara periodik. Zerah, 'orang Etiopia itu' (2 Tawarikh 14:9) lebih mungkin adalah orang Arab (bandingkan Kejadian 10:7) ketimbang orang Etiopia, yaitu seorang Sudan. Bahaya kedua adalah serangan mendadak penduduk padang tandus Transyordan (2 Tawarikh 20:1, 10).
c. Yehuda dan Asyur
Sudah dikatakan.di atas bahwa kebangkitan Asyur terdahulu tidak mempengaruhi Yehuda. Tatkala Damsyik dan Israel menyerang Ahas (2 Raj 16:5), itulah usaha terakhir untuk mempersatukan sisa-sisa negeri-negeri Asia Ba'fat untuk menghadapi kebangkitan Tiglat-Pileser III. Tak ada alasan untuk menyangka Yehuda terancam' oleh Asyur, sebab sebelum Asyur tampil menentang Mesir, mereka tidak akan gegabah buru-buru bergerak menuju perbatasan gurun pasir. Dengan mengakui keunggulan Asyur secara nyata Ahas memeteraikan nasib Yehuda. Di satu pihak Yehuda tetap menjadi bangsa taklukan sampai dapat diduga kehancuran Asyur yg makin mendekat (612 sM);di pihak lain, Yehuda terjaring dalam persekongkolan yang diprakarsai oleh Mesir, dan akibatnya Yehuda menderita secara wajar.
Pemberontakan Hizkia pada thn 705 sM, yang dipadamkan oleh Sanherib 4 tahun kemudian, menciutkan Yehuda menjadi tinggal bayang-bayang dari dirinya semula. Paling sedikit dua pertiga penduduknya meninggal atau .dibawa sebagai tawanan, dan bagian terbesar daerahnya hilang. Mengenai perinciannya lihat J Bright, AHistory of Israel, 1960, hlm 267-271, 282-287.
d. Bangkit kembali, kemudian runtuh
Gelora keagamaan dan nasionalisme bangkit kembali pada pemerintahan raja Yosia yang muda, segera sesudah Asyur-banipal meninggal (thn 631 sM), tatkala kelemahan Asyur makin parah dan nyata. Usaha-usaha pembaruan seperti dicatatdalam 2 Tawarikh 34:3, 8 menunjukkan bagaimana agama dan politik saling terkait, sebab setiap kebijakan pada dirinya adalah penolakan akan agama Asyur, dan itu berarti menolak kekuasaan politik Asyur. Menjelang puncak pembaruan itu pada thn 621 sM, Secara nyata Yosia sudah merdeka, dan praktis tidak lagi membayar upeti kepada Asyur. Dengan atau tanpa izin penguasa Asyur - tuannya yang sudah tidak berkuasa lagi, Yosia mengambil alih propinsi-propinsi Asyur, yaitu Samaria dan Galilea Timur (2 Tawarikh 34:6) dan tanpa ragu-ragu merebut kembali daerah yg hilang pada zaman Hizkia sebagai hukuman karena pemberontakannya. Tak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa serbuan orang Skit, yang menimbulkan luka yang begitu mematikan pada Asyur, mempengaruhi atau melanda Yehuda.
Tak ada tanda bahwa untuk membantu Asyur pada thn 616 sM Yosia menentang gerakan militer Firaun Psamatik, tapi waktu gerakan militer itu diulangi oleh Firaun Nekho pada thn 609 sM, Yosia tahu jelas bahwa dalam suasana baru internasional kebijakan satu-satunya untuk mempertahankan kemerdekaan Yehuda ialah berperang. Dalam pertempuran berikutnya di Megido ia menjumpai ajalnya. Tidak ada bukti bagi pendapat bahwa dia bersekutu dengan Babel yg bintangnya sedang cemerlang, walaupun itu mungkin.
Mesir menunjukkan keperkasaannya dengan menurunkan Y oahas, anak Yosia dari takhta dan menggantinya dengan adiknya, Yoyakim, tapi dia harus mengakui Babel sebagai tuan segera.sesudah Nebukadnezar menang dalam pertempuran di Karkemis (thn 605 sM; Daniel 1:1; 2 Raja 24:1).
Tahun 601 sM serangan Nebukadnezar dipatahkan oleh Nekho dalam suatu pertempuran dekat perbatasan Mesir, dan sewaktu Nebukadnezar mundur ke Babel, Yoyakim memberontak. Yehuda dihancurkan oleh tentara Babel dan sekutunya (2 Raja 24:2). Yoyakim mati dengan cara yang kurang jelas dalam bln Desember 598 sM, sebelum ia menjalani tuntas seluruh hukuman yang ditimpakan kepadanya karena pemberontakannya itu. Dan Yoyakhin, anaknya yg berumur 18 thn, menyerahkan Yerusalem kepada Nebukadnezar pada tgl 16 Maret 597 sM.
Zedekia - adik dari Yoyakim - menjadi raja Yehuda yang terakhir, tapi ia memberontak pada thn 589 sM. Menjelang Januari 588 sM tentara Babel sudah di depan tembok-tembok Yerusalem. Bulan Juli 587 sM tembok-tembok itu diruntuhkan dan Zedekia ditangkap. Ia dihukum sebagai pengkhianat (2 Raja 25:6-7); sebulan kemudian kota itu dibakar habis dan tembok-temboknya dihancurkan sama sekali.
e. Hidup keagamaan dalam zaman kerajaan Israel
Agama rakyat di Yehuda boleh jadi direndahkan dengan pengertian-pengertian agama alam seperti di Israel, tapi keterasingan Yehuda yang relatif dan keterbukaannya terhadap padang gurun membuat Yehuda kurang dipengaruhi oleh bentuk-bentuk agama Kanaan. Kurangnya tempat-tempat kudus utama - yang kita kenal hanya Hebron dan Bersyeba dan Gibeon di Benyamin - meningkatkan pengaruh Yerusalem dengan Bait Suci Salomonya. Masih dipertanyakan apakah ada raja Israel yang mampu sekalipun hanya mencoba mengadakan pembaruan keagamaan di pusat Yerusalem seperti Hizkia dan Yosia. Perjanjian Allah kepada Daud (2 Samuel 7:8-16), yang jauh melebihi suasana umum dari 'Tanah Sabit yang Subur', membuat raja Yehuda menjadi pemimpin mutlak agama nasional, kendati ia tidak boleh melakukan tugas-tugas ibadah keagamaan (2 Tawarikh 26:16-21).
Kekuasaan raja nampaknya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan baik, seperti pembaruan, tapi jika kebijaksanaan nasional kelihatannya menuntut supaya menerima penyembahan Baal, seperti pada zaman Yoram, Ahazia dan Atalya, atau supaya mengakui dewa-dewa bintang Asyur, seperti pada zaman Ahas dan Manasye, tak ada kekuasaan yang mampu menolak kehendak raja. Kekuasaan raja dalam ihwal agama, menjerumuskan ibadah resmi menjadi umumnya hanyalah lahiriah dan formalitas saja.
f. Pembuangan (597-538 sM)
Di luar jumlah tawanan biasa yang tidak dirinci, yang dimaksudkan menjadi budak-budak, bagian inti penduduk Yehuda dibuang oleh Nebukadnezar pada thn 597 sM (2 Raja 24:14; Yeremia 52:28; perbedaan jumlah haruslah dikaitkan dengan perbedaan golongan-golongan tawanan yang dimaksud). Sekelompok kecil, termasuk keluarga raja, menjadi 'tamu' raja Nebukadnezar di Babel; orang-orang lain, umpamanya nabi Yehezkiel, tinggal dalam kelompok-kelompok persekutuan di Babel, dan di situ kelihatannya mereka mempunyai kebebasan penuh, kecuali untuk pindah tempat tinggal; para pengrajin yg menjadi bagian angkatan kerja yg mudah bergerak, yang dimanfaatkan oleh Nebukadnezar dalam gerakan pembangunannya. Keruntuhan Yerusalem memperbesar jumlah tawanan (2 Raja 25:11), dan Yeremia 52:29 menunjukkan adanya kelompok lain dari orang-orang buangan untuk maksud tertentu. Pembunuhan Gedalya, yang diangkat oleh Nebukadnezar menjadi gubernur Yehuda, membuat sejumlah besar orang Yahudi lari ke Mesir (2 Raja 25:25-26; Yeremia 41-43:7). Hal ini kemudian pada thn 582 sM disusuli oleh gelombang buangan yg lain ke Babel, yang jelas sifatnya hukuman (Yeremia 52:30).
Akibat pembuangan dan larinya orang Yahudi, tanah Yehuda tertinggal hampir kosong, dan tetap demikian selama suatu kprun waktu (lihat W.F Albright, The Archaeology of Palestine , 1954, hlm 140-142). Daerah sebelah selatan garis Bet-Zur dan Hebron agaknya sudah dirampas dari Yehuda pada thn 597 sM; dan orang Edom berangsur-angsur pindah ke situ. Akibatnya, daerah ini hilang dari tangan Yehuda sampai direbut kembali oleh Yohanes Hirkanus sesudah thn 129 sM, dan ia men-Yahudi-kan penduduknya secara paksa. Sisa-sisanya ditempatkan dalam kekuasaan gubernur Samaria dan tetap dibiarkan hampir kosong. Tidak ada bukti bahwa di kemudian hari ada bangsa-bangsa lain yg menghuninya. Dapat diduga bahwa Nebukadnezar ingin mengikuti kebiasaan Asyur-Babel, yakni meng-'impor' bangsa lain dari daerah taklukan yang lain, tapi entah apa sebabnya ia tidak melakukannya.
Jika pandangan A Alt benar, maka Yehuda dan Israel dalam mengangkat raja-raja yang berbeda, bertindak sesuai hak-hak mereka sebagai kekuatan politik yang sah dan terpisah-pisah. Kecuali Yerobeam, kelihatannya raja-raja Israel tidak menginginkan keruntuhan Yehuda (bandingkan 2 Raja 14:13-14), dan tak pernah para nabi mempersoalkan hak keberadaan Israel sebagai satu kerajaan, walau mereka sudah terlebih dahulu melihat saatnya Israel akan kembali taat kepada 'Daud'.
Warisan kekayaan peninggalan Salomo kelihatannya menopang Yehuda saat terjadinya perpecahan, kendati tanahnya kurang subur dan penduduknya sedikit dibandingkan penduduk kerajaan Utara. Walaupun ada yg mengatakan kebalikannya, tapi tidak ada bukti bahwa kemudian Rehabeam melanggar perintah Semaya (1 Raja 12:22-24) sehingga menyerang Yerobeam. Isyarat bahwa serangan Sisak terhadap Yehuda (1 Raja 14:25-26) bermaksud menopang Yerobeam, sekutunya itu, tak mempunyai bukti positif. Lenyapnya harta kekayaan peninggalan Salomo sebagai akibat serangan Sisak, dan walaupun kelihatannya Israel juga menderita kerugian akibat serangan Sisak itu, menunjukkan bahwa sekarang dalam hal kekayaan harta benda Yehuda tetap berada pada posisi lebih rendah dibandingkan Israel. Kenyataan membuktikan bahwa Yehuda membutuhkan Israel yang makmur untuk kemakmurannya sendiri.
Suatu tolok ukur kejayaan mutlak Yehuda - jadi bukan yang relatif, ialah kemampuannya menguasai Edom, atau mengerahkan tenaga sejauh yang diperlukan untuk melindungi jalur perdagangan ke Teluk Akaba. Rehabeam tidak berusaha melanjutkan tuntutan bapaknya yang kurang beralasan atas daerah itu. Nampaknya Yosafat-lah yang menundukkan seluruh negeri itu (1 Raja 22:47), tapi kemudian dia harus mengangkat seorang raja bawahan (2 Raja 3:9, 'raja Edom').
Pada pemerintahan Yoram, anaknya, Edom mendapat kemerdekaannya kembali (2 Raja 8:20-22). Kira-kira setengah abad kemudian Amazia menaklukkan Edom lagi (2 Raja 14:7). Sekali ini penaklukan itu lebih berhasil, sebab barulah pada masa kesukaran dalam pemerintahan Ahas, yaitu 60 thn kemudian, Edom berhasil membebaskan dirinya (2 Raja 16:6). Sesudah saat ini agaknya tak pernah lagi Yehuda berusaha menaklukkan Edom.
Hanya kemenangan Abia (Abiam) yang begitu menentukan yang memulihkan keseimbangan kedua kerajaan itu. Asa, yang berhadapan dengan Baesa yang kuat, dapat mempertahankannya hanya dengan mempersekutukan dirinya dengan Ben-Hadad, raja Damsyik (1 Raja 15:18-20).
Dinasti Omri, yang terancam oleh kekuasaan Damsyik yang makin meningkat, dan lebih-lebih lagi oleh Asyur, berdamai dengan Yehuda, yang kemudian dikukuhkan oleh perkawinan Atalya, putri Ahab, atau barangkali adiknya (2 Raja 8:26), dengan Yoram. Banyak yang berpendapat bahwa pada saat ini Yehuda merupakan taklukan Israel. Sebaliknya kenyataan mengisyaratkan bahwa Yosafat memanfaatkan Israel sebagai daerah penyanggah antara dia dan Asyur. Inilah keterangan yang paling mungkin mengapa Yehuda tak terdapat baik dalam daftar musuh-musuh Salmaneser pada pertempuran Karkar, maupun di 'Tiang Batu Hitam'. Agaknya dia mengamati dulu, kecuali pertempuran di Ramot-Gilead (1 Raja 22:1-38) sebagai satu-satunya kekecualian, sementara Israel dan Damsyik bertempur mati-matian saling menghancurkan. Maka menjelang akhir pemerintahannya yang panjang, Yosafat merasa cukup kuat menolak permintaan Ahazia melakukan usaha gabungan ke Ofir, sesudah usaha pertama gagal (1 Raja 22:48-49; bandingkan dengan 2 Tawarikh 20:35-37). Kekuatan kedua kerajaan itu agak berimbang saat ini terlihat pada kenyataan bahwa Yehu, yang sudah membunuh Ahazia, raja Yehuda (2 Raja 9:27), tidak berani melancarkan gerakan anti-Baalnya di tanah Yehuda, dan pada pihak lain, Atalya tidak berusaha membalaskan kematian anaknya itu.
Dalam kurun waktu antara penobatan Yehu naik takhta dan kematian Yerobeam II dan Uzia, agaknya keadaan Yehuda sama dengan Israel, baik dalam penderitaan maupun keberuntungan. Boleh jadi keberuntungan datang terlambat ke selatan, dan alpanya kemujurannya itu diungkapkan beberapa saat kemudian daripada di Israel.
b. Musuh-musuh luar negeri yang terdahulu
Sampai kepada runtuhnya kerajaan Israel, Yehuda secara istimewa tidak goyah oleh ancaman dari luar. Serbuan Sisak adalah goncangan terakhir dari pihak penguasa Mesir kuno, dan kebangkitan Asyur hanya memaksa Yehuda untuk membenahi pertahanannya. Orang Filistin sudah sedemikian lemahnya, sehingga tampil sebagai penyerang hanya bila Yehuda berada pada keadaan -paling lemah, yaitu pada zaman Yoram (2 Tawarikh 21: 16) dan Ahas (2 Tawarikh 28: 18). Pada puncak kekuasaan Hazael, tatkala Israel sudah hampir dimusnahkannya, Yoas dipaksa membayar upeti kepada Damsyik, tapi ini tak dapat berlangsung lama. Kedua ancaman paling berbahaya pada saat ini ialah serangan-serangan mendadak bangsa-bangsa pengembara dan semi pengembara dari gurun pasir yang dilancarkan secara periodik. Zerah, 'orang Etiopia itu' (2 Tawarikh 14:9) lebih mungkin adalah orang Arab (bandingkan Kejadian 10:7) ketimbang orang Etiopia, yaitu seorang Sudan. Bahaya kedua adalah serangan mendadak penduduk padang tandus Transyordan (2 Tawarikh 20:1, 10).
c. Yehuda dan Asyur
Sudah dikatakan.di atas bahwa kebangkitan Asyur terdahulu tidak mempengaruhi Yehuda. Tatkala Damsyik dan Israel menyerang Ahas (2 Raj 16:5), itulah usaha terakhir untuk mempersatukan sisa-sisa negeri-negeri Asia Ba'fat untuk menghadapi kebangkitan Tiglat-Pileser III. Tak ada alasan untuk menyangka Yehuda terancam' oleh Asyur, sebab sebelum Asyur tampil menentang Mesir, mereka tidak akan gegabah buru-buru bergerak menuju perbatasan gurun pasir. Dengan mengakui keunggulan Asyur secara nyata Ahas memeteraikan nasib Yehuda. Di satu pihak Yehuda tetap menjadi bangsa taklukan sampai dapat diduga kehancuran Asyur yg makin mendekat (612 sM);di pihak lain, Yehuda terjaring dalam persekongkolan yang diprakarsai oleh Mesir, dan akibatnya Yehuda menderita secara wajar.
Pemberontakan Hizkia pada thn 705 sM, yang dipadamkan oleh Sanherib 4 tahun kemudian, menciutkan Yehuda menjadi tinggal bayang-bayang dari dirinya semula. Paling sedikit dua pertiga penduduknya meninggal atau .dibawa sebagai tawanan, dan bagian terbesar daerahnya hilang. Mengenai perinciannya lihat J Bright, AHistory of Israel, 1960, hlm 267-271, 282-287.
d. Bangkit kembali, kemudian runtuh
Gelora keagamaan dan nasionalisme bangkit kembali pada pemerintahan raja Yosia yang muda, segera sesudah Asyur-banipal meninggal (thn 631 sM), tatkala kelemahan Asyur makin parah dan nyata. Usaha-usaha pembaruan seperti dicatatdalam 2 Tawarikh 34:3, 8 menunjukkan bagaimana agama dan politik saling terkait, sebab setiap kebijakan pada dirinya adalah penolakan akan agama Asyur, dan itu berarti menolak kekuasaan politik Asyur. Menjelang puncak pembaruan itu pada thn 621 sM, Secara nyata Yosia sudah merdeka, dan praktis tidak lagi membayar upeti kepada Asyur. Dengan atau tanpa izin penguasa Asyur - tuannya yang sudah tidak berkuasa lagi, Yosia mengambil alih propinsi-propinsi Asyur, yaitu Samaria dan Galilea Timur (2 Tawarikh 34:6) dan tanpa ragu-ragu merebut kembali daerah yg hilang pada zaman Hizkia sebagai hukuman karena pemberontakannya. Tak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa serbuan orang Skit, yang menimbulkan luka yang begitu mematikan pada Asyur, mempengaruhi atau melanda Yehuda.
Tak ada tanda bahwa untuk membantu Asyur pada thn 616 sM Yosia menentang gerakan militer Firaun Psamatik, tapi waktu gerakan militer itu diulangi oleh Firaun Nekho pada thn 609 sM, Yosia tahu jelas bahwa dalam suasana baru internasional kebijakan satu-satunya untuk mempertahankan kemerdekaan Yehuda ialah berperang. Dalam pertempuran berikutnya di Megido ia menjumpai ajalnya. Tidak ada bukti bagi pendapat bahwa dia bersekutu dengan Babel yg bintangnya sedang cemerlang, walaupun itu mungkin.
Mesir menunjukkan keperkasaannya dengan menurunkan Y oahas, anak Yosia dari takhta dan menggantinya dengan adiknya, Yoyakim, tapi dia harus mengakui Babel sebagai tuan segera.sesudah Nebukadnezar menang dalam pertempuran di Karkemis (thn 605 sM; Daniel 1:1; 2 Raja 24:1).
Tahun 601 sM serangan Nebukadnezar dipatahkan oleh Nekho dalam suatu pertempuran dekat perbatasan Mesir, dan sewaktu Nebukadnezar mundur ke Babel, Yoyakim memberontak. Yehuda dihancurkan oleh tentara Babel dan sekutunya (2 Raja 24:2). Yoyakim mati dengan cara yang kurang jelas dalam bln Desember 598 sM, sebelum ia menjalani tuntas seluruh hukuman yang ditimpakan kepadanya karena pemberontakannya itu. Dan Yoyakhin, anaknya yg berumur 18 thn, menyerahkan Yerusalem kepada Nebukadnezar pada tgl 16 Maret 597 sM.
Zedekia - adik dari Yoyakim - menjadi raja Yehuda yang terakhir, tapi ia memberontak pada thn 589 sM. Menjelang Januari 588 sM tentara Babel sudah di depan tembok-tembok Yerusalem. Bulan Juli 587 sM tembok-tembok itu diruntuhkan dan Zedekia ditangkap. Ia dihukum sebagai pengkhianat (2 Raja 25:6-7); sebulan kemudian kota itu dibakar habis dan tembok-temboknya dihancurkan sama sekali.
e. Hidup keagamaan dalam zaman kerajaan Israel
Agama rakyat di Yehuda boleh jadi direndahkan dengan pengertian-pengertian agama alam seperti di Israel, tapi keterasingan Yehuda yang relatif dan keterbukaannya terhadap padang gurun membuat Yehuda kurang dipengaruhi oleh bentuk-bentuk agama Kanaan. Kurangnya tempat-tempat kudus utama - yang kita kenal hanya Hebron dan Bersyeba dan Gibeon di Benyamin - meningkatkan pengaruh Yerusalem dengan Bait Suci Salomonya. Masih dipertanyakan apakah ada raja Israel yang mampu sekalipun hanya mencoba mengadakan pembaruan keagamaan di pusat Yerusalem seperti Hizkia dan Yosia. Perjanjian Allah kepada Daud (2 Samuel 7:8-16), yang jauh melebihi suasana umum dari 'Tanah Sabit yang Subur', membuat raja Yehuda menjadi pemimpin mutlak agama nasional, kendati ia tidak boleh melakukan tugas-tugas ibadah keagamaan (2 Tawarikh 26:16-21).
Kekuasaan raja nampaknya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan baik, seperti pembaruan, tapi jika kebijaksanaan nasional kelihatannya menuntut supaya menerima penyembahan Baal, seperti pada zaman Yoram, Ahazia dan Atalya, atau supaya mengakui dewa-dewa bintang Asyur, seperti pada zaman Ahas dan Manasye, tak ada kekuasaan yang mampu menolak kehendak raja. Kekuasaan raja dalam ihwal agama, menjerumuskan ibadah resmi menjadi umumnya hanyalah lahiriah dan formalitas saja.
f. Pembuangan (597-538 sM)
Di luar jumlah tawanan biasa yang tidak dirinci, yang dimaksudkan menjadi budak-budak, bagian inti penduduk Yehuda dibuang oleh Nebukadnezar pada thn 597 sM (2 Raja 24:14; Yeremia 52:28; perbedaan jumlah haruslah dikaitkan dengan perbedaan golongan-golongan tawanan yang dimaksud). Sekelompok kecil, termasuk keluarga raja, menjadi 'tamu' raja Nebukadnezar di Babel; orang-orang lain, umpamanya nabi Yehezkiel, tinggal dalam kelompok-kelompok persekutuan di Babel, dan di situ kelihatannya mereka mempunyai kebebasan penuh, kecuali untuk pindah tempat tinggal; para pengrajin yg menjadi bagian angkatan kerja yg mudah bergerak, yang dimanfaatkan oleh Nebukadnezar dalam gerakan pembangunannya. Keruntuhan Yerusalem memperbesar jumlah tawanan (2 Raja 25:11), dan Yeremia 52:29 menunjukkan adanya kelompok lain dari orang-orang buangan untuk maksud tertentu. Pembunuhan Gedalya, yang diangkat oleh Nebukadnezar menjadi gubernur Yehuda, membuat sejumlah besar orang Yahudi lari ke Mesir (2 Raja 25:25-26; Yeremia 41-43:7). Hal ini kemudian pada thn 582 sM disusuli oleh gelombang buangan yg lain ke Babel, yang jelas sifatnya hukuman (Yeremia 52:30).
Akibat pembuangan dan larinya orang Yahudi, tanah Yehuda tertinggal hampir kosong, dan tetap demikian selama suatu kprun waktu (lihat W.F Albright, The Archaeology of Palestine , 1954, hlm 140-142). Daerah sebelah selatan garis Bet-Zur dan Hebron agaknya sudah dirampas dari Yehuda pada thn 597 sM; dan orang Edom berangsur-angsur pindah ke situ. Akibatnya, daerah ini hilang dari tangan Yehuda sampai direbut kembali oleh Yohanes Hirkanus sesudah thn 129 sM, dan ia men-Yahudi-kan penduduknya secara paksa. Sisa-sisanya ditempatkan dalam kekuasaan gubernur Samaria dan tetap dibiarkan hampir kosong. Tidak ada bukti bahwa di kemudian hari ada bangsa-bangsa lain yg menghuninya. Dapat diduga bahwa Nebukadnezar ingin mengikuti kebiasaan Asyur-Babel, yakni meng-'impor' bangsa lain dari daerah taklukan yang lain, tapi entah apa sebabnya ia tidak melakukannya.
No comments:
Post a Comment