Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Oct 11, 2016

Ismael dan Esau

Di dalam dunia Muslim zaman sekarang ada tertanam unsur terorisme dan perang. Unsur khusus tersebut kini menjadi pusat perhatian dunia. Hampir semua televisi dan liputan media lainnya gencar menayangkan berita besar seperti ini, sehingga tidak mungkin kita mengabaikannya begitu saja. Ada beberapa negara yang begitu cemas menyaksikan pertumbuhan populasi Muslim yang pesat di sekitar wilayah perbatasan negara mereka oleh karena ada bahaya ancaman fundamentalisme Islam. Sel-sel laten kaum fundamentalis tersebar di seluruh kawasan dunia Barat, yang menimbulkan kerawanan munculnya musuh baru dari dalam. Masalah yang dihadapi oleh pemerintah di banyak negara adalah ketidakmampuan untuk mengenali bakal teroris masa depan, karena mereka itu hidup sederhana dan melakukan kegiatan hidup hari-hari biasa, hingga tiba-tiba pada suatu ketika mereka menjawab seruan untuk bergabung dalam perang suci. Ini adalah masalah yang pelik, karena pemerintah di banyak negara tidak mau dituduh sembarangan menuding dunia Muslim pada umumnya, yang salah-salah malah bisa membangkitkan keresahan dan gejolak sosial yang tidak perlu. Namun memang ada banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang asal dan cakupan terorisme dan kekerasan di dalam dunia Muslim. Sudut pandang Alkitab dalam menyelami permasalahan tersebut.

Pertama,lihat tokoh Esau, lalu membahas tentang Ismael dan Esau serta apa hubungan mereka dengan terorisme. Istrinya Ishak yang bernama Ribka adalah ibu dari Esau dan Yakub. Ribka mengandung bayi kembar, dan bahkan sebelum kedua bayi itu dilahirkan, mereka sudah seperti dua suku bangsa yang terus bergumul di dalam kandungan ibunya. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan:

Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada Tuhan. Firman Tuhan kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." (Kej. 25:22-23).

Esau adalah pelayan bagi adiknya (yang lebih muda), yang tentu berlawanan dengan tradisi dan budaya yang wajar. Sejak dari kandungan Ribka, sudah ada dua macam manusia yang bertolak belakang sifat-sifatnya, dan Esau menjadi lebih kuat dibanding Yakub. Sekarang ini, umat Esau memang lebih kuat dibanding umat Yakub.

Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (Kej. 25:27).

Esau bertumbuh besar dan ia mengembangkan keterampilan berburu, dan ia lebih suka mengembara di alam liar. Esau adalah pria yang kuat, dan keturunannya akan menyerupai dia.

Esau menjual hak kesulungannya

Esau menjual hak kesulungannya hanya demi mendapatkan semangkok sup. Ia baru saja pulang dari medan perburuan dan ia sangat kelelahan. Maka ia memohon agar Yakub memberinya "sedikit dari yang merah-merah di dalam kuali itu" (Kej. 25:30). Esau meremehkan hak kesulungannya dan menukarnya hanya untuk semangkok sup lentil dan sedikit roti (Kej. 25:31-34).

Yakub mencuri berkat Esau

Ishak menjadi kian tua, dan matanya kian kabur. Sebelum meninggal, ia ingin meneruskan berkat Abraham kepada putra tertuanya, Esau. Maka Ishak menyuruh Esau pergi menangkap hewan buruan dan kemudian memasakkan makanan untuknya, dan baru setelah puas makan nanti ia akan memberkati Esau:

Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati." (Kej. 27:3-4).

Ribka menguping perkataan Ishak dan ia memberitahu Yakub agar mengambil sedikit daging, agar ia bantu memasaknya menjadi makanan kesukaan Ishak, agar Yakub dapat menerima berkat dari Ishak (dan bukan Esau yang menerimanya). Ribka berencana untuk menyuruh Yakub memakai pakaian Esau agar Yakub berbau seperti Esau. Ia juga menutupi lengan dan lehernya dengan rambut kambing agar badan Yakub seakan berambut seperti badannya Esau (Kej. 27:14,17). Rencana ini berhasil, dan Ishak memberkati Yakub serta meneruskan berkat Abraham kepadanya. Ishak memberkati Yakub, dan Alkitab mencatat bahwa berkat tersebut terdiri dari dua bagian:

Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. Bangsa-bangsa akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah ia." (Kej. 27:28-29).

Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa bangsa. Ia memberikan kepadamu berkat yang untuk Abraham, kepadamu serta kepada keturunanmu, sehingga engkau memiliki negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham." (Kej. 28:3-4).

Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub dan juga kehilangan berkatnya sebagai putra sulung.

Esau pulang kembali dari padang dengan membawa hewan buruan, lalu memasak makanan buat ayahnya, Ishak. Namun ternyata Yakub sudah terlebih dulu diberkati oleh Ishak. Esau menangis dan memohon agar Ishak memberi berkat yang lain baginya. Ishak tidak dapat memberinya berkat Abraham atau berkat sebagai anak sulung, tetapi Ishak menjawab Esau demikian:

“Engkau akan hidup dari pedangmu dan engkau akan menjadi hamba adikmu. Tetapi akan terjadi kelak, apabila engkau berusaha sungguh-sungguh, maka engkau akan melemparkan kuk itu dari tengkukmu." (Kej. 27:40)

Esau membenci Yakub karena Yakub mencuri berkat yang semestinya ia peroleh. Esau menginginkan berkat itu. Esau terlanjur menjual hak kesulungannya kepada Yakub dan juga kehilangan berkat anak sulung. Esau berencana di dalam hatinya untuk membunuh Yakub (Kej. 27:41).

Yakub berubah nama menjadi Israel. Bahkan hingga kini, Esau membenci Israel. Esau hidup dengan pedang, dan menjadi kaum yang lebih kuat dibanding Israel. Esau selalu memerangi Yakub. Pergumulan yang sudah berlangsung sejak mereka berdua di rahim ibu, hingga sekarang terus berlanjut. Yakub mencengkeram tumit Esau pada waktu ia lahir, dan sejak dari saat itu Esau yakin bahwa ia akan meremukkan Yakub di bawah tumitnya.

Esau menikahi putri Ishmael

Esau pergi ke tempat Ismael, pamannya, dan mengawini putrinya yang bernama Mahalat. Sejak dari waktu itu, Esau dan Ismael telah bersekutu di dalam ikatan perjanjian.

Sebab itu ia pergi kepada Ismael dan mengambil Mahalat menjadi isterinya, di samping kedua isterinya yang telah ada. Mahalat adalah anak Ismael anak Abraham, adik Nebayot. (Kej. 28:9).

Esau sudah mempunyai beberapa istri yang lain, akan tetapi perkawinan yang satu ini menjadi awal dari persekutuan antara Esau dan Ismael, yang masih awet hingga sekarang. Esau pergi mencari pamannya, Ismael, dengan hati yang memendam benci kepada Yakub. Sejak Esau mengawini anak perempuan Ismael, benih Esau sudah bercampur dengan keturunan Ismael.

Manusia saling memisahkan diri berdasar suku bangsa, tetapi Tuhan memilahnya untuk dijadikan kepunyaan-Nya.

Pada zaman sekarang, Esau telah berbaur utuh dengan Ismael dan mereka selalu memerangi Yakub (Israel). Ismael boleh dikatakan merupakan orang yang gemar berperang, sedangkan Esau sudah ditentukan nasibnya untuk bertahan hidup dengan menggunakan pedang. Esau dan Ismael adalah sama-sama pemanah, akan tetapi dengan tujuan yang berlainan. Ismael menjadi pemanah untuk bertahan hidup di 'peperangan' medan belantara. Esau adalah seorang pemburu di alam bebas, yang lebih tertarik untuk memburu binatang-binatang liar dan kemudian memamerkan kegagahan dan keperkasaannya yang lebih baik dibanding Yakub, seorang penggarap ladang. Esau hidup dengan mengandalkan pedang, sedangkan Ismael selalu berperang.

Bukan semata-mata pada keturunan Esau yang bersifat jasmaniah atau berdasar hubungan darah. Tuhan mengasihi keturunan Esau dengan kasih yang sama seperti yang Ia berikan bagi suku-suku bangsa lain di muka bumi, sebab Tuhan tidak memandang muka (Roma 2:11). Segala bangsa berasal dari satu darah, dan semuanya beroleh selamat hanya dengan darah Yesus. Manusia saling memisahkan diri berdasar suku bangsa, tetapi Tuhan memilahnya untuk dijadikan kepunyaan-Nya. Nuh memenuhi bumi setelah Banjir Bah, dan dari 70 bangsa yang ada, Tuhan mengkhususkan bagi diri-Nya sendiri suatu umat yang diturunkan oleh Abraham, Ishak, dan Yakub, yang kemudian menjadi Israel. Jadi Tuhan mengenal dua kelompok (bangsa), yaitu Yahudi dan Bangsa-bangsa lain. Melalui benih perjanjian Abraham, Ishak, dan Yakub, Tuhan memberkati segala bangsa di bumi di dalam Kristus Yesus, yang melahirkan Gereja: sesosok manusia baru, yang terdiri dari orang Yahudi atau dari Bangsa-bangsa lain yang sama-sama beriman kepada Yesus sang Mesias. Jadi Tuhan mengasihi ketiga kelompok orang tersebut, dan Ia menuntaskan rencana-Nya bagi mereka (1 Kor. 10:32). Namun kita harus mendapat wawasan tentang roh atau hakikat Esau agar dapat memahami ia berkaitan dengan wajah terorisme dalam agama Islam zaman sekarang.

Tangisan Ismael dan sakit hati Esau yang semula mempersekutukan mereka kini menjadi dua kubu kekuatan yang membuat mereka bercerai.

Roh Esau Krisis Islam

Islam kini berada di tengah krisis abad modern. Apa yang semula menyatukan Esau dan Ismael kini mulai membawa perpecahan dalam Islam. Tangisan Ismael dan sakit hati Esau yang semula mempersekutukan mereka kini menjadi dua kubu kekuatan yang membuat mereka bercerai. Sekarang ini ada dua kelompok umat di dalam tubuh Islam, yaitu mereka yang menangis di dalam hati mereka seperti Ismael dan mereka yang membawa niat Esau di dalam hati. Tuhan kini membuka rahasia roh Esau sebagai penjelasan terhadap fenomena terorisme. Islam dan terorisme pada zaman sekarang sudah dianggap dua istilah yang bermakna sama. Roh Esau adalah roh terorisme yang sekarang ini bekerja di dalam Islam. Orang Muslim dapat dikelompokkan menjadi dua golongan. Kelompok pertama adalah mayoritas Muslim, yang mempunyai tangisan atau jeritan hati Ismael. Mereka menyaksikan gemparnya berita terorisme dan menyadari bahwa Islam belum menjawab jerit-tangis di hati mereka. Mereka masih kelaparan dan kehausan di tengah belantara rohani, mencari wajah Tuhan yang kiranya akan menanggapi krisis di dalam Islam.

Kelompok kedua adalah para Muslim yang telah dirasuki roh Esau dan telah menjual hak kesulungannya kepada terorisme, tanpa mempedulikan hak hidup orang lain. Mereka bersedia memasang rompi bom di dada dan mati bunuh diri dengan harapan untuk bangkit di surga nanti dengan dilayani oleh 72 perawan. Roh ini tidak suka dengan perdamaian, tetapi maunya adalah teror terus-menerus sampai mati. Roh ini sudah berkeliaran sejak zaman dulu. Kelompok yang dirasuki roh ini adalah para teroris dan mereka semua yang mendukung atau bersimpati. Tentu saja kelompok ini adalah minoritas di dalam Islam.

Roh Esau adalah roh terorisme yang sekarang ini bekerja di dalam Islam.

Inti dari roh ini adalah kebencian kepada Israel karena Yakub telah mencuri berkat dari bapa Ishak, yang seharusnya diperoleh Esau (Kej. 27:41). Untuk mengerti lebih dalam tentang terorisme, mari kita menyimak baik-baik apa yang Alkitab katakan tentang Esau. Esau memandang enteng hak kesulungannya dan menjualnya hanya dengan ditukari semangkok sup lentil, dan ia ditipu ketika hak berkatnya sebagai anak sulung dari Ishak juga dirampas. Ia tumbuh besar menjadi seorang pemburu yang terampil dan mahir, sangat piawai menaklukkan binatang buruan apapun di padang, dan menjadi pria perkasa yang ditentukan nasibnya untuk hidup dengan mengandalkan pedang (Kej. 27:40). Esau lalu mengawini putrinya Ismael, atau sama artinya bergabung dengan seseorang yang
ditentukan nasibnya sebagai petempur, entah bertempur di dalam kaumnya sendiri atau berperang melawan siapa saja. Esau menjadi bapa dari Edom dan kaum Edomit. Islam diturunkan dari Ismael, yaitu tepatnya dari putranya yang bernama Kedar. Kedar inilah yang merupakan leluhur dari nabi umat Islam, nabi bagi bangsa besar Ismael, dan nabi bagi bangsa Esau. Keturunan Ismael memeluk Islam, mencari jawab untuk jerit-tangis di hati mereka, sementara keturunan Esau memeluk Islam sebagai sarana untuk mengekspresikan hati mereka. Dewasa ini, roh Esau ter-ekspresikan melalui wajah
terorisme di dalam Islam. Hati atau roh Esau kini merayap di antara kaum Ismael. Roh ini membenci Yakub (Israel) dan ingin membunuhnya. Tangisan umat Muslim bermula sejak 4.000 tahun lalu yaitu di hati Ismael, jauh sebelum Islam ada. Tangisan ini masih terdengar membahana di hati umat Muslim di seluruh dunia pada saat ini. Ketika tabir terorisme dibukakan di wajah Islam, umat Muslim masih belum mendapatkan jawaban untuk tangisan mereka.

Tangisan umat Muslim bermula sejak 4.000 tahun lalu yaitu di hati Ismael, jauh sebelum Islam ada.

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Ef. 6:12).

Rencana Roh dilahirkan ke alam dunia melalui doa. Firman Tuhan untuk selamanya bersemayam di Surga, tetapi Ia harus ditanam di Bumi. Kita sebagai umat Tuhan harus berdoa agar rencana Tuhan dinyatakan di Bumi. Kita harus berdoa untuk mengambil alih kewenangan atas roh Esau. Saat kita berdoa, Tuhan membongkar strategi-strategi licik dari si Jahat dan Ia memberi jalan agar rencana-rencanaNya terselenggara. Sama seperti para penjaga yang mengawasi kota, demikian pula di Kerajaan ditempatkan beberapa penjaga yang harus selalu mengawas dan berdoa di dalam Roh, untuk menentang semua penghulu dan kuasa kegelapan, dan mereka harus jeli melihat apa saja yang coba diperbuat oleh Musuh. Mereka harus bersyafaat bagi mereka yang ada di dalam bahaya.

Ismael akan diselamatkan tetapi Esau di hakimi

Ada banyak hati Esau yang telah menjual hak kesulungan mereka pada saat ini. Ketika Yakub dilahirkan, ia mencengkeram tumit Esau. Sejak dari saat itu, Esau telah berhasrat untuk meremukkan Yakub di bawah tumitnya, akan tetapi Tuhannya Yakub (Israel) akan meremukkan roh Esau.

"Penyelamat-penyelamat akan naik ke atas gunung Sion untuk menghukumkan pegunungan Esau; maka Tuhanlah yang akan empunya kerajaan itu." (Obaja 1:21).

Seluruh kitab Obaja adalah berisi penglihatan nabi Obaja tentang masa kini, masa lalu, dan masa depan dari Esau beserta segenap keturunannya. Esau dan segenap keturunannya bersuka ketika Israel dihancurkan dan dibawa ke tanah pembuangan, sama seperti teroris zaman sekarang yang bersuka-suka ketika musuh mereka hancur. Perhatikan kata 'penyelamat-penyelamat' di ayat di atas, yang berbicara tentang orang-orang yang percaya kepada Yesus sang Mesias. Menurut kitab Ibrani, kita telah naik ke gunung Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi, dan ke dalam Kerajaan yang tidak tergoyahkan. Para penyelamat di "gunung Sion" adalah orang-orang percaya yang telah memahami otoritas Kerajaan yang mereka emban selama di dunia. Mereka mengetahui bahwa kerajaan-kerajaan yang ada di dunia ini nantinya akan berada di bawah kekuasaan Allah yang Maha Tinggi. Gunung Esau mewakili pemerintahan Esau, yang merupakan roh Esau atau roh terorisme dalam Islam zaman sekarang. Jadi orang-orang percaya harus berdoa dan bersyafaat dari setiap posisi masing-masing, berdasarkan kewenangan atau otoritas yang telah ditetapkan di dalam Kristus, agar membukakan jalan bagi hadirnya pemerintahan Tuhan yang sanggup meremukkan roh Esau pada masa ini.

Roh ini telah menyamarkan arah nasib ('takdir') umat Muslim, sehingga membuat kita tuli terhadap jerit tangis Ismael

"Semoga Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Tuhan kita, menyertai kamu!” (Roma 16:20).

Roh Esau hendak menyamarkan jati diri Ismael dan membatalkan 'takdir' hidupnya yang mulia. Roh terorisme sekaligus berupaya melumpuhkan Gereja dengan menyebarkan ketakutan di antara setiap orang percaya yang hendak menjangkau orang Muslim. Roh ini mencengkeram banyak orang dan membelenggu mereka. Roh ini menyia-nyiakan harta tersembunyi Ismael. Mata banyak orang tertuju pada Esau sementara God menunggu untuk mendengar tangisan Ismael agar Ia dapat menunjukkan wajah Yesus Kristus kepada umat Muslim.

Sebab beginilah firman Tuhan kepadaku: "Dalam setahun lagi, menurut masa kerja prajurit upahan, maka segala kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tinggal sejumlah kecil saja, sebab Tuhan, Allah Israel, telah mengatakannya." (Yesaya 21:16-17).

Kedar adalah putra kedua Ismael, sebagai leluhurnya Mohammad, nabi umat Islam. Para pemanah dan orang gagah perkasa ini tampaknya mirip dengan ciri-ciri teroris zaman sekarang. Hakikat roh Esau adalah pemburu dan pemanah yang mengintai dan menyerang mangsa tanpa mempedulikan harga dari sebuah kehidupan. Kemarahan Esau tetap menyala-nyala terhadap Yakub dan lambang dari kemarahan ini adalah tetap sama, yaitu pedang yang terhunus ke Israel.

Beginilah firman Tuhan: "Karena tiga perbuatan jahat Edom, bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusan-Ku: Oleh karena ia mengejar saudaranya dengan pedang dan mengekang belas kasihannya, memendamkan amarahnya untuk selamanya dan menyimpan gemasnya untuk seterusnya (Amos 1:11).

Unsur yang kontroversial dari persoalan pedang di antara golongan Muslim adalah sikap kaum Muslim yang merangkul roh Esau. Roh ini telah menyamarkan arah nasib ('takdir') umat Muslim, sehingga membuat kita tuli terhadap jerit tangis Ismael dan buta terhadap wajah Ismael yang sesungguhnya. Tuhan di satu sisi sedang mengulurkan tangan kepada Ismael, tetapi pada sisi yang lain ia sedang menghakimi roh Esau. Roh yang jahat ini terus mencari para pengikut baru; seluruh angkatan Muslim berada di lembah kebimbangan, harus pilih mengikut roh Esau atau tidak. Mereka frustrasi karena jerit tangis mereka tidak pernah dijawab Tuhan.

No comments: