Ethiopia adalah sebuah negara di Afrika timur yang dahulunya dikenal dengan nama Abesinia. Diberbagai peta kuno yunani dan romawi, seluruh Afrika sebelah selatan Mesir dan gurun sahara ditandai dengan tanda Ethiopia.
Ini menggambarkan betapa termasyurnya Ethiopia pada zaman dahulu. Ethiopia diduga didirikan oleh Menelik I, anak Raja Sulaiman dan Ratu Saba. Namun sejarah kuno negeri ini tidak begitu banyak diketahui. Pada abad pertama sesudah Masehi di wilayah ini berdiri Kerajaan Aksum, tempat dinasti Sulaiman memerintah.
Pada abad ke-4 wilayah ini didatangi orang Kristen, sedangkan Islam memasuki Ethiopia baru pada abad ke-7. Mayoritas oarang Ethiopia ini adalah Yahudi. Ethiopia pada zaman kuno didatangi oleh bangsa Semit dari arabia sebelah barat daya kira-kira pada tahun 1000-SM. Mereka mendirikan kerajaan Aksum didaerah tanah tinggi setelah menaklukan bangsa hamit yang sebelumnya telah tinggal disana.
Kerajaan Aksum atau Kekaisaran Aksum adalah negara dagang penting di Afrika timur laut antara tahun 100-940 . Aksum menempati wilayah yang kini menjadi Ethiopia utara dan Eritrea. Aksum tumbuh sejak periode Zaman Besi proto-Aksum sekitar abad ke-4 SM hingga menjadi kuat pada abad ke-1 SM, dan memainkan peranan penting dalam perdagangan antara Kekaisaran Romawi dengan India kuno.
Para raja Aksum memfasilitasi perdagangan dengan mengedarkan mata uangnya sendiri. Aksum memantapkan hegemoninya atas Kerajaan Kush yang melemah dan secara rutin memasuki politik kerajaan-kerajaan di Jazirah Arab. Pada akhirnya, Aksum berhasil memperluas wilayahnya hingga ke Jazirah Arab dengan menaklukan Kerajaan Himyar. Di bawah raja Ezana (berkuasa 320–360), Aksum menjadi kekaisaran besar pertama yang menganut agama Kristen.
Mani (216–276) menyebut Aksum sebagai satu dari empat negara kuat pada masanya, bersama dengan Persia, Romawi dan Cina. Pada abad ke-4 masehi agama Kristen dibawa masuk ke Ethiopia oleh dua pemuda Kristen Surya dan tidak lama kemudian menjalin hubungan yang sangat erat dengan gereja Kristen Mesir. Pada abad ke-7, kaum Muslim yang berasal dari Mekah mencari perlindungan dari penyiksaan kaum Quraisy dengan pergi ke Aksum, yang mereka sebut Abyssinia. Perjalanan mereka terkenal dalam sejarah Islam sebagai Hijrah Pertama.
Perjalanan hijrah yang pertama. Waktu Nabi Muhammad SAW menganjurkan sahabat hijrah ke Habsyi, negeri itu sedang dikuasai oleh raja bernama Najasyi (Negus) yang beragama Nashrani dan dikenal sebagai seorang raja yang baik hati, taat pada ajaran agamanya, menjamin keselamatan seluruh penduduk dan tamu-tamuya. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-5 sesudah Nabi Muhammad SAW, diutus menjadi Rasul. Nasehat dan petunjuk Rasulullah itu diikuti oleh sahabat. Rombongan pertama berangkat sebanyak 14 orang sahabat. Mereka terdiri dari 10 orang sahabat lakui-laki dan 4 orang perempuan. Diantara mereka adalah Usman bin Affan, Zuber bin Awwam. Hijrah ke Habsyi tahap pertama mempunyai makna lain disamping menghindari siksaan dari orang Quraisy, yakni memperkenalkan Islam kepada penduduk di luar Arab. Hijrah ke Habsyi ini adalah diplomasi pertama yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, ke luar Arab.
Setelah rombongan kaum muslimin sampai di Habsyi, kemudian pimpinan rombongan menghadap raja. Mereka diterima secara baik dan tidak mendapat kesulitan menemui raja. Kenyataan yang mereka lihat memang sesuai dengan apa yang diberitakan Rasulullah, yakni raja Habsyi baik hati dan menjamin keamanan seluruh rakyat dan orang-orang yang datang ke sana. Para sahabat yang hijrah merasa lega. Penderitaan yang mereka alami waktu di Mekah telah hilang. Kini mereka dapat bekerja dengan baik, beribadah dengan tenang, dapat mengamalkan ajaran agama dengan bebas.
Berita gembira ini sampai pula ke negeri Mekah. Para sahabat yang masih berada di Mekah sangat gembira mendengarnya. Hal itu menggugah semangat sahabat yang lain untuk hijrah ke negeri Habsyi. Setelah merasa cukup lama meninggalkan Mekah, maka sebagian yang hijrah tahap pertama ke Habsyi pulang ke Mekah. Tetapi di Mekah tetap mendapat perlakuan yang tidak baik dari kaum Quraisy. Mereka masih tetap dimusuhi dan dianiaya, sehingga ada yang kembali berangkat ke Habsyi dan menetap disana. Inilah tim dakwah yang menyebarkan agama Islam di Ethiopia untuk masa selanjutnya.
Pada perjalanan hijrah yang kedua, pengalaman pertama kaum muslimin ke Habsyi ternyata mendorong minat sahabat yang lain untuk mencobanya. Sebab tinggal di Mekah semakin hari semakin sulit. Penderitaan demi penderitaan dating silih berganti. Keberingasan kafir Quraisy sudah melampaui batas perikemanusiaan. Para budak yang masuk Islam dicambuk, dijemur di terik matahari, dipotong anggota tubuhnya dan ada yang langsung dibunuh.
Pada tahun ke-7 masa kerasulan, berangkatlah rombongan kedua dengan jumlah yang lebih besar, yaitu 101 orang. Rombongan ini terdiri dari 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Hijrah ke Habsyi yang kedua ini dipimpin oleh Ja'far bin Abdul Mutholib. Sampai di Habsyi rombongan melakukan hal yang sama dengan rombongan pertama yaitu menghadap raja. Ketika bertemu dengan raja, Ja'far bin Abdul Muthalib sebagai pimpinan rombongan menerangkan maksud kedatangan mereka. Ia memohon raja Najasyi memperkenankan mereka tinggal di negeri Habsyi. Raja Najasyi memahami dan menaruh simpatik kepada mereka dan mengatakan bersedia menolong dan melindungi mereka.
Sejak islam masuk ke benua Afrika, kerajaan Ethiopia mulai terkucilkan dan mulai jatuh bangun selama kurang lebih 1000 tahun. Salah satu diantaranya yakni dinasti Zagwe(1137-1270) meninggalkan warisan berupa 11 gereja yang ditatah dari batu Lalibala yang dibangun sebagai "Yarusalem baru". Ethiopia modern di mulai sejak raja menelik memimpin. Menelik II yang pada saat itu menjadi raja Ethiopia berhasil mengakhiri persaingan yang telah berabad-abad berlansung antara penguasa daerah dan memberikan pemerintahan pusat yang kuat pada Ethiopia. Raja Menelik II juga berhasil mematahkan serbuan tentara italia di Aduwa tahun 1986, sejak kejadian itu raja menelik II mengizinkan Prancis memulai pembangunan jalur kereta api antara Addis ababa dan Bandar Djibaouti, dan meletakkan suatu system ketentaraan modern.
Menelik meninggal pada tahun 1913 dan putrinya Zauditu diangkat menjadi maharani. Seepupunya Ras Tafari Makonnen diangkat menjadi patih. Ketika zauditu meninggal tahun 1930, ras tafari mengklaim singgasana dan bergelar kaisar haile salassie I. Haile Selassie bertekad memberlakukan undang-undang antiperbudakan di Ethiopia. Berkat pengaruhnya pula Ethiopia membuka pintu lebar-lebar bagi pengaruh barat dan mengambil langkah pertama menuju ke demokrasi dengan di sahkannya undang-undang dasar tahun 1931
Penyerbuan Italia tahun 1935-1936 memaksa haile salessie untuk meninggalkan negaranya. Pada 1941 Inggris berhasil mengusir Italia kjeluar dari Ethiopia dasn mendudukkan kembali Heile Selessie di kursi singgasana. Pada tahun 1952 wilayah pesisir Eritrea yang telah berada dibawah kekuasaan Italia secara terpisah sejak tahun 1889 digabungkan kedalam sebuah federasi dengan Ethiopia dan diduduki tahun 1962 meskipun mendapatkan pertentangan-pertentangan.
Pada tahun-tahun berikutnya Haile Selassie dikecam karena lambannya pelaksanaan pembagian lahan dan demokrasi politik penuh. Bahaya kelaparan semakin mememperparah keadaan Ethiopia yang sudah meluas dan pada 1974 angkatan darat menggulingkan kaisar dan mengambil alih kekuasaan Negara. Parlemen dibubarkan dan kerajaan dihapuskan. Pemerintahan baru dijalankan melalui dewan pemerintahan militer sementara yang dikenal juga dengan sebutan Dirgue. Nama Negara resmi menjadi Ethiopia sosialis dan pemerintah mengambil alih sejumlah besar perusahaan.
Pemerintahan revolusioner yang dipimpin oleh letnan kolenel Mangistu Haile Mariam, menjalin hibungan yang akrab dengan Uni Soviet tahun 1976. Banyak golonggan sipil berkeberatan atas hubungan tersebut, tetapi penentang mereka ditumpas oleh militer. Pertikaian lain meletus di Eritrea sewaktu golongan yan ingin memeisahkan diri dan mencoba mendirikan Negara Eritrea yang terpisah dan di Ogaden ketika suku Somalia berupaya menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara tetangganya Somaliland. Pertikaian tersebut ditambah lagi dengan timbulnya musim kering terburuk dalam sejarah tahun 1980-an, telah mengakibatkan merajalelanya kelaparan dan memebuat masyarakat di Ethiopia pada saat itu berbondong-bondong ke kam-kam bantuan pangan atau ke berbagai Negara tetangganya. Keadaan korban kelaparan yang memilukan itu telah mengundang perhatian dunia dan memdorong dipercepatnya usaha pengumpul;an dana besar-besaran untuk meringankan kesengsaraan mereka.
Pada tahun 1989 Front Pembebasan Rakyat Tigra, oposisi terkuat di utara, berkualisi dengan pemberontak anti-mengistu, Front Demokratis Revoliusioner Rakyat Ethiopia(EPRDF). Dibagian utara kelompok pemberontak mengalami sejumlah kemenangan. Ketika bantuan soviet terhenti tahun 1990 karena runtuhny uni soviet, dukungan asing dan bantuan persenjataan bagi militer Ethiopia terhenti, membuat pemberontak berhasil menduduki addis ababa pada tanggal 28 mei 1991.
Koalisi EPRDF yang menang ini membentuk pemerintahan peralihan yang di kepalai oleh meles zenawi yang terpilih sebagai presiden dalam pemilihan perwakilan sementara pada juli tahun 1991. Pada Juni 1992, Ethiopia mengadakan pemilohan untuk 1147 kursi majelis regional. EPRDF memenangkan 97% jumlah kursi pada saat itu. Efek dari kemenangan itu timbul kelompok oposisi dari front pembebasan Oromo yang mengangkat senjata melawan pemerintah pusat yang membuat keluarnya referendum pemisahan Eritrea dari ethiopia walaupun ada pertentangan-pertentangan. Pada juni 1994, Ethiopia mengadakan pemilihan umum untuk majelis konstitusi guna menyusun undang-undang dasar baru. Dan akhirnya pemilihan multipartai berdasarkan undang-undang baru dijalankan pada tahun 1995.
No comments:
Post a Comment