Efesus adalah sebuah kota kuno taraf internasional. Terletak pada muara Kaistros di Asia Kecil. Kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi didiami oleh para imigran dari Ionia. Kemudian bisa berkembang menjadi kota perdagangan yang kaya dan bernilai budaya tinggi. Sejak tahun 133 sebelum Masehi menjadi pusat propinsi Romawi di Asia. Kenisah dewi Artemis dengan arca dewi itu termasuk bilangan mujizat dunia sejak dari zaman kuno (Kisah Para Rasul 19:35)
Dalam Kisah Para Rasul 19:35 bagian yang terakhir, dikatakan bahwa para masyarakat Efesus percaya jika patung dewi Artemis turun dari langit, padahal patung-patung tersebut dibuat oleh para tukang-tukang, coba lihat di Kisah Para Rasul 19:24-25.
Di kota Efesus, dipercaya sebagai kota untuk dewi Artemis, bahkan mistik yang menyebar di masyarakat kota ini sudah menjadi sangat kuat dan sangat mendalam, bahkan bisa saja dikatakan bahwa hampir sebagian penduduknya adalah tukang-tukang sihir, dibuktikan dalam pembakaran kitab-kitab sihir yang bernilai super mahal dan super banyak di Efesus. Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi Artemis yang mahabesar.
Dewi Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang kemudian disamakan dengan dewi Artemis orang Yunani dan Diana dari Romawi. Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada banyak dan berkepala seorang wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki.
Kuil yang pertama mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi belum selesai hingga tahun 400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah pada tahun 356 SM dan digantikan oleh bangunan yang lebih baru dan lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong oleh sumbangan dari seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia dan dikunjungi oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat pemujaannya.
Kota Efesus merupakan salah satu daerah pemukiman yang tertua di pantai sebelah barat Asia Kecil dan kota yang paling menonjol di propinsi Romawi di Asia, Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ioniapada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma.
Efesus memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia. Asal mula kota ini tidak pernah diketahui, tetapi dalam abad kedelapan SM ia merupakan wilayah pemukiman yang menonjol dan sudah lama diambil alih oleh bangsa Yunani. Ia terletak sekitar tiga mil dari pantai di tepi Sungai Kayster, yang pada waktu itu dapat dilayari, sehingga Efesus merupakan kota pelabuhan. Lembah Sungai Kayster melandai sampai jauh ke pedalaman hingga digunakan sebagai jalur perjalanan kafilah ke Timur.
Dari Efesus ada jalan- jalan raya yang menghubungkannya dengan semua kota-kota besar lainnya di propinsi itu serta jalur-jalur perniagaan yang menghubungkannya dengan wilayah utara dan timur. Ia merupakan pos yang strategis untuk mengabarkan Injil, karena para pekerja dari Efesus mempunyai hubungan dengan seluruh wilayah pedalaman Asia.
Efesus di Zaman Kuno
Sekitar 650 tahun sebelum masehi, Efesus pernah diserang oleh Cimmerians(masyarakat Indo-Eropa kuno yang mendiami sisi utara Caucacus) yang menjarah Efesus sampai menghabiskan isi dari kuil dewi Artemis
560 tahun sebelum masehi, kota Efesus kembali ditaklukkan oleh Lidia dan berada di bawah pemerintahan raja Croesus, yang memerintah dengan kasar tetapi beliau ikut menyumbang dalam pembangunan kembali kuil dewi Artemis, dan pada waktu yang bersamaan, raja Croesus mengumpulkan penduduk Efesus yang tersebar menjadi satu dan membangun kota Efesus
Efesus di Periode Klasik
Efesus berkembang semakin makmur, tetapi pada saat kota Efesus tertekan oleh pajak yang memberatkan mereka di 498 tahun sebelum masehi, Efesus ikut memberontak bersama dengan persatuan pemberontak di Asia kecil melawan kekuasaan Persia.
Mereka disebut sebagai lonians, dan tidak lama kemudian, Athena dan Sparta ikut dalam penyerangan mereka melawan Persia di 497 tahun sebelum masehi.
Tetapi perang dan penjajahan tidak banyak member efek pada kehidupan warga Efesus, kehidupan di Efesus malah semakin maju dan warga Efesus menjadi salah satu kehidupan manusia yang lebih dulu menghargai wanita setelah suku Amazon.
Efesus di Periode Hellenistic
334 tahun sebelum Masehi, ketika Alexander Agung mengalahkan Persia, kota-kota yang direbut Persia (Asia kecil dan Yunani) dibebaskan dan keluarga kerajaan dirajam sampai mati. Alexander Agung disambut hangat ketika memasuki kota Efesus dan berniat membiayai pembangunan kuil Artemis yang belum selesai-selesai, tetapi warga Efesus keberatan akan hal itu.
Setelah Alexander Agung mati di 323 tahun sebelum masehi, di 290 tahun sebelum masehi, Efesus dikuasai oleh Alexander Lysimachus
Efesus memberontak setelah kematian Agathocles, memberikan raja Helenistik Suriah dan Mesopotamia Seleukus I Nicator kesempatan untuk menghapus dan membunuh Lysimachus, saingan terakhirnya, pada Pertempuran Corupedium di 281 SM.
Jadi, Efesus menjadi bagian dari Kekaisaran Seleukus. Setelah pembunuhan Raja Antiochus II Theos dan istri nya Mesir, Firaun Ptolemy III menginvasi Kekaisaran Seleukus dan armada Mesir menyapu pantai Asia Kecil. Efesus berada di bawah kekuasaan Mesir antara 263-197 SM.
Ketika Seleukus Antiokhus III Raja Agung mencoba untuk mendapatkan kembali kota-kota Yunani di Asia Kecil, ia datang dalam konflik dengan Roma. Setelah serangkaian pertempuran, ia dikalahkan oleh asiaticus Scipio pada Pertempuran Magnesia di 190 SM. Akibatnya, Efesus berada di bawah kekuasaan raja Attalid dari Pergamon Eumenes II (197-133 SM).
Efesus di Periode Romawi
Di sekitar 88 tahun sebelum masehi, Efesus menjadi salah satu kota di Republik Romawi, pajak semakin meningkat dan tekanan hidup warga Efesus menjadi semakin berat, Efesus menyambut kedatangan Archealus, jendral dari raja Pontus yang diharapkan membawa perubahan, dan hal ini mengakibatkan pembantaian 80.000 warga Roma di daerah Asia dan setiap orang yang diketahui memakai aksen Latin.
Di 27 tahun sebelum masehi, ketika kaisar Augustus memerintah, ia membuat Efesus menjadi kota ibukota menggantikan Pergamus dan membangun kota ini.
Efesus di Era Byzantine
Kaisar Constantine 1 membangun Efesus dan mendirikan pemandian umum yang megah. Efesus tetap menjadi kota penting pada era Byzantine, hal ini didukung pula dengan adanya pelabuhan di Efesus yang menjadi pusat perdagangan
Efesus di Era Turki
Efesus berhasil ditaklukkan pada masa Perang Salib dan dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Ottoman pada tahun 1390. Efesus diyakini sebagai kota “Seven Sleepers” yaitu orang-orang yang dianiaya akibat percaya pada Tuhan dan memberitakan kabar sukacita atau Firman Tuhan pada jemaat Efesus, kemudian mereka bersembunyi di sebuah gua saat dikejar-kejar musuh dan tertidur selama berabad-abad, kisah ini dianggap suci oleh masyarakat Katolik, Kristen Ortodoks.
Dalam Kisah Para Rasul 19:35 bagian yang terakhir, dikatakan bahwa para masyarakat Efesus percaya jika patung dewi Artemis turun dari langit, padahal patung-patung tersebut dibuat oleh para tukang-tukang, coba lihat di Kisah Para Rasul 19:24-25.
Di kota Efesus, dipercaya sebagai kota untuk dewi Artemis, bahkan mistik yang menyebar di masyarakat kota ini sudah menjadi sangat kuat dan sangat mendalam, bahkan bisa saja dikatakan bahwa hampir sebagian penduduknya adalah tukang-tukang sihir, dibuktikan dalam pembakaran kitab-kitab sihir yang bernilai super mahal dan super banyak di Efesus. Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi Artemis yang mahabesar.
Dewi Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang kemudian disamakan dengan dewi Artemis orang Yunani dan Diana dari Romawi. Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada banyak dan berkepala seorang wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki.
Kuil yang pertama mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi belum selesai hingga tahun 400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah pada tahun 356 SM dan digantikan oleh bangunan yang lebih baru dan lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong oleh sumbangan dari seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia dan dikunjungi oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat pemujaannya.
Kota Efesus merupakan salah satu daerah pemukiman yang tertua di pantai sebelah barat Asia Kecil dan kota yang paling menonjol di propinsi Romawi di Asia, Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota anggota Liga Ioniapada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma.
Efesus memiliki populasi sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia. Asal mula kota ini tidak pernah diketahui, tetapi dalam abad kedelapan SM ia merupakan wilayah pemukiman yang menonjol dan sudah lama diambil alih oleh bangsa Yunani. Ia terletak sekitar tiga mil dari pantai di tepi Sungai Kayster, yang pada waktu itu dapat dilayari, sehingga Efesus merupakan kota pelabuhan. Lembah Sungai Kayster melandai sampai jauh ke pedalaman hingga digunakan sebagai jalur perjalanan kafilah ke Timur.
Dari Efesus ada jalan- jalan raya yang menghubungkannya dengan semua kota-kota besar lainnya di propinsi itu serta jalur-jalur perniagaan yang menghubungkannya dengan wilayah utara dan timur. Ia merupakan pos yang strategis untuk mengabarkan Injil, karena para pekerja dari Efesus mempunyai hubungan dengan seluruh wilayah pedalaman Asia.
Efesus di Zaman Kuno
Sekitar 650 tahun sebelum masehi, Efesus pernah diserang oleh Cimmerians(masyarakat Indo-Eropa kuno yang mendiami sisi utara Caucacus) yang menjarah Efesus sampai menghabiskan isi dari kuil dewi Artemis
560 tahun sebelum masehi, kota Efesus kembali ditaklukkan oleh Lidia dan berada di bawah pemerintahan raja Croesus, yang memerintah dengan kasar tetapi beliau ikut menyumbang dalam pembangunan kembali kuil dewi Artemis, dan pada waktu yang bersamaan, raja Croesus mengumpulkan penduduk Efesus yang tersebar menjadi satu dan membangun kota Efesus
Efesus di Periode Klasik
Efesus berkembang semakin makmur, tetapi pada saat kota Efesus tertekan oleh pajak yang memberatkan mereka di 498 tahun sebelum masehi, Efesus ikut memberontak bersama dengan persatuan pemberontak di Asia kecil melawan kekuasaan Persia.
Mereka disebut sebagai lonians, dan tidak lama kemudian, Athena dan Sparta ikut dalam penyerangan mereka melawan Persia di 497 tahun sebelum masehi.
Tetapi perang dan penjajahan tidak banyak member efek pada kehidupan warga Efesus, kehidupan di Efesus malah semakin maju dan warga Efesus menjadi salah satu kehidupan manusia yang lebih dulu menghargai wanita setelah suku Amazon.
Efesus di Periode Hellenistic
334 tahun sebelum Masehi, ketika Alexander Agung mengalahkan Persia, kota-kota yang direbut Persia (Asia kecil dan Yunani) dibebaskan dan keluarga kerajaan dirajam sampai mati. Alexander Agung disambut hangat ketika memasuki kota Efesus dan berniat membiayai pembangunan kuil Artemis yang belum selesai-selesai, tetapi warga Efesus keberatan akan hal itu.
Setelah Alexander Agung mati di 323 tahun sebelum masehi, di 290 tahun sebelum masehi, Efesus dikuasai oleh Alexander Lysimachus
Efesus memberontak setelah kematian Agathocles, memberikan raja Helenistik Suriah dan Mesopotamia Seleukus I Nicator kesempatan untuk menghapus dan membunuh Lysimachus, saingan terakhirnya, pada Pertempuran Corupedium di 281 SM.
Jadi, Efesus menjadi bagian dari Kekaisaran Seleukus. Setelah pembunuhan Raja Antiochus II Theos dan istri nya Mesir, Firaun Ptolemy III menginvasi Kekaisaran Seleukus dan armada Mesir menyapu pantai Asia Kecil. Efesus berada di bawah kekuasaan Mesir antara 263-197 SM.
Ketika Seleukus Antiokhus III Raja Agung mencoba untuk mendapatkan kembali kota-kota Yunani di Asia Kecil, ia datang dalam konflik dengan Roma. Setelah serangkaian pertempuran, ia dikalahkan oleh asiaticus Scipio pada Pertempuran Magnesia di 190 SM. Akibatnya, Efesus berada di bawah kekuasaan raja Attalid dari Pergamon Eumenes II (197-133 SM).
Efesus di Periode Romawi
Di sekitar 88 tahun sebelum masehi, Efesus menjadi salah satu kota di Republik Romawi, pajak semakin meningkat dan tekanan hidup warga Efesus menjadi semakin berat, Efesus menyambut kedatangan Archealus, jendral dari raja Pontus yang diharapkan membawa perubahan, dan hal ini mengakibatkan pembantaian 80.000 warga Roma di daerah Asia dan setiap orang yang diketahui memakai aksen Latin.
Di 27 tahun sebelum masehi, ketika kaisar Augustus memerintah, ia membuat Efesus menjadi kota ibukota menggantikan Pergamus dan membangun kota ini.
Efesus di Era Byzantine
Kaisar Constantine 1 membangun Efesus dan mendirikan pemandian umum yang megah. Efesus tetap menjadi kota penting pada era Byzantine, hal ini didukung pula dengan adanya pelabuhan di Efesus yang menjadi pusat perdagangan
Efesus di Era Turki
Efesus berhasil ditaklukkan pada masa Perang Salib dan dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Ottoman pada tahun 1390. Efesus diyakini sebagai kota “Seven Sleepers” yaitu orang-orang yang dianiaya akibat percaya pada Tuhan dan memberitakan kabar sukacita atau Firman Tuhan pada jemaat Efesus, kemudian mereka bersembunyi di sebuah gua saat dikejar-kejar musuh dan tertidur selama berabad-abad, kisah ini dianggap suci oleh masyarakat Katolik, Kristen Ortodoks.
No comments:
Post a Comment