Siapa yang tidak kenal dengan nama Kayafas. Dia yang bernama lengkap Yusuf bin Kayafas adalah tokoh agama sekaligus provokator utama demonstrasi di depan istana Pontius Pilatus saat terjadinya pengadilan Yesus. Kitab suci mencatat bahwa berkat kelicikannya mampu memutarbalikkan fakta di depan Pontius Pilatus membuat ribuan orang Israel yang sehari sebelumnya mengelu-elukan Yesus berbalik 180% mengecamNya bahkan menuntut hukuman mati. Seseorang tanpa dibekali keahlian di bidang politik tidak akan mampu meng-hipnotis massa sedemikian hebatnya untuk mendukung rencana politiknya.
Siapa Kayafas ini?
Dari banyak nama yang muncul sekitar menjelang kematian Kristus, Kayafas, yang saat itu menjabat sebagai Imam Agung, menjadi tokoh sentralnya. Dari penangkapan hingga penyaliban Kristus, Kayafaslah otak provokator yang banyak memainkan peran strategis politik dan agama demi tujuan pribadinya.
Kayafas pertama kali disebut dalam PB terdapat dalam Injil Lukas 3:2, ketika itu Yohanes Pembaptis memulai pekerjaannya. Dalam kutipan Injil itu disebutkan bahwa Hanas dan Kayafas adalah seorang Imam Agung.
Sejarah Israel mencatat bahwa Kayafas diangkat menjadi Imam Agung oleh Prokurator Valerius Gratus pada tahun 18 – 36M.
Sayangnya Kitab Suci tidak menjelaskan siapa dan dari suku mana Kayafas ini berasal. Namun jika melihat perkembangan jabatan Imam Agung dan pengaruhnya yang kuat dalam Sanhedrin, nampaknya Kayafas berasal dari golongan orang Saduki.
Orang Saduki dalam Sanhedrin atau Mahkamah Agama pada zaman PB umumnya mempunyai pengaruh politik yang cukup kuat. Pimpinan Mahkamah Agama ini selalu berasal dari kalangan mereka. Berbeda dengan 2 golongan lain dalam Mahkamah Agama yaitu para tuan tanah dan para ahli kitab, orang Saduki ini memiliki kuasa religius dan mengontrol lebih banyak kursi di dewan.
Awal kebenciannya terhadap Yesus
Orang Saduki adalah salah satu dari empat sekte dalam Yudaisme yang memandang bahwa satu-satunya keselamatan yang mereka kenal adalah keselamatan berdasarkan komunitas bangsa. Mereka selalu mencurigai setiap nabi yang ajarannya memungkinkan perpecahan bangsa. Selain itu demi menjaga privilegi para imam yang mendatangkan keuntungan pribadi, mereka harus memegang erat Pentateukh.
Ajaran kaum Saduki ini banyak ditentang oleh Yesus, bukan karena mereka ahli agama tetapi karena pemahamannya tentang Kitab Suci sungguh menyesatkan banyak orang. Itulah kemudian mengapa orang Saduki begitu amat membenci Yesus saat Yesus benar-benar menyebut kaum Saduki ini adalah sesat (Mark 12 : 24). Ditambah lagi usaha-usaha Kaum Saduki untuk menciptakan opini public yang jelek terhadap Yesus selalu kandas (Mat 22:34) membuat mereka harus bermain kasar untuk mencundangi Yesus (Mark 14:1-2).
Siapakah yang tidak resah dengan munculnya Yesus pada zaman itu jikalau bukan Kayafas, orang yang paling bertanggung jawab terhadap kemurnian jabatan imam-imam agama manakala eksistensinya diremehkan oleh Yesus.
Karena tanggung jawab inilah maka berbagai usaha dilakukan untuk menghadang sepak terjang Yesus. Permainan politis begitu kentara dilakukan Kayafas ini dari cara halus hingga kasar. Lihatlah contoh berikut ini :
- meminta tanda dari surga agar percaya (Mat 16 : 1)
- berdebat soal ajaran agama (Mat 22:23)
- mempertanyakan kuasa Yesus (Mat 21 :23)
- usaha membunuh Yesus (Mark 14 :1-2)
- memfitnah Yesus (Mat 26 :59)
- menghasut orang Israel untuk membunuh Yesus (Mat 27:20)
Apa motivasi Kayafas membunuh Yesus?
Jabatan Imam Besar dalam agama Yudaisme memiliki peranan strategis pada jaman itu. Jabatan ini memungkinkan seseorang bisa hidup nyaman, ekonomi terjamin, dan derajat hidup lumayan terpandang. Dari unsur politis, jabatan ini juga memiliki peranan mengatur orang banyak dalam satu tradisi agama sehingga kadang pemerintahan kurator Romawi sangat mengandalkan wibawa imam agama jika situasi jajahannya tidak terkendali. Maka lengkaplah sudah bahwa jabatan imam-imam agama dalam masyarakat Yahudi saat itu sangat kental dengan nuansa politis. Siapakah yang tidak menginginkan posisi ini saat suatu bangsa sedang tercengkram oleh panjajahan Romawi?
Kehadiran Yesus dengan ajaranNya yang cukup kontroversi, menurut mereka, benar-benar mengancam posisi imam-imam agama. Terlepas apakah mereka secara murni memang benar-benar tulus mempertahankan tradisi Saduki dengan banyak melakukan pertentangan terhadap Yesus, namun berkat daya kritis Yesus terhadap perilaku mereka nampaknya sudah mengancam eksistensi imam-imam agama dari segi ekonomi. Sebab seandainya kritik-kritik Yesus yang 100% benar saat itu didiamkan saja dan orang Yahudi berbalik mengikuti Yesus, darimana lagi sumber kemakmuran yang mereka dapatkan kelak?
Inilah mengapa Kayafas mati-matian mengejar Yesus hingga ke tiang penyaliban yang sesungguhnya tidak hanya masalah perbedaan ajaran tetapi lebih kepada motif politis yang berhubungan dengan sisi ekonomi dan gengsi jabatan atau elite. Jelaslah bahwa kematian Yesus itu berlatar belakang politis.
Dalam hal ini bukan menggugat Tuhan atas skenario yang terjadi pada akhir perjalanan Kristus di dunia, tetapi hanya ingin melihat sisi lain yang terlupakan oleh kita bahwa setiap jengkal peristiwa pasti memiliki latar belakangnya. Tuhan memang sudah menggariskan setiap peristiwa dalam catatanNya dan kita hanya perlu merefleksikan prosesnya. Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas kematian Kristus ini, yang jelas Yusuf bin Kayafas, seorang imam agung Yahudi.
No comments:
Post a Comment