Bangsa Mesir kuno terkenal akan keterbukaannya dalam membicarakan seks. Pada zaman itu, seks sama sekali bukan hal yang tabu, melainkan suatu hal yang patut dibanggakan dan dipuja. Mitologi Mesir kuno bahkan dipenuhi dengan cerita-cerita hubungan percintaan, inses, perzinahan, masturbasi, bahkan homoseksual. Bagi masyarakat Mesir kuno, seks adalah bagian penting dalam hidup, sejak lahir hingga kehidupan sesudah mati.
1. Pernikahan inses
Pernikahan inses menjadi hal yang wajar dalam masyarakat Mesir kuno. Hal ini disebabkan karena digunakannya garis matriarki dalam penentuan pewaris harta dan tahta. Status laki-laki ditentukan dari istrinya. Maka ketika seorang istri meninggal, suaminya tidak lagi berhak atas harta dan jabatan yang ia sandang. Selanjutnya, semua warisan akan jatuh kepada pewaris yang biasanya adalah anak perempuan atau cucu perempuan. Untuk mempertahankan harta, seorang lelaki bisa menikahi anak atau bahkan cucu perempuannya sendiri.
2. Seks bebas untuk wanita lajang
Wanita sangat dihargai dalam masyarakat Mesir kuno. Wanita, terutama yang sudah memiliki anak akan sangat dihormati. Kecantikan wanita bahkan diukur dari kesuburannya, dari anak-anak yang ia lahirkan. Meskipun demikian, wanita yang berzinah akan mendapat hukuman seberat-beratnya dari masyarakat. Akan tetapi kebalikannya, wanita lajang berhak melakukan seks bebas dengan siapa pun yang ia inginkan.
3. Necrophilia
Praktek necrophilia atau bercinta dengan mayat tampaknya sudah banyak dilakukan pada zaman Mesir kuno. Buktinya, sejarah mencatat bahwa laki-laki yang istrinya meninggal tidak langsung mengirimkan mayat sang istri kepada para pembalsem. Tetapi ia akan membiarkannya membusuk di rumah. Para suami ini takut bila mayat istrinya dijadikan obyek seksual oleh para pembalsem.
1. Pernikahan inses
Pernikahan inses menjadi hal yang wajar dalam masyarakat Mesir kuno. Hal ini disebabkan karena digunakannya garis matriarki dalam penentuan pewaris harta dan tahta. Status laki-laki ditentukan dari istrinya. Maka ketika seorang istri meninggal, suaminya tidak lagi berhak atas harta dan jabatan yang ia sandang. Selanjutnya, semua warisan akan jatuh kepada pewaris yang biasanya adalah anak perempuan atau cucu perempuan. Untuk mempertahankan harta, seorang lelaki bisa menikahi anak atau bahkan cucu perempuannya sendiri.
2. Seks bebas untuk wanita lajang
Wanita sangat dihargai dalam masyarakat Mesir kuno. Wanita, terutama yang sudah memiliki anak akan sangat dihormati. Kecantikan wanita bahkan diukur dari kesuburannya, dari anak-anak yang ia lahirkan. Meskipun demikian, wanita yang berzinah akan mendapat hukuman seberat-beratnya dari masyarakat. Akan tetapi kebalikannya, wanita lajang berhak melakukan seks bebas dengan siapa pun yang ia inginkan.
3. Necrophilia
Praktek necrophilia atau bercinta dengan mayat tampaknya sudah banyak dilakukan pada zaman Mesir kuno. Buktinya, sejarah mencatat bahwa laki-laki yang istrinya meninggal tidak langsung mengirimkan mayat sang istri kepada para pembalsem. Tetapi ia akan membiarkannya membusuk di rumah. Para suami ini takut bila mayat istrinya dijadikan obyek seksual oleh para pembalsem.
No comments:
Post a Comment