1. Ada tradisi yang kuat, didukung oleh bukti dari sumber-sumber purba, yang menyatakan bahwa penulis Injil Yohanes adalah rasul Yohanes. Dalam Injil ini sendiri tidak ada hunjukan tentang siapa penulisnya. Karena itu perlu dipertimbangkan dengan seksama bukti luar itu untuk menentukan apakah ia dapat dipercayai. Sekurang-kurangnya pada masa Irenaeus (kira-kira 150 Masehi) orang mengakui bahwa Injil ini ditulis oleh rasul Yohanes, dan kesaksian Irenaeus ini diperkuat oleh kemungkinan bahwa ia berkenalan dengan tradisi otentik melalui perkenalannya yang terdahulu dengan Polykarpus. Polykarpus tidak menghunjuk kepada atau mengutip dari Injil Yohanes dalam suratnya kepada orang Filipi, tapi ini tidak berarti bahwa dia tidak kenal Injil ini.
Satu-satunya penolakan terhadap kepenulisan oleh rasul Yohanes datang dari suatu kelompok yang dikenal dengan nama Alogoi, yang rupa-rupanya adalah suatu kelompok pecahan kecil di Roma. Pandangan mereka ditolak oleh Hyppolytus yang menulis pembelaan atas Injil Yohanes. Tidaklah mudah memastikan sejarah Yohanes sebelum Irenaeus. Tapi tentunya Injil Yohanes telah dianggap selaku kitab yang berwibawa untuk waktu yang cukup lama jika ditempatkan secara tak tertampkk pada taraf yang sama dengan ketiga injil lainnya selaku bagian dari Injil yang rangkap empat.
2. Beberapa pertimbangan yang bersumberkan isi Injil Yohanes memperkuat, walaupun tidak memastikan kebenaran tradisi, sebagaimana misalnya: Yohanes 19:35, "Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebesaran, supaya kamu juga percaya." Yohanes 21:24, "Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar."
Walaupun seluruh hunjukan ini dipahami secara berlainan oleh sementara ahli-ahli, namun adalah masuk akal untuk melihat ayat-ayat ini selaku tuntutan penulis sendiri bahwa ia adalah saksi mata. Lagipula, Yohanes, anak Zebedeus, tidak disinggung dalam Injil ini, sedangkan Yohanes Pembaptis hanya disebut Yohanes, tanpa penjelasan selanjutnya. Hal ini pastilah lebih dapat dipahami jika penulis adalah Yohanes anak Zebedeus. Suatu pertimbangan selanjutnya ialah sebutan tanpa menyebut nama tentang "murid yang dikasihi Yesus", yang mungkin merupakan hunjukan kepada Yohanes, rasul itu. Beberapa orang menyanggah bahwa Yohanes menggambarkan dirinya dengan cara ini dan lebih cenderung memandang ini selaku bukti bahwa rasul 'bukanlah' penulis. Sementara orang lain memahami "murid yang dikasihi" itu sebagai Lazarus atau salah seorang pengikut lainnya dari Yesus. Tidaklah mungkin untuk sama sekali pasti, tapi hubungan dekat murid tersebut dengan Petrus menunjang pandangan, bahwa ia adalah Yohanes. Pandangan ini ditunjang pula dengan beberapa hunjukan yang menunjukkan hubungan yang sangat dekat dengan Yesus di kamar atas.
3. Penulis nampaknya memiliki pengetahuan terinci tentang Palestina dan adat-istiadat Yahudi. Adalah masuk akal bila dia Yahudi Palestina, walaupun bukti ini tidak menuntut hal ini. Ia dapat memperoleh informasinya dari sumber lain.
4. Banyak rincian yang sambil lalu turut menyarankan bahwa pengamatan saksi mata berada di belakang Injil Yohanes, umpamanya jumlah tempayan air di Kana dan jumlahikan yang ditangkap di Danau Galilea ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid sesudah kebangkitan-Nya. Rincian-rincian seperti ini tidaklah hakiki dalam cerita, tetapi menambah hidupnya cerita.
5. Sekalipun demikian, ciri-ciri Helenistis dari Injil Yohanes ini dikatakan oleh sementara orang justru melawan ketelitian tradisi purba, karena rasul Yohanes bukanlah Yahudi Helenistis. Lagipula, kesejajaran-kesejajaran dengan risalah-risalah filosofis non-Kristen yang dikenal dengan nama 'Hermetica' dikemukakan untuk mendukung pendapat ini. Melawannya,memang benar bahwa ada kesejajaran-kesejajaran dalam peristilahan Yohanes dengan Philo dari Alexandria dan Hermes, tapi ini tidaklah menunjukkan bahwa penulis haruslah seorang Helenis.
Beberapa kesejajaran pemikiran yang sama terdapat juga dalam kepustakaan Yahudi dari Qumran.
6. Pengetahuan yang baik dari penulis tentang metode-metode pembahasan orang rabi adalah satu alasan lain mengapa beberapa ahli menolak kepenulisan rasuli, karena Yohanes adalah nelayan Galilea. Tapi harus pula diakui, bahwa pembahasan-pembahasan rabiniah ditemukan dalam ajaran Yesus, bukan dalam catatan penulis.
7. Lagipula, nampaknya penulis Injil Yohanes mengambil sikap bermusuhan terhadap orang Yahudi, seolah-olah mereka adalah dari bangsa yang lain daripadanya, suatu hal yang agak mengejutkan bila sekiranya rasul Yohanes adalah penulisnya. Tapi ini dapat merupakan bukti tentang perasaan dalam diri seorang Kristen Yahudi tentang permusuhan bangsanya yang pahit terhadap Yesus.
8. Teori-teori lain tentang penulis ini umumnya berusaha mempertahankan suatu hubungan antara rasul Yohanes dengan Injil ini dengan memandangnya selaku saksi, sementara menduga adanya seorang penulis lain. Teori yang dikemukakan secara amat meluas ialah bahwa seorang Yohanes lain, dikenal dengan nama Penetua Yohanes, adalah penulis itu. bila ada dua orang Yohanes yang berhubungan sedemikian dekatnya dalam menghasilkan Injil ini, bukanlah tidak mungkin bahwa dapat timbul kekacauan antara mereka dalam tradisi purba. Tapi bahwa pernah ada seorang Penetua Yohanes tergantung pada ucapan Papias yang agak kabur, dan Papias tidak menyinggung sama sekali pada suatu Injil yang dituliskannya.
9. Beberapa ahli menyangkal semua hubungan rasul Yohanes dengan Injil ini, dan mengatakan bahwa nama Yohanes dikaitkan dengannya untuk memperoleh wibawa rasuli.
10. Dalam menghadapi semua pendapat yang beraneka ragam itu, orang Kristen memang tidak boleh dogmatis, namun pandangan bahwa rasul Yohanes menulis Injil Yohanes paling cocok dengan bukti-bukti dalam maupun luar.
No comments:
Post a Comment