Di kalangan Yahudi, biji sesawi banyak dipakai sebagai istilah untuk menggambarkan sesuatu yang kecil. Kontras antara kecilnya benih dan begitu besarnya pohon di kemudian hari merupakan hal yang ingin ditekankan Yesus melalui perumpamaan biji sesawi.
Perumpamaan itu merupakan gambaran Kerajaan Allah yang dinyatakan melalui kehadiran dan pelayanan Yesus. Semula dianggap sepele dan diragukan oleh para pemimpin Yahudi, karena Yesus tampil bukan sebagai seorang raja yang berkuasa. Ia tampil hanya dengan rupa seorang hamba, dan berkeliling dengan sekelompok murid yang terdiri dari orang-orang yang tidak terkenal. Namun banyak orang yang kemudian mengalami kuasa Kerajaan Allah itu melalui pengajaran dan mukjizat yang Dia lakukan.
Perumpamaan tentang ragi juga menggambarkan tentang jumlah yang kecil dibandingkan adonannya. Namun, ragi yang tersembunyi di dalam adonan itu memiliki potensi untuk membuat adonan mengembang. Benih sesawi dan ragi menggambarkan kuasa kerajaan yang tersembunyi, tetapi secara diam-diam kuasa itu bekerja dan menjadi nyata bagi banyak orang. Bahkan kita tahu bahwa dikemudian hari -melalui pelayanan para murid Yesus- Kerajaan Allah itu dinyatakan juga ke ujung-ujung bumi dan membawa dampak besar bagi orang-orang yang mau mendengar beritanya. Benih yang tertanam di dalam tanah itu memang kemudian bertumbuh menjadi sebuah pohon besar, tempat burung-burung bersarang.
Sampai kini pun banyak orang yang menganggap remeh Kerajaan Allah yang dinyatakan melalui karya Yesus. Bagi mereka, Yesus seolah tokoh dongeng yang ceritanya enak didengar, tetapi bukan untuk diimani. Maka bisa saja orang-orang itu mengejek orang-orang yang beriman kepada Yesus. Kita tidak perlu kecil hati karena suatu saat Kerajaan Allah akan menyatakan kemuliaan-Nya, bagaimanapun perspektif orang terhadap Kerajaan Allah itu. Sebab itu kita perlu mendoakan agar kuasa Kerajaan Allah berkarya juga di dalam diri mereka hingga mereka terbuka mendengar berita Injil Kerajaan.
No comments:
Post a Comment