Alexander III pernah mencium Bagoas dengan penuh kasih sayang, ciuman seorang Raja Macedonia kepada Kasim pria yang memenangkan kompetisi tarian dan menyanyi di Gedrosia.
Sederetan kisah cinta dapat ditemukan dalam sejarah kuno yang dimulai dari: Mark Antony mencintai Cleopatra, Philarchus dan Phaedra, Meleager mencintai Atalanta, Plautus Menechmus mencintai pelacur Erotes, dan Raja Oedipus mencintai ibunya Jocasta, dan Julius Caesar sangat mencinta kekuatan. Dan bagaimana dengan Alexander III yang menyayangi Bagoas?
Karakter Bagaoes telah menjadi pertanyaan besar dikalangan sejarawan, bahkan karakter ini dimunculkan dalama sebuah film Alexander yang dibintangi oleh Oliver Stone. Ini dianggap misteri besar yang sulit terpecahkan disamping hilangnya seluruh bukti catatan sejarah tentang Alexander III yang ditulis oleh lima sejarawan kuno. Lalu, siapakah Kasim Bagoas sebenarnya? Baiklah, mari kita lihat catatan sejarah yang tersisa, walaupun nantinya cerita ini tampak menggantung, tapi semua ini disebabkan ketidak lengkapan tentang pencitraan Bagaos dan Alexander III.
Alexander III, Raja Homoseksual?
Catatan sejarah tentang Alexander didasarkan pada lima orang sejarawan kuno yang hidup setelah Alexander wafat. Diantaranya Diodorus Siculus dan Quintus Curtius Rufus yang hidup diabad ke-1 Masehi, Arrianus dan Plutarch yang hidup di abad ke-1 & 2 Masehi, serta Justin yang hidup diabad ke-4 Masehi. Tapi semua catatan sejarah ini dinyatakan hilang dan menyulitkan sejarawan modern menggali lebih dalam tentang sejarah Alexander. Jadi, sejarah Alexander III yang disusun saat ini berdasarkan bias dari catatan sejarah lain, bukan langsung dari cerita karakter sesungguhnya.
Alexander III, pemimpin yang memerintah Macedonia Yunani kuno utara sejak 20 Juli 356 SM hingga 11 Juni 323 SM, dikenal sebagai 'Alexander The Great'. Dia lahir di Pella pada tahun 356 SM, diajarkan berbagai pendidikan oleh Aristoteles hingga usia 16 tahun. Di usia 30 tahun Alexander menciptakan salah satu imperium terbesar di dunia kuno. Dia tak terkalahkan dalam berbagai pertempuran dan dianggap sebagai salah satu komandan paling sukses dalam sejarah.
Alexander III menggantikan kedudukan ayahnya Philip II di tahun 336 SM setelah ayahnya terbunuh. Setelah kematian Philip II, Alexander III mewarisi kerajaan yang kuat dan tentara yang berpengalaman, dengan keahlian militer Yunani dia memulai rencana ekspansi. Tahun 334 SM, dia menginvasi dan memulai serangkaian serangan Persia sebagai ekspansi kekuasaan yang berlangsung selama sepuluh tahun. Kemudian menggulingkan Raja Persia, Darius III dan menaklukkan keseluruhan Kekaisaran Persia.
Catatan sejarah menyebutkan bahwa Alexander menginvasi India pada tahun 326 SM, tapi terpaksa kembali karena permintaan pasukannya. Alexander dinyatakan meninggal di Babilonia pada tahun 323 SM, dan dalam tahun-tahun setelah kematiannya, serangkaian perang sipil bergolak di kerajaannya sehingga beberapa negara bagian diperintah oleh Diadochi, salah satu jendra Alexander yang masih hidup dan menjadi ahli waris.
Adakah Kisah Cinta Diantara Alexander III Dan Bagoas?
Ada beberapa sejarah yang menyatakan bahwa Alexander seorang Homoseksual, padahal bukti kuno yang menjelaskan tudingan ini dianggap sangat sedikit. Siapa saja orang-orang yang muncul dikehidupan Alexander III? Diantaranya disebutkan Hephaestion sebagai teman seumur hidupnya dan Bagoas, seorang kasim istana (yang dikebiri) konon dikabarkan pernah menjadi subjek seksual Darius III dan digulir kepada Alexander III setelah kematian Darius.
Artaxerxes IV Arses, merupakan anak bungsu dari Raja Artaxerxes III dan Atossa, dia tidak diberikan takhta kekuasaan Persia. Kenaikan takhta Arses terjadi ditahun 338 SM disebabkan pembunuhan ayah dan sebagian besar keluarganya, yang bekerjasama dengan Bagoas. Bagoas tetap berada di istana dibalik pergantian kekuasaan Artaxerxes dengan Arses anaknya (Artaxerxes IV). Bagoas berpikir, bahwa hal ini akan menjadi lebih mudah untuk mengontrol kekuasaan, Arses menjadi seorang raja boneka selama dua tahun masa pemerintahannya.
Arses akhirnya tidak puas dan mungkin dipengaruhi oleh bangsawan Royal Court yang umumnya menghina Bagoas, Arses mulai merencanakan pembunuhan Bagoas. Sayangnya, Bagoas bertindak lebih dahulu untuk melindungi dirinya dan berhasil meracuni Arses. Dengan kelicikannya, Bagoas kemudian mengangkat sepupu Arses untuk menduduki tahta yang dikenal sebagai Darius III, Raja dari Persia.
Ketika Darius III mencoba untuk membentuk Menteri independen yang kuat, Bagoas mencoba meracuni Darius. Tetapi Darius memperingatkannya dan memaksa Bagoas minum racunnya sendiri. Akan tetapi, Plutarch pernah menyatakan bahwa Alexander III sangat marah kepada Darius III (yang disampaikan pada sebuah surat), disebutkan bahwa Bagoas sebagai salah satu dari orang-orang yang mengorganisir pembunuhan ayahnya, Philip II.
Sebenarnya Homoseksual telah mememasuki kalangan elit di kota Athena, tapi tidak menjadi gambaran umum atau dapat diterima kelas bawah. Juga, kaum homoseksual hidup bersama sebagai pasangan yang menikah di Boeotia, dan masyarakat Sparta diperkirakan telah menoleransi urusan homoseksual. Budaya Spartan menyebutkan adanya pasangan Homoseksual yang hidup bersama-sama setelah pasangannya mencapai kematangan.
Orang Persia yang dikenal akrab dengan pengangkatan Kasim, begitu pula raja Macedonia Philip II dan Alexander III. Seperti Hermias, seorang kasim sekaligus salah satu murid Aristoteles yang mendapat bantuan dari Raja Philip II, dia menjadi pria homoseks di Persia Ionia. Kemudian Alexander yang menguasai Cyrus yang dipengaruhi oleh Xenophon 'Cyropaidia', mereka juga memuji para kasim.
Bukti ini setidaknya menunjukkan bahwa Alexander dikenal dekat dengan kasim dan bisa memahami mereka dalam kekaisaran Persia. Seperti yang tercatat dalam sejarah Chiliarch, Bagoas dinyatakan sebagai pejabat besar yang berhasil meracuni Raja Ochus, atau lebih dikenal sebagai Raja Artaxerxes III dari Persia.
Karakter Bagoas Dipalsukan Pengarang Buku
Bagoas adalah seorang kasim yang menjadi Ketua Menteri di pemerintahan Artaxerxes III. Disebutkan bahwa dia meninggal ditahun 336 SM. Bagoas bersekutu dengan Rhodian (tentara bayaran), dengan bantuannya dia berhasil membuat Mesir menjadi provinsi Kekaisaran Persia. Rhodian kemudian menjadi jenderal provinsi maritim, menekan pemberontak di Mesir dan mengirim tentara bayaran Yunani kuno kepada raja. Sementara Bagoas memperoleh kekuasaan Kekaisaran Persia menjelang akhir pemerintahan Artaxerxes III.
Beberapa penulis seperti W.Tarn dan Arrianus lebih memilih menghapus nama Bagoas dari buku sejarah mereka. Semata-mata karena Bagaos dianggap seorang kasim yang tidak sesuai dengan gambaran ideal dari seorang pemimpin besar sekelas Alexander III. Ada juga penulis yang menggambarkan karakter lain tentang Bagoas yang menyebutnya Pangeran Persia, sehingga buku-buku mereka tidak menggambarkan bahwa seorang kasim Alexander III bisa menjadi pejabat istana yang paling menonjol dan berpengaruh. Penulis-penulis ini lebih memilih citra seorang budak yang menghamba pada seorang Raja.
Orang-orang Kristen dan Roma berprasangka buruk terhadap kasim dan banyak kesalahpahaman yang beredar. Mereka berusaha untuk tidak merusak citra Alexander III, sebagian besar penulis memilih untuk menghapus jejak Bagoas sehalus mungkin.
Bagoas diperkenalkan oleh Nabarzanes kepada Alexander III, Nabarzane adalah salah satu Komandan Raja Persia yang membawa hadiah karena ingin membuktikan niat baik dengan menyerah kepada Alexander setelah kematian Raja Darius III. Curtius menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi di Hyrcania pada bulan Juli hingga Agustus 330 SM. Catatan Curtius sangat jelas, sementara Arrianus yang menulis sejarah bangsawan Romawi periode Antonine, hampir tidak menyebutkan Bagoas.
Alexander III mengangkat Bagoas bukan hanya karena tampan atau dia seorang kasim. Alexander sebelumnya pernah menolak pria tampan yang dihadiahkan pejabat-pejabat negara lain. Andrew Chugg beranggapan bahwa sejak Bagoas menjadi pelayan pribadi Raja Darius III, dia membuktikan kebenaran cerita Nabarzanes. Bagoas mungkin bisa berbicara bahasa Yunani dan kemudian sebagai penerjemah yang merupakan salah satu bakat seorang kasim, alasan ini pula yang menyebabkan dirinya begitu mudah memasuki kekuasaan Alexander III.
Curtius menyebutkan, 'Dia masih muda dan menjadi favorit Alexander karena menjadi bunga, meskipun dia menyamai ketampanan Hephaistion, tapi tidak sebanding dengan pesona dirinya, karena dia sama sekali tidak jantan'. Dan ketika Curtius berbicara dengan Bagoas, dia menyebutkan kata 'Orang (yang di-) Kebiri' sesuai dengan penyebutan kasim.
Yang paling terkenal adalah catatan Plutarch, Athenaeus, Aristoteles, yang menceritakan tentang tarian dan kompetisi menyanyi di Gedrosia, dimana Bagoas menjadi pemenang dan dihargai dengan ciuman Alexander III yang penuh kasih. Di buku Waldemar Heckel, Bagoas diceritakan dalam karakter yang berbeda, dia digambarkan mengacu pada orang-orang Persia orang lalim dengan nama yang sama, kemungkinan besar dari Lycia.
Bagoas, Kasim Alexander III Yang Kaya Raya
Sementara sejarah Bagaos disebutkan pernah berada di India, namanya tercatat di antara 33 Trierarchs (komandan Triremes pada kapal dayung). Daftar ini disusun oleh Nearchus, komandan armada dan salah satu jenderal Alexander III. Ini merupakan catatan murni dan tidak ada hubungannya dengan pelayaran menyusuri Sungai Indus. Sementara Trierarchs lainnya juga disebutkan diantaranya Eumenes (sekretaris Alexander), Critobulus (tabib), dan Larissa (teman medius Bagaos).
Sebuah teks pendek pernah ditemukan yang diperkirakan ditulis Ecbatana pada tahun 324 SM. Aelianus dalam bukunya Varia Historia menyebutkan, 'Dia (Alexander) makan malam pada 27 (17 Oktober 324 SM) dengan Bagoas (jarak istana ke rumah Bagoas berkisar sepuluh stades atau 1800 meter), dan pada 28 dia tidur'.
Pada saat itu Bagoas sedang dijunjung tinggi oleh Alexander, selama 7 bulan sebelum kematian raja dan sebelum kematian Hephaistion. Bagoas dikenal kaya raya dan cukup mandiri untuk bertahan hidup seorang sendiri. Plutarch menyebutkan adanya kemurahan hati Alexander III terhadap Bagoas karena bersedia mengadakan makan malam untuk raja, setidaknya raja harus menyediakan 40 kilogram perak.
Bagoas disebutkan dalam sejarah sebagai kasim yang sangat kaya dengan menyita tulisan-tulisan suci di kuil Mesir dengan memberi suap kepada para imam penjaga kuil. Ketika imam tinggi Yerusalem dibunuh oleh saudaranya (Johannes) di Bait Allah, Bagoas mendukung gerakan Johannes untuk menempatkan pajak baru pada orang-orang Yahudi dan yang masuk ke Bait Allah.
No comments:
Post a Comment