Turki menjadi salah satu persinggahan pelancong yang hendak menyusuri sejarah masa lampau yang masih utuh di sudut-sudut kota Istanbul. Turki juga menjadi tujuan wisata religi bagi yang hendak membuktikan kisah yang ditulis oleh Dan Brown dalam novelnya Inferno.
Adalah Hagia Sophia, bangunan megah bergaya arsitektur khas Byzantium menjadi satu dari sekian banyaknya saksi bahwa peralihan dan perubahan bisa terjadi dari masa ke masa. Bila berkesempatan melancong ke Turki, jangan pernah lupa berkunjung ke bekas rumah ibadah dua agama ini. Pasalnya, gedung yang terletak di depan Blue Mosque, di Ayasofya Meydani kawasan Sultanahmet ini membuka sejarah unik tentang persinggahan rumah ibadah agama Kristen dan Islam.
Ibarat kambium pohon, setiap lapisan menandakan pembabakan sejarah yang berbeda pula. Dibangun sebagai katedral bagi umat Katolik Ortodoks, konon Hagia Sophia pernah menjadi Gereja Katolik Roma terbesar di dunia dan dianggap sebagai Holy Wisdom Church.
Kala itu Hagia Sophia dihiasi dengan emas, bertahtakan permata pada dinding gerejanya, ratusan lukisan mozaik dan hasil karya seni lainnya menambah indah bangunan ini dan membuat orang-orang yang ada didalamnya merasa dihujani bintang-bintang. Hagia Sophia diakui sebagai salah satu masterpiece yang membuat mata terbelalak akan keindahannya. Gedung ini telah dijadikan sebagai gereja selama 916 tahun lamanya hingga Konstantinopel jatuh dalam penguasaan Ottoman dan Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid oleh Sultan Mehmed II.
Kendati begitu, arsitekstur Hagia Sophia tetap saja menyimpan jejak sejarah lampau yang masih utuh. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya mosaik besar Bunda Maria yang terletak di sekitar lekungan kubah yang dihimpit oleh kaligrafi Allah dan Muhammad.
Terdapat pula Mosaik Deesis, yang menjadi salah satu ikon Hagia Sophia. Mosaik ini memuat gambar diri Kristus Pantokrator, diapit Bunda Maria di sisi kanan dan Johanes Pembaptis di sisi kiri. Mosaik ini dilambangkan sebagai kekuasaan Kristus. Ada juga lukisan Yesus yang bersebelahan dengan kaligrafi Al Quran, yang menyiratkan sebuah perpaduan yang langka dan indah.
Sejak tahun 1935, saat Turki menjadi Republik, Presiden pertamanya Musatafa Kemal Ataturk memutuskan mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi museum. Simbol-simbol lukisan sakral Kekristenan yang dihilangkan selama dijadikan rumah ibadah Muslim kembali dinampakkan. Pemerintah lalu menampakkan dua simbol agama Islam dan Kristen dalam bangunan ini.
Adalah Hagia Sophia, bangunan megah bergaya arsitektur khas Byzantium menjadi satu dari sekian banyaknya saksi bahwa peralihan dan perubahan bisa terjadi dari masa ke masa. Bila berkesempatan melancong ke Turki, jangan pernah lupa berkunjung ke bekas rumah ibadah dua agama ini. Pasalnya, gedung yang terletak di depan Blue Mosque, di Ayasofya Meydani kawasan Sultanahmet ini membuka sejarah unik tentang persinggahan rumah ibadah agama Kristen dan Islam.
Ibarat kambium pohon, setiap lapisan menandakan pembabakan sejarah yang berbeda pula. Dibangun sebagai katedral bagi umat Katolik Ortodoks, konon Hagia Sophia pernah menjadi Gereja Katolik Roma terbesar di dunia dan dianggap sebagai Holy Wisdom Church.
Kala itu Hagia Sophia dihiasi dengan emas, bertahtakan permata pada dinding gerejanya, ratusan lukisan mozaik dan hasil karya seni lainnya menambah indah bangunan ini dan membuat orang-orang yang ada didalamnya merasa dihujani bintang-bintang. Hagia Sophia diakui sebagai salah satu masterpiece yang membuat mata terbelalak akan keindahannya. Gedung ini telah dijadikan sebagai gereja selama 916 tahun lamanya hingga Konstantinopel jatuh dalam penguasaan Ottoman dan Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid oleh Sultan Mehmed II.
Kendati begitu, arsitekstur Hagia Sophia tetap saja menyimpan jejak sejarah lampau yang masih utuh. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya mosaik besar Bunda Maria yang terletak di sekitar lekungan kubah yang dihimpit oleh kaligrafi Allah dan Muhammad.
Terdapat pula Mosaik Deesis, yang menjadi salah satu ikon Hagia Sophia. Mosaik ini memuat gambar diri Kristus Pantokrator, diapit Bunda Maria di sisi kanan dan Johanes Pembaptis di sisi kiri. Mosaik ini dilambangkan sebagai kekuasaan Kristus. Ada juga lukisan Yesus yang bersebelahan dengan kaligrafi Al Quran, yang menyiratkan sebuah perpaduan yang langka dan indah.
Sejak tahun 1935, saat Turki menjadi Republik, Presiden pertamanya Musatafa Kemal Ataturk memutuskan mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi museum. Simbol-simbol lukisan sakral Kekristenan yang dihilangkan selama dijadikan rumah ibadah Muslim kembali dinampakkan. Pemerintah lalu menampakkan dua simbol agama Islam dan Kristen dalam bangunan ini.
No comments:
Post a Comment