Salmaneser V adalah raja Asyur (Asiria) dari tahun 727 sampai 722 SM. Pertama kali ia disebut namanya sebagai gubernur Zimirra di Fenisia dalam masa pemerintahan ayahnya, raja Tiglat-Pileser III. Samaria (Kerajaan Israel Utara) memberontak pada zamannya. Ketika ia mengepung kota itu, ia meninggal pada hari ke-12 bulan Tebet 722 SM dan tahtanya diambil alih oleh saudaranya Sargon II.
Saat wafatnya Tiglat-Pileser, ia meneruskan tahta Asyur pada hari ke-25 bulan Tebet 727 SM, dan mengubah namanya dari nama aslinya Ululayu menjadi "Salmaneser" (Ada dugaan bahwa nama asli itu tetap dipakai dalam kaitan sebagai raja Babel, tetapi nama ini tidak ditemukan dalam dokumen resmi). Nama Salmaneser dalam bahasa Ibrani, maupun nama dalam bahasa Akadia Šulmanu-ašarid, mengandung akar kata Semitik yang sama, yang diyakini bermakna "jubah Asyur", dimana salmon atau salman dalam bahasa Ibrani berarti "jubah".
Belum ditemukan catatan sejarah yang dibuatnya sendiri. Dalam daftar raja-raja Babel, di mana ia memerintah dengan nama Ululai atau Ululayu, ia dihubungkan dengan ayahnya Tiglath-Pileser III. Untuk menumpas pemberontakan raja Hosea dari Kerajaan Israel Utara (dicatat di Alkitab dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 17), Salmaneser mengerahkan tentara melalui Bit-Adini untuk mengepung Samaria dan sekaligus menyerang Tirus. Selama tiga tahun ia mengepung sampai akhirnya “ia mematahkan perlawanan Shamaraʿin” (Samaria). Namun, rupanya ia meninggal sesaat sebelum merebut kota itu, karena jatuhnya kota Samaria dicatat sebagai hasil prestasi Sargon II yang menggantikannya menjadi raja dan menulis prasasti mengenai hal itu.
Nama Salmaneser disebutkan di Alkitab dalam kaitan dengan "Jatuhnya Kerajaan Israel Utara dan Sepuluh Suku yang Hilang dari orang Israel Utara. Hal ini dicatat dalam Kitab 2 Raja-raja di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, pasal 17 dan 18. Dalam kitab Tobit pasal 1 dikisahkan bahwa Tobit, salah seorang buangan dari Israel, disukai di istana raja Salmaneser, tetapi kemudian kehilangan pengaruhnya ketika Sanherib menjadi raja.
Flavius Yosefus mengutip Menander dari Tirus mencatat bahwa ΣέλαῃμψαϚ ("Selaempsas") selama bertahun-tahun tanpa hasil mengepung Ussu, bagian tua kota Tirus di daratan. Penyerbuan terakhir dikaitkan dengan beberapa kerusuhan di daerah itu. Saat itulah, Hosea bin Ela bersekutu dengan raja Mesir, So atau Sais di wilayah delta. Salmaneser menawan Hosea dan mengepung Samaria. Babylonian Chronicle menuliskan bahwa kehancuran Shamarain, yaitu Samaria (bandingkan dengan ejaan Aram yang dipakai di kitab Ezra 4:10) adalah perbuatan Salmaneser, meskipun saat ini diduga bahwa kota itu akhirnya direbut oleh penggantinya yang lebih terkenal, Sargon II pada tahun 722/721 SM.
Permulaan pemerintahan Salmaneser pada tahun 727 SM bertepatan dengan wafatnya Tiglat-Pileser III, ayahnya, dihitung berdasarkan tahun Bur-Sagale dalam daftar raja-raja Asyur Eponym List, di mana tercatat adanya gerhana matahari total yang dipercayai terjadi pada tanggal 15 Juni 763 SM.
Saat wafatnya Tiglat-Pileser, ia meneruskan tahta Asyur pada hari ke-25 bulan Tebet 727 SM, dan mengubah namanya dari nama aslinya Ululayu menjadi "Salmaneser" (Ada dugaan bahwa nama asli itu tetap dipakai dalam kaitan sebagai raja Babel, tetapi nama ini tidak ditemukan dalam dokumen resmi). Nama Salmaneser dalam bahasa Ibrani, maupun nama dalam bahasa Akadia Šulmanu-ašarid, mengandung akar kata Semitik yang sama, yang diyakini bermakna "jubah Asyur", dimana salmon atau salman dalam bahasa Ibrani berarti "jubah".
Belum ditemukan catatan sejarah yang dibuatnya sendiri. Dalam daftar raja-raja Babel, di mana ia memerintah dengan nama Ululai atau Ululayu, ia dihubungkan dengan ayahnya Tiglath-Pileser III. Untuk menumpas pemberontakan raja Hosea dari Kerajaan Israel Utara (dicatat di Alkitab dalam Kitab 2 Raja-raja pasal 17), Salmaneser mengerahkan tentara melalui Bit-Adini untuk mengepung Samaria dan sekaligus menyerang Tirus. Selama tiga tahun ia mengepung sampai akhirnya “ia mematahkan perlawanan Shamaraʿin” (Samaria). Namun, rupanya ia meninggal sesaat sebelum merebut kota itu, karena jatuhnya kota Samaria dicatat sebagai hasil prestasi Sargon II yang menggantikannya menjadi raja dan menulis prasasti mengenai hal itu.
Nama Salmaneser disebutkan di Alkitab dalam kaitan dengan "Jatuhnya Kerajaan Israel Utara dan Sepuluh Suku yang Hilang dari orang Israel Utara. Hal ini dicatat dalam Kitab 2 Raja-raja di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, pasal 17 dan 18. Dalam kitab Tobit pasal 1 dikisahkan bahwa Tobit, salah seorang buangan dari Israel, disukai di istana raja Salmaneser, tetapi kemudian kehilangan pengaruhnya ketika Sanherib menjadi raja.
Flavius Yosefus mengutip Menander dari Tirus mencatat bahwa ΣέλαῃμψαϚ ("Selaempsas") selama bertahun-tahun tanpa hasil mengepung Ussu, bagian tua kota Tirus di daratan. Penyerbuan terakhir dikaitkan dengan beberapa kerusuhan di daerah itu. Saat itulah, Hosea bin Ela bersekutu dengan raja Mesir, So atau Sais di wilayah delta. Salmaneser menawan Hosea dan mengepung Samaria. Babylonian Chronicle menuliskan bahwa kehancuran Shamarain, yaitu Samaria (bandingkan dengan ejaan Aram yang dipakai di kitab Ezra 4:10) adalah perbuatan Salmaneser, meskipun saat ini diduga bahwa kota itu akhirnya direbut oleh penggantinya yang lebih terkenal, Sargon II pada tahun 722/721 SM.
Permulaan pemerintahan Salmaneser pada tahun 727 SM bertepatan dengan wafatnya Tiglat-Pileser III, ayahnya, dihitung berdasarkan tahun Bur-Sagale dalam daftar raja-raja Asyur Eponym List, di mana tercatat adanya gerhana matahari total yang dipercayai terjadi pada tanggal 15 Juni 763 SM.
No comments:
Post a Comment