Mereka bukan ratu, juga bukan putri kerajaan. Namun posisi mereka sebagai selir dan wanita simpanan pria terkuat di sebuah negeri menjadikan wanita-wanita ini memiliki pengaruh besar.
Berbekal kecantikan dan kecerdasan yang mereka miliki, para perempuan ini berhasil mendapatkan kekuasaan yang sangat besar hingga mampu menggeser ratu dan permaisuri yang resmi, tak hanya dari hati sang raja, namun juga dari tampuk kekuasaan.
Bahkan mereka menjadi tokoh utama dari pergerakan sejarah yang berperan dari balik bayang-bayang penguasa.
Gabrielle d'Estrees
Dilansir Listverse, Gabrielle d'Estrees merupakan salah satu dari 56 simpanan yang dimiliki oleh Henry IV dari dari Prancis. Namun bisa dikatakan dialah yang paling berpengaruh di antara semuanya.
Perempuan satu ini merupakan sosok di balik peresmian undang-undang Edict Nantes yang menjamin kebebasan beragama para pemeluk Protestan di Prancis pada masa itu. Sementara itu Henry dikabarkan berpindah keyakinan karena pengaruh dan bujukan wanita simpanan yang paling disayanginya itu.
Pengaruh d'Estrees kepada Henry sangat besar sehingga parlemen Prancis khawatir. Kabarnya sang simpanan disingkirkan dari hidup sang raja dengan diracuni.
Begitu besar rasa cinta Henry kepada d'Estrees hingga dia menyelenggarakan upacara pemakaman layaknya seorang ratu ketika kekasihnya itu meninggal mendahuluinya.
Lola Montez
Lahir sebagai warga asli Irlandia bernama Eliza Rosanna Gilbert (sekitar 1818-1821), wanita ini kemudian lebih dikenal dengan nama panggungnya, Lola Montez. Setelah kawin lari dan bercerai, Lola memulai debutnya di panggung London. Setelah tampil di berbagai ibukota Eropa, Lola berhasil menarik perhatian Ludwig I dari Bavaria yang kemudian menjadikannya simpanan. Raja Jerman itu menciptakan kontroversi di kalangan bangsawan dengan mengangkat Lola sebagai countess.
Dilansir History, pengaruh Lola semakin mengkhawatirkan istana ketika Ludwig mulai meminta pendapatnya dalam urusan politik. Lola yang lebih cakap daripada Ludwig memerintah Jerman dari balik punggung sang kekasih yang jauh lebih tua.
Dia yang berperan dalam menyingkirkan lawan-lawan politik Ludwig. Bahkan kekuasaan Lola yang dianggap melebihi batas yang memicu munculnya gerakan revolusioner untuk menurunkan Ludwig dari tahta. Setelah Ludwig dipaksa mundur pada tahun 1848, Lola melarikan diri dan kembali menjadi aktris. Dia menghabiskan waktu di Eropa, Amerika Serikat dan Australia sebelum menetap di New York.
Diane de Poitiers
Diane de Poitiers memiliki hubungan yang tak biasa dengan raja Henry II dari Prancis. Sebelum resmi menjadi gundiknya, Diane adalah guru bagi sang raja. Diane yang berusia hampir 2 dekade lebih tua daripada Henry berperan besar dalam mengajari Henry berbagai pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi seorang raja.
Dilansir DailyMail, Diane sering membantu Henry dalam membuat keputusan penting. Bahkan sejumlah dokumen berharga yang menentukan masa depan Prancis kala itu ditandatangani oleh Diane dengan paraf HenriDiane.
Suksesi tahta Henry pun sedikit banyak dipengaruhi oleh Diane. Pasalnya Diane yang rajin membujuk Henry agar bersedia 'mengunjungi' permaisurinya Catherine de Medici demi mendapatkan pewaris.
Kekuasaan Diane di istana membuat Catherine cemburu, namun dia tidak bisa melakukan apapun. Begitu Henry meninggal, barulah Catherine bisa mengusir Diane dari istana. Diane meninggal pada usia senja di kediamannya.
Jang Hui-bin
Lahir dengan nama Jang Ok-jeong, salah satu wanita paling cantik dalam sejarah Dinasti Joseon ini berperan besar dalam pergerakan sejarah kerajaan.
Meskipun dia berasal dari golongan menengah, Jang meraih posisi sebagai sanggoong (dayang favorit raja), selir kerajaan, dan kemudian ratu dalam waktu singkat.
Perempuan ini memanfaatkan rasa cinta yang dimiliki Raja Sukjong kepadanya untuk memperluas kekuasaan keluarga Jang dan faksi Namin yang mendukungnya.
Jang Hui-bin sempat berhasil menyingkirkan Ratu Inhyeon, permaisuri Sukjong. Dia membuat dirinya diangkat sebagai permaisuri dan anaknya sebagai putra mahkota. Namun kekuasaannya yang sudah melebihi batas akhirnya membuat Sukjong muak dan menyingkirkannya dari istana.
Aspasia
Aspasia adalah seorang hetaera, wanita penghibur kelas atas yang fenomenal pada masa Yunani kuno. Sosok wanita cantik dan cerdas ini dikaitkan dengan dua negarawan besar pada masa itu, yaitu Pericles dan Lysicles.
Selain cantik, Aspasia juga dikenal sebagai perempuan cerdas dan pembicara yang andal. Menurut sejarawan Plutarch, kediaman Aspasia merupakan pusat berkumpulnya kaum intelektual, termasuk Socrates sang filsuf. Kabarnya beberapa ajaran Socrates merupakan hasil dari diskusi panjangnya dengan sang hetaera.
Sebagai wanita kesayangan Pericles, Aspasia memberikan pengaruh yang lebih besar lagi kepadanya. Dalam tulisannya yang berjudul The Acharnians, Aristophanes menyebut Aspasia sebagai dalang di balik terjadinya Perang Peloponnesian yang menjatuhkan nama Pericles.
No comments:
Post a Comment