Sejak 2000 tahun yang lalu, manusia telah ikut berperan memancarkan metana ke atmosfer yang menyebabkan perubahan iklim, hingga puncaknya pada hari ini.
Penelitian terbaru menggunakan sampel inti es Greenland menunjukkan bahwa manusia telah membuat efek rumah kaca yang mempengaruhi iklim sejak zaman Kekaisaran Romawi. Penemuan ini diterbitkan Profesor Thomas Blunier bersama dengan rekan-rekannya dari Belanda, Perancis dan Amerika Serikat, pada jurnal ilmiah Nature yang dipublikasikan kembali melalui Videnskab 5 Oktober 2012.
Metana Merubah Iklim Sejak 2000 Tahun Lalu
Metana adalah gas yang bercampur dengan udara yang terangkat dari seluruh seluruh dunia. Ketika salju turun di Greenland dan tidak meleleh, kantong kecil udara yang mengandung metana yang terperangkap dalam es tersebut. Para ilmuwan dapat menggunakan komposisi gas metana yang terperangkap untuk mengungkapkan dampak manusia pada iklim dari waktu ke waktu.
Peternakan sapi, gas metana
Para ilmuwan kini mempelajari jumlah dan komposisi gas metana yang berada di inti es Greenland dan menemukan bahwa komposisi metana pada atmosfer bumi telah berubah dari waktu ke waktu. Hasil ini memberikan para ilmuwan sebuah pemahaman yang lebih jelas, setidaknya selama kurang lebih 2000 tahun sejak adanya perubahan sejarah pertanian dan pembakaran hutan telah mempengaruhi iklim.
Profesor Thomas Blunier dari Universitas Kopenhagen Niels Bohr Institute menyatakan bahwa jumlah metana di atmosfer merupakan indikasi adanya dampak iklim pada zaman Kekaisaran Romawi sekitar 2000 tahun yang lalu. Penemuan ini tidak hanya melihat dampak besar diwaktu sebelumnya, tetapi juga menggambarkan tentang berapa banyak manusia yang benar-benar terlibat pada perubahan iklim yang ekstrim.
Sumber Metana Selama 2100 Tahun
Dalam studi mereka dari inti es Greenland, para peneliti menyelidiki bagaimana manusia yang tersebar di seluruh dunia membawa kemajuan teknologi, yang telah membawa dampak pada komponen metana dalam komposisi atmosfer dari waktu ke waktu. Dalam inti es para ilmuwan melihat indikasi pertama, bahwa umat manusia mempengaruhi iklim kurang lebih selama 2100 tahun melalui perkembangan budaya dan teknologi.
Saat itu, hanya beberapa peradaban di Bumi yang terus membesarkan lahan peternakan dan pertanian dengan membakar pohon, baik untuk membersihkan hutan ataupun memproduksi arang sebagai bahan bakar. Kegiatan ini telah berlangsung sejak zaman Kekaisaran Romawi, para peneliti dapat melihat perubahan dalam komposisi metana di inti es Greenland yang mencakup periode sejarah waktu itu.
Para ilmuwan juga melihat bagaimana iklim panas pada Abad Pertengahan yang mengakibatkan kebakaran hutan yang memancarkan metana dalam jumlah besar ke atmosfer. Industrialisasi dan pertumbuhan penduduk secara besar-besaran di tahun 1800-an juga bisa terlihat cukup jelas melalui inti es.
Tetapi, meskipun manusia telah mempengaruhi iklim selama ribuan tahun, semua itu tidak begitu terlihat seperti sekarang ini. Ada perubahan besar dalam emisi metana di tahun itu hingga efek terburuknya dirasakan pada hari ini. Hanya sebagian kecil gas metana yang terpancar diakibatkan oleh aktivitas manusia sekitar 2000 tahun yang lalu. Dan saat ini lebih dari setengah dari emisi gas metana dihasilkan dari aktivitas manusia.
Pertanian Dan Peternakan Sumbang 15 Persen Emisi Metana
Di balik keberhasilan studi ini adalah teknik analisis yang memungkinkan para ilmuwan membedakan satu sumber metana dan metana yang lain, atau komposisi karbon isotop C13 dan C12 dalam gas metana. Berbagai sumber metana memiliki komposisi isotop yang berbeda, metana yang diakibatkan pohon terbakar lebih banyak berisi karbon berat C13 dibandingkan dengan isotop karbon ringan C12, terutama diproduksi di daerah basah. Hal ini dapat menentukan berapa banyak gas metana dari sumber yang berbeda.
Dengan mempelajari komposisi metana, Thomas Blunier dan rekan-rekannya dapat melihat bahwa kandungan metana terutama berasal dari aktivitas pertanian dan peternakan. Dua sumber metana terbesar berasal dari menanam padi dan peternakan sapi.
Menanam padi berlangsung dalam bentuk lahan basah buatan, yang memancarkan sejumlah besar metana ke atmosfer. Sapi memiliki bakteri dalam perut mereka, dan hal ini menyebabkan hewan ternak tersebut menghasilkan metana dalam jumlah besar yang tidak teratur. Padi dan ternak sapi setidaknya menyumbang sekitar 15 persen emisi metana di seluruh dunia.
Kemudian, inti es memperkirakan sejarah iklim selama kurun waktu 800 ribu tahun, termasuk suhu dan konten atmosfer karbon dioksida (CO2) serta metana. Inti es menunjukkan bahwa kandungan metana di atmosfer selama Zaman Es terakhir berkisar 350 ppb (parts per billion), kemudian naik menjadi 700 ppb pada awal periode Glacial sekitar 11,700 tahun yang lalu. Sejak saat itu, manusia telah memancarkan gas metana dalam jumlah besar ke atmosfer atau berkisar 1800 ppb metana.
Meskipun metana memiliki dampak pada efek rumah kaca, peningkatan CO2 juga harus diawasi. Dalam konteks pemanasan global, metana hanya berperan sedikit tetapi studi komposisi metana bervariasi dari waktu ke waktu dan dapat memberi informasi sejarah tentang dampak manusia pada iklim, bahkan untuk saat ini dan masa mendatang.
Metana adalah gas rumah kaca yang dipancarkan dari berbagai sumber, berasal dari lahan basah seperti rawa, namun emisi metana lainnya berasal dari pembakaran kayu atau dari bakteri usus pada ternak sapi. Lahan basah merupakan produsen terbesar metana di alam, dalam lingkungan rendah oksigen di lahan basah, bakteri mendegradasi nutrisi menjadi metana dan CO2. Produksi padi merupakan lahan basah buatan manusia, di mana proses biologis menghasilkan metana juga terjadi.
No comments:
Post a Comment