Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Nov 28, 2013

Kerajaan yang Baru

Masa raya Paskah sudah dekat dan sekali lagi Yesus kembali ke Yerusalem. Dalam hati‑Nya terdapatlah damai karena adanya keesaan yang sempurna dengan kehendak Bapa, dan dengan langkah yang penuh keinginan Ia menuju ke tempat korban. Tetapi suatu perasaan rahasia, kesangsian dan ketakutan, menimpa murid‑murid. Juruselamat "berjalan dahulu di hadapan mereka itu, maka tercenganglah mereka itu, dan orang yang mengikut itu pun takut."

Sekali lagi Kristus memanggil keduabelas murid kepadaNya, dan dengan ketegasan yang lebih besar daripada biasanya, Ia memberitahukan kepada mereka tentang pengkhianatan terhadap‑Nya serta penderitaan‑Nya. Ia berkata, "Bahwa kita ini berjalan naik ke Yerusalem, maka segala sesuatu yang disuratkan oleh nabi‑nabi akan disampaikan atas Anak‑manusia. Karena Ia akan diserahkan ke tangan orang kafir, dan ia diolok‑olokkan, dan dinistakan, serta diludahi orang; dan mereka itu pun menyesah lalu membunuh Dia, maka pada hari yang ketiga Ia akan bangkit pula. Maka tiadalah mereka itu mengerti suatu apa pun; dan perkataan itu tersembunyilah dari padanya, tiada diketahuinya akan hal yang dikatakan itu." (Pasal ini dialaskan atas Mat. 20:20‑28;Mark. 10:32‑45;Luk. 18:31‑34.)

Bukankah belum berapa lama berselang mereka telah memasyhurkan di mana‑mana, "Kerajaan surga sudah dekat?" Bukankah Kristus sendiri menjanjikan bahwa banyak orang akan duduk dengan Ibrahim dan Ishak dan Yakub dalam kerajaan Allah? Bukankah Ia telah menjanjikan bahwa semua orang yang telah meninggalkan segala sesuatu karena nama‑Nya akan mendapat seratus kali ganda dalam hidup ini, dan sebagian dalam kerajaan‑Nya? Dan bukankah Ia telah memberikan kepada keduabelas murid‑Nya suatu janji istimewa tentang kedudukan tinggi yang penuh kehormatan dalam kerajaan‑Nya—duduk di takhta menghakimkan keduabelas suku bangsa Israel? Sekarang pun Ia telah mengatakan bahwa segala perkara yang disuratkan oleh nabi‑nabi mengenai Dia akan digenapi? Dan bukankah nabi‑nabi telah menubuatkan kemuliaan pemerintahan Mesias? Oleh adanya buah pikiran ini, perkataan‑Nya mengenai pengkhianatan terhadap‑Nya, aniaya, dan kematian tampaknya samar‑samar dan kabur. Kesulitan‑kesulitan apa pun menghalanginya, mereka percaya bahwa kerajaan itu segera akan didirikan.

Yohanes, anak Zabdi, adalah seorang dari dua murid yang pertama‑tama telah mengikut Yesus. Ia dan saudaranya, Yakub, tergolong di antara rombongan pertama yang telah meninggalkan semuanya untuk bekerja bagi‑Nya. Dengan senang hati mereka telah meninggalkan rumah dan sahabat‑sahabat supaya mereka dapat bersama‑sama dengan Dia, mereka telah berjalan dan bercakap‑cakap dengan Dia; mereka telah bersama‑sama dengan Dia dalam keadaan terasing di rumah, dan dalam perhimpunan orang banyak. Ia telah meneduhkan rasa takut mereka, meluputkan mereka dari bahaya, meringankan penderitaan mereka, menghiburkan kesusahan mereka, dan dengan kesabaran dan kelemah‑lembutan telah mengajar mereka, sampai hati mereka tampaknya dihubungkan dengan hati‑Nya, dan dalam kasih yang berapi‑api mereka ingin lebih dekat kepada‑Nya dalam kerajaan‑Nya. Pada setiap kesempatan yang dapat diperoleh, Yohanes mengambil tempatnya di samping Juruselamat, dan Yakub ingin dihormati dengan hubungan yang sedekat‑dekatnya dengan Dia.

Ibu mereka adalah seorang pengikut Kristus, dan telah memberikan kepada‑Nya hartanya dengan limpahnya. Dengan kasih sebagai seorang ibu serta dengan cita‑cita untuk anak‑anaknya, mengingini‑tempat yang paling terhormat bagi mereka dalam kerajaan yang baru. Untuk maksud ini ia mengajak mereka untuk mengajukan permohonan. Bersama‑sama datanglah ibu itu dan anak‑anaknya kepada Yesus, meminta agar Ia mau meluluskan permohonan mereka yang sangat mereka harapkan. "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" tanya‑Nya. Ibu itu menjawab, "Suruhkanlah kiranya kedua anak sahaya ini duduk seorang di sebelah kanan tuan dan seorang di sebelah kiri di dalam kerajaan tuan."

Yesus bersikap lemah lembut kepada mereka, tidak menempelak sifat mementingkan diri dalam mencari keunggulan melebihi saudara‑saudara mereka. Ia membaca hati mereka. Ia mengetahui dalamnya kasih mereka kepada‑Nya. Kasih mereka bukan hanya sekadar kasih sayang manusia; meski pun dinajiskan dengan saluran kemanusiaan yang duniawi, kasih itu meluap dari pancaran kasih penebusan‑Nya sendiri. Ia tidak mau memarahi, melainkan menguatkan dan menyucikan. Ia berkata, "Bolehkah kamu minum piala yang akan Kuminum dan dibaptiskan dengan baptisan yang seperti Aku akan dibaptiskan?"*) Mereka teringat akan perkataan‑Nya yang penuh rahasia itu, yang menunjuk kepada ujian dan penderitaan, namun menjawab dengan penuh keyakinan, "Boleh." Mereka menganggap suatu kehormatan tertinggi untuk membuktikan kesetiaan mereka oleh turut mengambil bagian dari segala sesuatu yang akan menimpa Tuhannya.

"Bahwasanya piala‑Ku akan kamu minum juga dan kamu pun akan dibaptiskan dengan baptisan yang seperti Aku dibaptiskan,"*) kata‑Nya, di hadapan‑Nya sebuah salib gantinya takhta, dua penjahat menemani Dia di sebelah kanan‑Nya dan di sebelah kiri‑Nya. Yohanes dan Yakub harus turut mendapat bagian dengan Guru mereka dalam penderitaan, yang satu, ialah yang pertama‑tama binasa dengan pedang di antara saudara‑saudara; yang lain lagi, yang paling lama dari semuanya menanggung kerja berat dan celaan, dan aniaya.

"Tetapi akan hal duduk di sebelah kanan‑Ku dan di sebelah kiri‑Ku itu," Ia meneruskan, "bukannya hak bagi‑Ku memberinya, hanyalah diberi kepada orang‑orang yang dipersediakan baginya oleh Bapa‑Ku." Dalam kerajaan Allah, kedudukan bukannya didapat melalui sistim pilih‑kasih. Kedudukan itu tidak dicari, atau pun diterima dengan dianugerahkan sewenang‑wenang. Kedudukan itu adalah hasil tabiat. Mahkota dan takhta merupakan tanda suatu syarat yang dicapai, hal itu menandakan penaklukkan diri sendiri dengan perantaraan Tuhan kita Yesus Kristus.

Lama sesudah itu, ketika murid itu sudah dibawa ke dalam simpati dengan Kristus melalui persekutuan penderitaan‑Nya, Tuhan menyatakan kepada Yohanes apa yang menjadi syarat dekatnya kerajaan‑Nya. "Maka orang yang menang," kata Kristus, "Aku memberi dia duduk dengan Aku di atas arasy‑Ku, sebagaimana Aku juga menang serta duduk dengan Bapa‑Ku di atas arasy‑Nya." "Maka orang yang menang, hendak Kujadikan dia suatu tiang di dalam rumah Tuhan‑Ku, dan sekali‑kali tiada ia akan keluar dari situ; dan Aku akan menyuratkan kepadanya nama Tuhan‑Ku, . . . (*) Mat. 20:23 terjemahan Klinkert) dan lagi nama‑Ku yang baru itu." Why. 3:21, 12. Rasul Paulus menulis, "Karena aku telah sedia dipersembahkan, dan masa ajalku sudah sampai. Aku telah berusaha dengan bersungguh‑sungguh di dalam peperangan iman, aku telah menyempurnakan usahaku, aku telah memeliharakan iman; pada akhirnya mahkota kebenaran telah tersedia bagiku yang akan dikaruniakan kepadaku pada Hari itu oleh Tuhan, yaitu Hakim yang adil itu, dan bukan kepadaku sahaja, melainkan juga kepada sekalian orang yang telah sangat gemar akan kedatangan‑Nya." 2 Tim. 4:6‑8.

Orang yang akan berdiri paling dekat dengan Kristus ialah orang yang selama di dunia ini telah minum paling banyak dari roh kasih‑Nya yang mengorbankan diri—kasih yang "tiada memegahkan dirinya, tiada sombong,. . . tiada mencari keuntungan dirinya saja, tiada pemarah, tiada menyimpan kesalahan orang." (I Kor. 13:4, 5)—kasih yang menggerakkan murid itu, sebagaimana kasih itu menggerakkan Tuhan kita, memberikan semuanya, hidup dan bekerja dan berkorban sampai kepada maut sekali pun, untuk menyelamatkan umat manusia. Roh ini sudah ditunjukkan dalam kehidupan rasul Paulus. Ia berkata, "Karena kepadaku hidup itu Kristus," karena hidupnya menyatakan Kristus kepada manusia, "dan mati itu untung," —untung bagi Kristus; kematian itu sendiri akan menunjukkan kuasa anugerah‑Nya, dan mengumpulkan jiwa‑jiwa kepada‑Nya. "Kristus itu dimuliakan di dalam tubuhku," katanya, "baik dengan hidup atau mati." Flp. 1:21, 22. Ketika kesepuluh murid mendengar permohonan Yakub dan Yohanes, mereka merasa sangat tidak senang. Justeru tempat yang paling tinggi dalam kerajaan itulah yang sedang dicari oleh mereka masing‑masing bagi diri sendiri, dan mereka marah karena kedua murid itu tampaknya telah mendapat kedudukan yang lebih baik daripada mereka semuanya.

Sekali lagi pertikaian tentang siapa seharusnya yang terbesar tampaknya akan timbul kembali, ketika Yesus, yang memanggil mereka kepada‑Nya, mengatakan kepada murid‑murid yang marah, "Kamu ketahui bahwa orang yang dihisabkan memerintah atas segala bangsa, menjalankan perintahnya di atas mereka itu, serta pembesarnya memegang kuasa atasnya. Tetapi bukannya demikian di antara kamu." Dalam kerajaan‑kerajaan duniawi, kedudukan berarti membesarkan diri. Rakyat harus ada demi kepentingan golongan‑golongan yang memerintah. Pengaruh kekayaan, pendidikan, merupakan banyak ikhtiar yang digunakan untuk menguasai rakyat jelata agar menguntungkan para pemimpin. Golongan‑golongan yang lebih tinggi harus memikirkan, memutuskan, menikmati, dan memerintah; yang lebih rendah harus mentaati dan melayani. Sebagaimana halnya dengan segala perkara yang lain, agama merupakan persoalan kekuasaan. Rakyat jelata diharapkan percaya dan menjalankan sama seperti  petunjuk atasannya. Hak manusia sebagai manusia, berpikir dan bertindak bagi dirinya sendiri, sama sekali tidaklah diakui.

Kristus sedang mendirikan sebuah kerajaan di atas prinsip‑prinsip yang berbeda. Ia memanggil manusia, bukannya kepada kekuasaan, melainkan kepada pelayanan, orang yang kuat menanggung kelemahan orang yang lemah. Kuasa, kedudukan, talenta, pendidikan, memberi para pemiliknya kewajiban yang lebih besar untuk melayani sesamanya manusia. Kepada murid‑murid Kristus yang paling rendah sekali pun dikatakan, "Segala perkara ini jadi karena kamu." 2 Kor. 4:15. "Karena Anak manusia pun bukannya datang supaya dilayani, melainkan supaya melayani dan memberikan nyawa‑Nya menjadi tebusan bagi orang banyak." Di antara murid‑murid‑Nya, Kristus menjadi seorang penjaga dalam segala pengertian, seorang penanggung beban. Ia turut merasai kemiskinan mereka, Ia mempraktekkan penyangkalan diri untuk kepentingan mereka, Ia berjalan di hadapan mereka untuk melicinkan tempat‑tempat yang lebih sulit, dan tidak lama kemudian Ia akan menyelesaikan pekerjaan‑Nya di dunia ini dengan memberikan nyawa‑Nya. Prinsip dasar yang digunakan oleh Kristus dalam bertindak ialah untuk menggerakkan anggota‑anggota sidang yang menjadi tubuh‑Nya. Rencana dan dasar keselamatan ialah kasih. Dalam kerajaan Kristus orang‑orang yang terbesar mengikuti teladan yang telah diberikan‑Nya, dan bertindak sebagai gembala‑gembala kawanan domba‑Nya. Perkataan Paulus menyatakan keluhuran dan kehormatan sejati dari kehidupan Kristen: "Karena meski pun aku merdeka daripada orang sekalian, maka aku telah memperhambakan diriku untuk sekalian orang," "bukannya dengan mencari faedahku sendiri, melainkan faedah orang banyak, supaya mereka itu beroleh selamat." I Kor. 9:19; 10:33.

Dalam hal kata hati jiwa itu harus dibiarkan dalam keadaan tidak terkekang. Tidak seorang pun harus mengendalikan pikiran orang lain, menghakimi bagi orang lain, atau menentukan kewajibannya. Allah memberi setiap jiwa kebebasan untuk berpikir, serta mengikuti keyakinannya sendiri. "Masing‑masing kita wajib akan memberi kira‑kira kelak dari hal dirinya sendiri kepada Allah." Tidak seorang pun berhak mencampurkan kepribadiannya sendiri dengan kepribadian orang lain. Dalam segala perkara yang menyangkut prinsip, "Hendaklah masing‑masing yakin di dalam hatinya sendiri." Rom 14:12, 5. Dalam kerajaan Kristus tidak ada penindasan kaum ningrat, tidak ada paksaan untuk budi pekerti. Malaikat‑malaikat surga tidak datang ke dunia untuk memerintah, dan untuk memaksakan penghormatan, melainkan sebagai pesuruh kemurahan, untuk bekerja‑sama dengan manusia dalam mengangkat derajat manusia.

Prinsip‑prinsip dan perkataan dalam ajaran Juruselamat, dalam keindahan Ilahinya, diingat baik‑baik oleh murid‑murid yang kekasih. Sampai pada masa hidupnya yang terakhir, beban kesaksian Yohanes kepada sidang‑sidang ialah, "Karena inilah pesan yang sudah kamu dengar dari mulanya: Bahwa patut kita berkasih‑kasihan sama sendiri." "Dengan yang demikian kita sudah mengetahui kasih yang benar, oleh sebab Ia sudah menyerahkan nyawa‑Nya karena kita; maka patutlah kita pun menyerahkan nyawa kita karena segala saudara." I Yohanes 3: 11, 16. Inilah roh yang meresapi sidang yang mula‑mula. Sesudah kecurahan Roh Kudus, "orang banyak yang sudah percaya itu hidup sehati sejiwa, dan tiada seorang pun menyatakan barang sesuatu yang dipunyainya itu miliknya sendiri." "Maka seorang pun tiada yang berkekurangan di antara mereka itu." "Maka dengan kuasa yang besar rasul‑rasul itu naik saksi tentang kebangkitan Tuhan Yesus, dan besarlah anugerah bagi mereka itu sekalian." Kis. 4:32, 34, 33.
 

Nov 27, 2013

Gudang Anggur Kuno Tertua di Dunia

Tim arkeologi AS dan Israel menemukan gudang anggur yang diduga kuat sebagai gudang anggur tertua yang pernah ada di dunia. Gudang kuno itu ditemukan di antara rerentuhan sebuah istana di Tel Kabri, Israel, yang berusia hampir 4.000 tahun.

Dalam gudang itu, peneliti menemukan 40 guci yang masing-masing berisi 50 liter anggur manis. Secara total, anggur yang ditemukan di dalam gudang adalah 2.000 liter anggur. Pada guci itu tertinggal jejak petunjuk penggunaan anggur pada saat itu.

Tim peneliti meyakini, sekitar 2.000 liter anggur itu dibuat oleh nenek moyang orang Canaan pada tahun 1.700 SM. Saat itu, masyarakat mencampur anggur dengan kayu manis, mint, madu dan bahan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan jejak bahan-bahan itu dalam guci. Professor Eric Cline, Ketua Departemen Bahasa Timur Klasik dan Peradaban di Brandeis University AS mengatakan, awalnya tim pertama menemukan secara kebetulan guci sepanjang hampir satu meter, yang kemudian dinamakan Bessie. "Kami menggali dan menggali dan tiba-tiba muncul lima Bessie, kemudian 10, 15, dan akhirnya 40 guci dikemas dalam ruang penyimpanan 15 hingga 25 kaki (4,5-7,6 meter)," ujar Cline.

Ditambahkan Dr Andrew Koh, Asisten Profesor Studi Klasik Brandeis University menganalisis sisa dalam guci untuk mengidentifikasi untuk apa anggur yang digunakan kala itu. Koh menemukan jejak senyawa tartarat dan syringic. Keduanya merupakan komponen kunci dalam anggur. Resep anggur itu disebutkan sama dengan racikan anggur yang digunakan pada Mesir kuno selama dua ribu tahun. "Ini bukan moonshine minuman keras gelap, yang dibuat di ruang bawah tanah. Resep anggur ini secara ketat diikuti dalam setiap guci," kata dia.

Rerentuhan istana di Tel Kabri, Israel, yang berusia hampir 4.000 tahun. Sedangkan Dr Assaf Yasur, ketua departemen peradaban maritim di Universitas Haifa, Israel, mengatakan pada masa lalu anggur telah diminum oleh pejabat dan tamu penting. Pasalnya, tempat menyimpanan anggur itu berada tak jauh dari lingkungan istana. "Mungkin tamu asing ketika itu mengonsumsi daging kambing dan anggur," kata Yasur-Landau. Ia juga memperkirakan gudang anggur itu terkubur bersama dengan rerentuhan istana akibat gempa bumi. Akhirnya tertimbun oleh reruntuhan bangunan. Temuan ini akan dipaparkan pada pertemuan tahunan American Schools of Oriental Research.

Terkuak, Misteri Taman Gantung Babylonia

Taman megah itu dibangun oleh Raja Sennacherib, bukan Nebukadnezar. Taman gantung Babylonia sempat tercatat sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Namun sayang, jejaknya selama ini sulit ditemukan.

Setelah dua dekade meneliti, Dr Stephanie Dalley dari Somerville College yang merupakan bagian dari Oxford University, mengklaim berhasil menguak misteri taman yang digambarkan megah dan indah itu. Melalui risetnya, Dalley membuktikan bahwa taman megah itu memang ada sekaligus membantah bahwa taman gantung itu dibuat oleh Raja Nebukadnezar, sebagaimana yang diyakini selama ini.

Dalley mengatakan taman itu telah dibuat pada awal abad ketujuh sebelum Masehi di kawasan Niniwe, Irak, sekitar 300 mil dari Babylonia pada saat itu. Taman itu dibangun oleh orang Suria (Asyiria) di Mesopotamia Utara, yang kini merupakan wilayah Irak. Pembangunan taman itu merupakan perintah dari Raja Suria saat itu, Sennacherib. Dalley mendeskripsikan, taman gantung itu merupakan taman istana yang tiada bandingannya dan sangat dikagumi banyak orang. "Ada keajaiban pada bangunan tingkatan sekrup air yang dibuat dengan menggunakan metode pengecoran perunggu," kata Dalley. Sebuah penggalian di dekat wilayah Nineveh baru-baru ini menemukan saluran air dengan jejak tulisan yang menunjukkan kemasyhuran taman itu.

"Saya Raja Sennacherib, raja dunia, mengalirkan air ke lingkungan Niniveh," demikian pernyataan yang tertulis pada salah satu prasasti. Dalley berpendapat, pemandangan Babylon dan Niniwe mendukung kesimpulannya bahwa dengan karakter wilayah sekitar Babylonia yang datar, mustahil untuk menyalurkan air ke taman gantung sebagaimana yang digambarkan dalam sumber klasik. Dalley berpendapat lain, terkait sumber klasik yang menyebutkan taman gantung dibangun oleh Raja Nebukadnezar.

Berdasarkan kajiannya, setelah orang Suria menaklukkan Babylonia pada 689 SM, ibukota Suria, Niniveh, dilihat orang saat itu sebagai Babylonia baru. Pemahaman ini ditakutkan menimbulkan kebingungan. Sementara pada riset sebelumnya disebutkan setelah raja Sennacherib menaklukkan Babylonia, ia kemudian mengubah nama seluruh gerbang Niniwe. Selain itu, Dalley yakin taman gantung itu kemungkinan sebenarnya telah digambarkan dalam relief istana Sennacherib di Niniveh. Pada relif itu digambarkan istana raja Sennacherib ditumbuhi pohon-pohon yang tertata rapi.

Penelitian yang telah dilakukan bertahun-tahun itu bertujuan menemukan bukti kebun dan sistem saluran air serta kanal itu dibangun oleh Raja Sennacherib di Niniveh, bukan oleh Raja Nebukadnezar di Babylonia. "Untuk pertama kalinya, penelitian dapat menunjukkan bahwa Taman gantung itu benar-benar ada," kata Dalley.

Sang Buddha

Ajaran Buddha telah dipeluk sebagai agama di berbagai belahan dunia. Meski banyak teks yang mencatat kehidupan dan ajaran Sang Buddha, soal di mana Sang Buddha hidup dan tinggal masih menjadi debat panjang. Sebab, tak banyak bukti nyata. Namun temuan arkeolog kini bisa menjadi bukti kuat, kapan dan di mana dahulu Sang Buddha hidup. Arkeolog menemukan tempat yang menunjukkan tempat kelahiran Buddha. Yakni, pada bangunan yang tertimbun pada struktur Kuil Maya Devi di Lumbini Nepal.

Para arkeolog menggali pada bagian pusat kuil itu. Wilayah Lumbini yang terletak barat daya Nepal, dan berbatasan dengan India itu sering diziarahi umat Buddha tiap tahun. Mereka meyakini itu sebagai tempat kelahiran Siddhartha Gautama yang menjadi Buddha. Setelah menggali, arkeolog mengambil sampel berupa fragmen arang dan butiran pasir, dan menghitung usia sampel, dan hasil pengitungan sampel menunjukkan usia bangunan itu abad 6 SM.

"Sekarang, untuk pertama kalinya, kita memiliki urutan arkeologi Lumbini yang menunjukkan bangunan di sana terawal abad ke 6 SM," jelas  Prof Robin Coningham, arkeolog Durham University. "Ini adalah bukti terawal dari sebuah kuil Buddha di manapun di dunia ini," tegas dia. Menurut peneliti, temuan itu bisa menyelesaikan perdebatan tanggal kelahiran Sang Buddha. Sebab perkiraan yang diyakini sepanjang ini, kelahiran Sang Buddha yakni sekitar 634 SM, sementara para akademisi mempercayai Sang Buddha lahir pada masa 390-340 SM. Sedangkan bukti terawal struktur Buddha di Lumbini berusia tak lebih awal dari abad ke 3 SM, yakni pada masa Kaisar Ashoka.

Penggalian juga mendeteksi tanda-tanda akar pohon kuno pada bangunan kayu tengah kuil. Semakin menguatkan bahwa kuil ini merupakan tempat kelahiran Buddha. Pada tradisi Buddha, tercatat Dewi Maya Devi telah melahirkan sang Buddha sambil memegang cabang pohon di Taman Lumbini. "Temuan ini penting untuk lebih memahami kelahiran Sang Buddha. Pemerintah Nepal akan lebih hemat dalam melestarikan situs yang signifikan itu," ujar Ram Kumar Shrestha, Menteri Budaya, Pariwisata dan Penerbangan Sipil Nepal.

Nov 22, 2013

Tempat Ibadah Paling Kuno

Pada jaman dahulu kala manusia sudah mengenal yang namanya tuhan dan dewa sehinga mereka membuat bangunan untuk melakukan persembahan atau tempat ibadah. Sampai saat ini tempat tempat ibadah yang digunakan masyarakat kuno pun masih ada yang berdiri walaupun ada salah satu tempat ibadah yang tidak digunakan lagi akibat sudah berumur tua.

1. Göbekli Tepe - Turki



Göbekli Tepe adalah tempat ibadah yang terletak 15 km sebelah timur laut kota Şanlıurfa (Urfa) di Turki tenggara. Situs ini terdiri dari dua puluh struktur melingkar tersebar di puncak bukit. Yang tersisa saat ini hanyalah pilar batu kapur yang besar dihiasi dengan desain abstrak ukiran hewan. Sejauh ini ukiran dari ular, kalajengking, burung, babi hutan, rubah dan singa telah ditemukan. Tempat ini kini sedang dalam penggalian oleh arkeolog Jerman dan Turki. Kuil ini dianggap sebagai kuil tertua yang pernah ada di dunia.

2. Hypogeum - Malta



Hypogeum adalah bangunan yang benar-benar kuno. Dibangun pada tahun 3500 SM, Hypogeum menjadi satu-satunya kuil prasejarah yang dibangun di bawah tanah. Hypogeum telah digunakan secara beragam melalui sejarahnya, dan telah berubah menjadi kuburan di masa lalu. Hypogeum adalah campuran dari gua-gua alam dan gua galian yang lebih dari tiga tingkat. Di Hypogeum terdapat sebuah ruangan yang dapat memantulkan suara (gema), yang apabila kita berteriak akan terdengar ke seluruh Hypogeum. Mengunjungi Hypogeum tidak bisa sembarangan, dengan alasan pemeliharaan terhadap lukisan yang berada di dinding. Hanya 80 pengunjung yang diizinkan setiap harinya.

3. Pantheon - Roma



Pantheon adalah sebuah bangunan yang dikonstruksikan pada tahun 27 SM sebagai kuil berbentuk bulat di pusat kota Roma. Pembangunan kuil ini diselesaikan pada masa pemerintahan Kaisar Hadrian (118 SM-28 M) pada tahun 126 M. Hadrian membangun kuil ini untuk penyembahan terhadap dewa-dewa Romawi. Nama Pantheon berasal dari bahasa Yunani yang berarti Rumah Semua Dewa. Kuil ini digunakan sebagai gereja dari tahun 609 sampai 1885 dan kemudian menjadi gereja dan tempat pemakaman bagi pahlawan nasional Italia. Tokoh-tokoh terkenal yang dimakamkan di sini adalah Raja Emmanuel I dan pelukis Renaissance, Raphael.

4. Gua Ajanta - India



Gua Ajanta di Maharashtra, India, adalah monumen gua berusia abadyang berdiri sejak 2 SM, terdiri dari lukisan dan skulptur yang dianggap sebagai karya besar seni religius Buddha. Ketika dilihat dari luar, Gua Ajanta menyerupai area pemujaan yang menempel pada sisi bukit melingkar. Namun, di saat Anda melihat ke dalam, pesona yang terlihat justru ukiran batu manusia dan juga pilar-pilar yang besar layaknya sebuah istana candi. Dengan adanya pembuktian ini, menandakan bahwa kehidupan kuno di India memiliki nilai religi dan karya seni yang tinggi, terlepas pengaruh politik dan ekonomi pemerintah. Gua ini terletak di luar desa Ajinṭhā, distrik Aurangabad, Maharashtra. Sejak tahun 1983, Gua Ajanta merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

5. Borobudur - Indonesia



Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.