Sejarah Dunia Kuno

2021 a year of miracles and 'unlocking' millions

Feb 28, 2011

Hati yang baru

"Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan." (Roma 10:8-10)

Di dalam ayat ini Tuhan berkata, dan Dia membuatnya sangat jelas, bahwa "jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, DAN percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."

Masalahnya adalah, secara alami, hati manusia adalah sangat jahat. Seperti misalnya, kita membaca dalam kitab Yeremia 17:9 demikian:

"Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?"

Dan Zakharia 7:12 berkata demikian:

"Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu..."

Hati seorang manusia yang belum diselamatkan sangatlah memberontak melawan Tuhan. Oleh karena itu, mereka tidak dapat percaya. Dan satu-satunya cara mereka dapat percaya adalah jika Tuhan memberikan mereka "hati yang baru".

Kita membaca dalam kitab Yehezkiel 36:26-29 demikian:

"Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan AKU akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat." Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan AKU akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu. AKU akan melepaskan kamu dari segala dosa kenajisanmu dan AKU akan menumbuhkan gandum serta memperbanyaknya, dan AKU tidak lagi mendatangkan kelaparan atasmu."

Ini seluruhnya adalah pekerjaan Tuhan. Ketika Tuhan menyelamatkan kita, Dia memberikan kita "hati yang baru" atau kebangkitan jiwa yang baru. Itu seluruhnya adalah 100% anugrah atau hadiah Tuhan.

Dan ketika Dia memberikan kita hati yang baru, maka kita menjadi diselamatkan. Itulah seluruhnya tentang keselamatan. Ketika Tuhan menyelamatkan kita, Dia memberikan kita "hati yang baru" dan kemudian kita dapat menjadi percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati.

Kita tidak menjadi percaya untuk menjadi diselamatkan, pada dasarnya kita tidak dapat percaya dengan sepenuh hati jika belum diberikan anugrah hati yang baru. Jadi kita percaya karena Kristus-lah yang telah menyelamatkan kita terlebuh dahulu. Sampai Tuhan memberikan kita hati yang baru, kita tidak dapat percaya kepada-Nya dengan sepenuh hati. Hal itu tidaklah mungkin karena hati kita sangat jahat, dan kita masih berada di dalam pemberontakan melawan Tuhan.

Kitab 1 Yohanes 2:3-6 berbicara tentang keselamatan yang sejati demikian:

"Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada Kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."

"... Fear God, and give glory to Him; for the hour of His judgment is come ..."  (Revelation 14:7)

Feb 25, 2011

Anak Durhaka

"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36)

Di dalam ayat ini Tuhan Yesus tidak sedang berkata bahwa Ia tidak mengetahui saat dari Hari Penghakiman. Di dalam bahasa asli Alkitab tidak ada huruf besar yang digunakan, jadi ketika Tuhan berbicara tentang sang "Anak" disini, Ia bukan sedang menunjuk kepada Tuhan Yesus. Kita harus selalu ingat bahwa Yesus adalah Allah Yang Kekal. Dengan demikian, jika Allah Bapa mengetahui saatnya, maka Kristus juga mengetahui, karena Kristus adalah Allah Bapa Yang Kekal.

Yesus berkata dalam kitab Yohanes 10:30:

"Aku dan Bapa adalah satu."

Dan dalam kitab Yohanes 14:9b Yesus berkata:

"Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami."

Kristus tidak pernah berhenti sebagai Allah Yang Kekal. Jadi kata "anak" yang ada dalam Matius 24:36 adalah sebuah referensi yang mungkin menunjuk kepada jemaat-jemaat Perjanjian Baru atau bisa juga menunjuk kepada Iblis. Berdasarkan konteksnya atau dimana kata yang sama digunakan, itu dapat menunjuk kepada jemaat-jemaat gereja atau kepada Iblis.

Selama masa kerja gereja berlangsung, adalah benar bahwa jemaat-jemaat organisasi gereja tidak dapat mengetahui tanggal dari peristiwa kedatangan Kristus kembali. Tetapi Alkitab juga mengajarkan dalam Markus pasal 13 dan Matius 24 dan banyak ayat-ayat lainnya bahwa Masa Siksaan Yang Dahsyat akan datang. Dan ketika Masa Siksaan Yang Dahsyat itu dimulai, penghakiman Tuhan akan jatuh menimpa organisasi gereja-gereja Perjanjian Baru. Dan Alkitab mengajarkan bahwa selama masa tersebut berlangsung Roh Kudus tidak lagi berada di dalam gereja-gereja karena Iblis akan ditempatkan untuk duduk memerintah disana. Kita membaca dalam kitab 2 Tesalonika 2:3 demikian:

"Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka [yaitu Anak Durhaka], yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk [yaitu memerintah] di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah."

** Harap diperhatikan bahwa dalam bahasa aslinya ayat ini berkata "anak durhaka" bukan manusia durhaka.

Itu berarti bahwa di akhir zaman, Iblis akan ditempatkan untuk duduk memerintah di dalam organisasi gereja-gereja, dimana selama masa kerja gereja mereka merupakan perwakilan external dari Kerajaan Allah. Itulah sebabnya mengapa gereja-gereja disebut sebagai "Bait Allah". Oleh sebab itu, kata "Anak" yang ada dalam kitab Markus 13:32 menunjuk kepada "anak durhaka", dan itu adalah si Iblis.

Kemudian dalam kitab Yohanes 19:26-27 kita membaca demikian:

"Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."

Peristiwa ini terjadi ketika Yesus sedang tergantung di atas kayu salib. Sesaat sebelum Ia mati, Ia melihat Maria, ibu-Nya, dan murid-murid yang dikasihi-Nya. Kemudian Yesus memerintahkan kepada para murid untuk memperhatikan ibu-Nya setelah Ia pergi.

Kita telah belajar lama lalu bahwa seluruh Alkitab terdiri dari perumpamaan-perumpamaan (Matius 13:34, Markus 4:11). Akan tetapi, kita harus mencari di dalam Firman Tuhan, membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lain, untuk mengerti arti rohani dari ayat yang manapun juga. Dan ketika kita memeriksa kisah ini, kita menemukan bahwa Maria, seorang perempuan Yahudi, melambangkan "bangsa Israel kuno". Sedangkan murid-murid yang disebut sebagai "anak" dalam ayat ini, melambangkan "jemaat Perjanjian Baru", karena Tuhan menggunakan mereka untuk membangun gereja-gereja Perjanjian Baru.

Dan Yesus menyatakan kepada Maria dan para murid untuk memulai hubungan baru sebagai ibu dan anak. Bangsa Israel kuno telah diberikan tugas untuk bertanggung-jawab atas Firman Tuhan selama masa Perjanjian Lama, akan tetapi pada saat itu Tuhan sedang melakukan transfer tanggung-jawab tersebut kepada jemaat-jemaat Perjanjian Baru. Dan Tuhan memberikan instruksi kepada mereka untuk memperlakukan satu sama lain dengan baik dan penuh hormat. Orang-orang Israel harus melihat mereka-mereka yang berada di dalam gereja-gereja sebagai keturunan rohani mereka, sama seperti seorang anak. Dan jemaat-jemaat harus berterima-kasih untuk apa yang telah bangsa Israel perbuat bagi mereka dan menghormati mereka, seperti halnya seorang ibu.

Kita telah mengerti bahwa sang "anak" yang ada dalam Markus 13:32 tidak mungkin menunjuk kepada Kristus. Tuhan Yesus mengetahui segala sesuatu karena Ia adalah Allah. Dan ayat tersebut menunjukkan bahwa Bapa mengetahui saat kedatangan Yesus kembali, dan Yesus berkata dengan sangat gamblang bahwa: "Aku dan Bapa adalah satu".

Ketika kita memeriksa ayat-ayat ini dengan lebih berhati-hati, kita menemukan bahwa dua kata Yunani asli yang diterjemahkan sebagai "anak" di dalam Markus 13:32 dan Yohanes 19:26 adalah kata yang identik. Oleh karena itu, Alkitab menyediakan dua kemungkinan pengertian dari identitas sang anak yang tidak mengetahui saat kembalinya Kristus. Kita telah sebelumnya mengerti bahwa itu dapat menunjuk kepada Iblis, yang disebut sebagai "anak durhaka" (manusia durhaka -- 2 Tesalonika 2:3). Iblis tidak mengetahui kapan Kristus merencanakan untuk datang kembali ketika Yesus membuat pernyataan tersebut.

Dan sekarang kita juga mengetahui bahwa sang "anak" ini bisa juga menunjuk kepada orang-orang yang berada di dalam jemaat-jemaat. Tuhan mengkonfirmasi hal ini dengan menggunakan kata Yunani yang sama untuk ungkapan "anak" dalam Yohanes 19:26 untuk secara rohani menunjuk kepada mereka-mereka yang berada di dalam organisasi gereja-gereja Perjanjian Baru.

Orang-orang yang berada didalam jemaat-jemaat telah diajarkan bahwa mereka tidak dapat mengetahui kapan Kristus akan datang kembali untuk yang kedua kalinya, bagi mereka Kristus akan datang seperti seorang pencuri pada waktu malam. Akan tetapi, orang-orang percaya yang sejati mengetahui dengan pasti dari Alkitab bahwa saat Pengangkatan dan Hari Penghakiman akan dimulai pada tanggal 21 Mei tahun 2011.

Kitab 1 Tesalonika 5:4-9 menjelaskan kepada kita demikian:

"Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga Hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka [yaitu lolos dari Hari Penghakiman], tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita"

Berjaga jaga

Di dalam Alkitab ungkapan "berjaga-jaga" berarti bahwa kita harus mempelajari Firman Tuhan dengan sangat rajin dan berhati-hati, terutama di hari kita sekarang ini, karena di akhir zaman [yaitu di hari kita sekarang ini] Tuhan akan membuka banyak kebenaran-kebenaran baru tentang "waktu dan penghakiman" yang tadinya disembunyikan/dimeterai di dalam Alkitab (lihat Daniel 12:4-10).

Dalam kitab Pengkhotbah 8:5 Tuhan berjanji demikian:

"Siapa yang mematuhi perintah tidak akan mengalami perkara yang mencelakakan [yaitu lolos dari hari penghakiman], dan hati orang berhikmat mengetahui waktu pengadilan [yaitu mengetahui baik tentang waktu maupun pengadilan - KJV]"

Dan kitab Wahyu 3:3b dengan cukup jelas berkata demikian:

"Karena jikalau engkau TIDAK berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu."

Masalahnya utamanya adalah otoritas Alkitab, apakah kita benar-benar percaya kepada seluruh Alkitab dengan sepenuh hati atau kita juga mempercayai hal-hal lainnya, seperti doktrin-doktrin denominasi gereja kita, yang akan mempengaruhi kepercayaan kita. Akan tetapi, Kebenaran hanya dapat ditemukan di dalam Alkitab saja dan keseluruhannya, dan Alkitab mencatat banyak nubuat tentang Hari Penghakiman dan akhir zaman di seluruh Alkitab.

Ingatlah Tuhan tidak menulis angka-angka di dalam Alkitab secara kebetulan, semua angka-angka tersebut adalah Firman Tuhan yang memiliki maksud tertentu sama seperti pernyataan-pernyataan yang lainnya. Pelajarilah konteks dari kitab 1 Tesalonika pasal 5, dan 2 Petrus 3 tentang akhir zaman dengan sangat berhati-hati.

Dalam kitab 2 Petrus 3:2-7 kita membaca demikian:

"supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh Firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh Firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik."

Dan kitab 1 Tesalonika 5, ayat 4-9 memperingatkan demikian:

"Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga Hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka [yaitu lolos dari hari penghakiman], tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita"

Orang-orang percaya yang sejati akan diangkat ke atas awan-awan (rapture) pada tanggal 21 Mei 2011, sehingga mereka tidak akan mengalami Hari Penghakiman yang sangat mengerikan yang akan berlangsung di muka bumi ini selama 5 bulan. Kitab Yeremia 25:31-33 menubuatkan tentang Hari itu demikian:

"Deru perang akan sampai ke ujung bumi, sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap bangsa-bangsa; Ia akan berperkara dengan segala makhluk: Orang-orang fasik akan diserahkan-Nya kepada pedang [=firman], demikianlah Firman TUHAN. Beginilah Firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, malapetaka akan menjalar dari bangsa ke bangsa, suatu badai besar akan berkecamuk dari ujung-ujung bumi. Maka pada hari itu akan bergelimpangan orang-orang yang mati terbunuh oleh TUHAN dari ujung bumi SAMPAI ke ujung bumi. Mereka tidak akan diratapi, tidak akan dikumpulkan dan tidak akan dikuburkan; mereka akan menjadi pupuk di ladang [yaitu kotoran binatang di muka bumi - KJV].

Itu akan menjadi suatu periode masa yang sangat mengerikan jauh di luar apa yang dapat kita bayangkan (lihat Matius 13:41-43, Yeremia 8:1-2, Yesaya 66:24).

Dalam kitab Matius 13:41-43 kita membaca demikian:

"Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan DARI dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi [yaitu mereka marah kepada Tuhan]. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Feb 22, 2011

Mengapa Tuhan memberi kita masalah

Masalah-masalah yang kita hadapi bisa membuat kita jatuh atau bertumbuh, tergantung dari bagaimana cara kita menanggapinya. Sangat disayangkan banyak orang gagal untuk melihat bagaimana Tuhan menggunakan masalah untuk kebaikan mereka. Mereka lebih memilih untuk
bertindak bodoh dan membenci masalah-masalah mereka daripada menghadapi dan merenungkan kebaikan apa yang bisa mereka dapat dari masalah-masalah tersebut. Ada lima cara Tuhan menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan kita untuk menjadi sesuatu
kebaikan bagi kita:

1. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGARAHKAN kita. Kadang-kadang Tuhan harus menyalakan api di bawah kita untuk membuat kita tetap bergerak. Sering kali masalah yang kita hadapi akan mengarahkan kita ke arah yang baru dan memberikan kita motivasi untuk berubah. Ada kalanya masalah menjadi cara yang Tuhan pakai untuk menarik perhatian kita.

2. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGUJI kita. Manusia bagaikan teh celup... jika anda ingin tahu apa yang ada di dalamnya, celupkan saja ke dalam air panas! Tuhan kadang ingin menguji kesetiaan kita melalui masalah-masalah yang kita hadapi.

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (Yakobus 1:2-3).

3. Tuhan menggunakan masalah untuk MENGOREKSI kita. Ada pelajaran-pelajaran yang hanya dapat kita pelajari melalui penderitaan dan kegagalan. Mungkin waktu kita masih kecil orang tua kita mengajar kita untuk tidak boleh menyentuh kompor yang panas. Tetapi mungkin kita baru benar-benar belajar justru setelah tangan kita terbakar. Kadang-kadang kita baru bisa menghargai sesuatu... kesehatan, teman, hubungan..., saat kita sudah kehilangan.

"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu." (Mazmur 119:71).

4. Tuhan menggunakan masalah untuk MELINDUNGI kita. Suatu masalah bisa menjadi berkat jika masalah tersebut menghindarkan kita dari bahaya. Tahun lalu ada seorang Kristen yang diberhentikan dari pekerjaannya karena ia menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak etis bagi bossnya. Ia menjadi mengganggur, tetapi justru dari masalah itulah ia terhindar dari ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara, karena setahun kemudian tindakan boss itu
terbongkar.

"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan..." (Kejadian 50:20).

5. Tuhan menggunakan masalah untuk MENYEMPURNAKAN kita. Jika kita menanggapi masalah dengan cara dan pandangan yang benar, masalah tersebut bisa membentuk kita. Tuhan lebih memperhatikan karakter kita daripada kenyamanan kita. Hanya hubungan kita
dengan Tuhan yang akan kita bawa sampai kekal. " ... Kita malah bermegah dalam
kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:3-4)

Feb 11, 2011

Lukisan Tuhan

"Jangan membuat bagimu patung [atau sesuatu] yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi." (Keluaran 20:4)

Untuk membuat suatu patung atau gambar atau film tentang Tuhan semesta alam adalah sesuatu yang benar-benar salah dan sangat tidak alkitabiah. Tuhan telah menyatakan bahwa Ia tidak ber-komunikasi dengan umat manusia melalui patung atau gambar atau film tetapi Tuhan memberikan kepada kita perintah-perintah melalui tulisan-tulisan yang
dapat kita baca di dalam Kitab Suci.

Untuk membuat patung atau gambar tentang Tuhan akan menjadi suatu "berhala" yang sangat menyesatkan karena mereka yang memilikinya di rumah-rumah mereka akan berpikir bahwa mereka telah mengenal atau dilindungi oleh Tuhan dimana hal yang sebenarnya sama sekali tidak demikian. Pada kenyataannya Alkitab dengan keras melarang umat manusia untuk membuat sesuatu yang "menyerupai" Tuhan.

Pada Sepuluh Perintah Allah dalam kitab Keluaran 20:3-5 Tuhan berkata demikian:

"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung [atau sesuatu] yang MENYERUPAI apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu  "

[harap diperhatikan bahwa dalam bahasa aslinya ayat 4 berkata: " ... atau sesuatu yang menyerupai apapun yang ada di langit ..."]

Kitab Ulangan 4:12 & 15-16 juga menyatakan alasan mengapa Tuhan memerintahkan umat manusia untuk "tidak" membuat patung atau sesuatu yang menyerupai Tuhan Yang Maha Suci. Ayat ini juga menggunakan ungkapan "menyerupai" (temunah) seperti yang digunakan dalam kitab Keluaran 20:4. Dalam ayat itu Tuhan berpesan kepada bangsa Israel
demikian:

"Lalu berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api; suara kata-kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara. Hati-hatilah sekali -sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api-- supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung
yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan"

Dan ayat 17-20 melanjutkan demikian:

"yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara, atau berbentuk binatang yang merayap di muka bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi; dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara
langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka, sedangkan TUHAN telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi, dari Mesir, untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini."

Ini adalah peringatan yang sangat keras yang seharusnya membuat kita gemetar. Oleh karena itu dengan tidak ragu-ragu saya akan merobek (menggunting) gambar-gambar yang dinyatakan sebagai gambar Tuhan yang kadang ada di dalam Alkitab, dan menghancurkan patung-patung yang dinyatakan sebagai patung Tuhan atau ibu dari Tuhan atau bapa Tuhan.

Orang-orang percaya yang sudah "diciptakan kembali dalam citra Tuhan" (Kolose 3:10) melalui karya keselamatan Tuhan yang penuh kasih akan puas selama-lamanya hanya dengan Tuhan sendiri, seperti yang ditunjukkan dalam kitab Mazmur 17:15 demikian:

"Tetapi aku, dalam KEBENARAN akan kupandang wajah-Mu [yaitu Firman-Mu], dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu."

Ada banyak orang yang kurang menyadari fakta bahwa Yesus adalah Allah Yang Maha Agung dan Suci dan Ia tidak berhenti menjadi Allah (Yohanes 10:30). Sebuah lukisan adalah semacam gambar dua-dimensi, dan film juga adalah semacam gambar. Manusia menginginkan Tuhan yang mudah untuk dimengerti menurut keinginan mereka sendiri tetapi pada dasarnya manusia membenci Firman Tuhan di dalam Alkitab yang dapat menyatakan dosa-dosa mereka.

Intinya, umat manusia sangat menyadari bahwa mereka telah berdosa terhadap Tuhan, akan tetapi dalam kesombongannya manusia berpikir bahwa mereka dapat "menutupi" dosa-dosa mereka melalui "pekerjaan" mereka sendiri (yaitu buatan tangan manusia) dengan sesuatu yang mereka anggap baik. Dalam sifat alaminya manusia hanya ingin datang
kepada Tuhan menurut syarat-syarat mereka sendiri tetapi bukan menurut syarat-syarat Tuhan. Tetapi kenyataannya perbuatan seperti ini sama sekali sia-sia, dan ini adalah sama seperti membohongi diri sendiri.

Kitab Yesaya 59:6 mengajarkan kepada kita demikian:

"Sarang yang ditenun itu tidak dapat dipergunakan sebagai pakaian, dan buatan [yaitu pekerjaan] mereka itu tidak dapat dipakai sebagai kain [yaitu penutup]; perbuatan mereka adalah perbuatan kelaliman, dan yang dikerjakan tangan mereka adalah kekerasan belaka."

Dan kitab Yesaya 30:1 lebih jauh menyatakan demikian:

"Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan [yaitu penutup], yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah"

Dan kitab Mazmur 115:4-8 menunjukkan keinginan manusia yang berdosa untuk membuat dan menyembah tuhan yang mereka inginkan sendiri --tetapi bukan Tuhan Yang Benar dan Yang Hidup-- seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Dalam ayat itu kita membaca demikian:

"Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, BUATAN TANGAN MANUSIA, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak
dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya."


Sepanjang sejarah manusia telah mencoba untuk menciptakan tuhan yang kekal dan tidak terbatas "menurut gambaran manusia". Dalam dosa pemberontakannya manusia mencari jalan untuk merendahkan sang Pencipta kepada sesuatu dapat mereka mengerti, --sesuatu yang dapat mereka kendalikan--, sesuatu ilah yang dapat berpindah-pindah dan sangat
praktis sama halnya seperti tuhan boneka.

Tuhan banyak berbicara tentang ilah-ilah palsu yang dengan tidak sadar disembah oleh manusia, seperti yang dinyatakan ayat-ayat berikut ini:

Kitab Ulangan 27:15 memperingatkan demikian:

"Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang tukang, dan yang mendirikannya dengan tersembunyi. Dan seluruh bangsa itu haruslah menjawab: Amin!"

Kitab Yesaya 44:10 menjelaskan demikian:

"Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?"

Kitab Yesaya 45:20 menyatakan demikian:

"Berhimpunlah dan datanglah, tampillah bersama-sama, hai kamu sekalian yang terluput di antara bangsa-bangsa! Tiada berpengetahuan orang-orang yang mengarak patung dari kayu dan yang berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan."

Kitab Habakuk 2:18 berkata demikian:

"Apakah gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya."

Walaupun kebanyakan orang pada hari sekarang ini tidak menyembah "patung berhala" atau "gambar-gambar" dari Tuhan, mereka sama bersalahnya dengan orang-orang yang menyembah patung karena mereka menyembah pikiran mereka sendiri, atau ilmu pengetahuan, atau kemanusiaan, atau ketenaran, atau kekuasaan, uang, politik, atau
sesuatu yang semacam itu.

Kitab Roma 1:21-22 dan ayat 25 dengan jelas menyatakan demikian:

"Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah
dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk [yaitu yang diciptakan] dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin."

Satu Hari Seribu Tahun

"Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." (2 Petrus 3:8)

Di dalam ayat ini Tuhan membuat suatu pernyataan yang sangat misterius yang tidak dapat dimengerti dengan benar oleh seorangpun sampai zaman kita sekarang ini. Ungkapan "saudara-saudara yang kekasih" menunjuk kepada orang-orang percaya yang sejati. Dan ada satu hal yang tidak boleh kita lupakan atau abaikan. Hal apakah itu? Apakah satu hal dimana Tuhan tidak mau untuk kita lupakan? Kemudian Tuhan berkata, "di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." Apakah artinya hal itu?

Pada permulaan dari pasal itu Tuhan berbicara tentang banjir besar yang terjadi di zaman Nuh ketika seluruh dunia dihancurkan dengan air bah. Kemudian dalam ayat 7 Tuhan berkata bahwa pada hari yang terakhir, dunia ini akan dihancurkan dengan api. Jadi karena di dalam konteks ini Tuhan sedang berbicara tentang air bah yang terjadi di zaman Nuh dan penghancuran seluruh dunia dengan api pada saat terakhir, oleh karena itu, kita harus berpikir tentang penghancuran pada akhir dunia.

Dalam 2 Petrus 3:3-7 Tuhan berkata demikian:

"Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh Firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh Firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik."

Jadi, "satu hari sama seperti seribu tahun", apakah artinya hal itu? Kita harus menghubungkan hal ini dengan banjir besar yang terjadi di zaman Nuh. Dan Tuhan memberitahukan kepada Nuh dalam kitab Kejadian 7:4 demikian:

"Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu."

Alkitab juga memberitahukan kepada kita dalam kitab 2 Petrus 2:5 bahwa Nuh adalah seorang pengkhotbah, yaitu pemberita Kebenaran. Oleh karena itu, Nuh pasti memberitahukan orang-orang yang hidup di zamannya bahwa dalam waktu tujuh hari, Tuhan akan menghancurkan seluruh dunia. Tuhan telah menetapkan suatu prinsip dalam kitab Yehezkiel 33:6-9 demikian:

"Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, berbicaralah kepada teman-temanmu sebangsa dan katakanlah kepada mereka: Kalau Aku mendatangkan pedang atas sesuatu negeri dan bangsa negeri itu mengambil seorang dari antara mereka dan menetapkan dia menjadi penjaganya dan penjaga ini melihat pedang itu datang atas negerinya, lalu meniup sangkakala untuk memperingatkan bangsanya, kalau ada seorang yang memang mendengar suara sangkakala itu, tetapi ia tidak mau diperingatkan, sehingga sesudah pedang itu datang ia dihabiskan, darahnya tertimpa kepadanya sendiri. Ia mendengar suara sangkakala, tetapi ia tidak mau diperingatkan, darahnya tertimpa kepadanya sendiri. Kalau ia mau diperingatkan, ia menyelamatkan nyawanya. "Sebaliknya penjaga, yang melihat pedang itu datang, tetapi tidak meniup sangkakala dan bangsanya tidak mendapat peringatan, sehingga sesudah pedang itu datang, seorang dari antara mereka dihabiskan, orang itu dihabiskan dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari penjaga itu. Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! -- dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu."

Kemudian ingatlah bahwa Tuhan telah berkata bahwa, "di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun", oleh karena itu, jika kita menggantikan satu hari dengan seribu tahun, maka itu akan berarti bahwa dalam waktu 7,000 tahun Tuhan akan menghancurkan dunia dengan api.

Kita mengetahui dari informasi yang alkitabiah bahwa air bah di zaman Nuh terjadi pada tahun 4990 Sebelum Masehi. Kita telah mempelajari hal itu dari Alkitab kira-kira 40 tahun yang lalu dalam pemeriksaan Alkitab yang sangat berhati-hati. Dan 7,000 tahun setelah tahun 4990 Sebelum Masehi adalah tahun 2011 Masehi. Yaitu, 4990 ditambah 2011 sama dengan 7,001 akan tetapi tidak ada tahun nol, jadi itu adalah tepat 7,000 tahun. Jadi melalui pernyataan-pernyataan ini Tuhan menunjukkan bahwa dunia ini akan dihancurkan dengan api tepat 7,000 tahun setelah peristiwa air bah.

Tuhan berkata bahwa "satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari." Tuhan mengulang hal itu. Yaitu Dia sangat menekankan prinsip ini dengan menyatakannya dua kali dengan cara yang terbalik. Hal ini adalah sangat penting. Kita telah mempelajari bahwa tepat 7,000 tahun setelah peristiwa air bah di zaman Nuh, penghancuran dunia oleh api akan datang, dan itu akan terjadi pada zaman kita sekarang ini.

Sekarang mengapa Tuhan menyatakannya dua kali? Dalam kitab Kejadian 41 kita membaca bahwa Yusuf diminta untuk menterjemahkan dua mimpi dari Firaun. Di dalam mimpinya Firaun melihat tujuh bulir gandum yang gemuk dan baik, tetapi kemudian tujuh bulir gandum yang kurus dan layu memakan tujuh bulir yang gemuk itu. Lalu ada tujuh lembu yang gemuk, tetapi tujuh lembu yang kurus memakan tujuh lembu yang gemuk itu.

Lalu Tuhan memberitahukan kepada Yusuf bahwa mimpi itu terjadi dua kali karena hal itu pasti akan terjadi, atau pasti menjadi kenyataan. Kita membaca dalam kitab Kejadian 41:32 demikian:

"Sampai dua kali mimpi itu diulangi bagi tuanku Firaun berarti: hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Allah akan segera melakukannya."

Jadi disini dalam kitab 2 Petrus 3:8 Tuhan berbuat hal yang sama. Satu hari adalah sama seperti seribu tahun, dan kemudian sekali lagi, seribu tahun adalah sama seperti satu hari. Itu berarti hal itu telah ditetapkan oleh Tuhan dan pasti akan terjadi. Melalui belas kasihan-Nya yang besar Tuhan telah memberikan kita bukti-bukti dari Alkitab yang memimpin kita kepada tahun 4990 Sebelum Masehi, dan tahun 2011 Masehi.

Kemudian kita mempelajari bahwa Hari Penghakiman akan dimulai pada tanggal 21 Mei 2011. Hal ini kita pelajari dari bahasa lainnya di dalam pemeriksaan Alkitab yang benar-benar terpisah dari informasi dan bukti-bukti yang telah diberikan sebelumnya. Setelah kita mempelajari semua informasi ini, dan kita terus mencari di dalam Alkitab, maka kemudian kita mengerti mengapa Tuhan berkata:

"Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari."

Satu hal yang orang-orang percaya harus mengerti adalah, ada jangka waktu tepat 7,000 tahun antara dua peristiwa besar yang mengerikan: air bah di zaman Nuh dan penghancuran dunia oleh api pada saat terakhir. Ini adalah salah satu bukti besar yang menunjukkan bahwa Tuhan telah membimbing kita dengan benar melalui Firman-Nya dan mengajarkan kita Kebenaran ini.

Setelah itu Tuhan mengejutkan kita dengan menunjukkan dalam kitab Kejadian 7:11 bahwa peristiwa air bah dimulai pada "hari yang ke-17 di bulan yang ke-2" dari kalender yang digunakan pada saat itu. Dan ketika kita membandingkan tanggal 21 Mei 2011 dengan kalender alkitabiah yang telah digunakan selama 3,500 tahun, kita menemukan bahwa tanggal itu juga adalah hari yang ke-17 dari bulan yang ke-2.

Dengan sangat mengagumkan kedua peristiwa itu dihubungkan oleh tanggal alkitabiah yang sama. Hal ini membuktikan bahwa tanggal dari peristiwa kedatangan Kristus tidak akan mungkin jika kita membuat kesalahan apapun pada perhitungannya. Adalah sangat mengagumkan untuk menyadari bahwa Tuhan pasti telah membimbing pekerjaan kita selama beberapa tahun supaya kita dapat dengan benar menetapkan jadwal waktu sejarah yang tepat. Semua tanggal-tanggal untuk peristiwa akhir zaman didasarkan pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan sebelumnya, dan perhitungan dari semua tanggal-tanggal ini didasarkan pada informasi yang berasal hanya dari Alkitab saja.

Sekarang Tuhan telah menyediakan banyak bukti-bukti yang mengkonfirmasi bahwa tanggal ini benar-benar akurat. Oleh karena itu, kita tidak lagi mengajarkan bahwa ada kemungkinan yang besar kalau Kristus akan datang kembali pada tanggal 21 Mei 2011. Sekarang kita harus memperingatkan dunia bahwa ini adalah pesan dari Tuhan. Dia telah memberikan kita bukti-bukti yang menyatakan bahwa tanggal ini benar. Kita tidak perlu untuk menjadi seorang ahli teologi yang pandai untuk mengertinya. Kita hanya perlu untuk menghitung sedikit untuk mengetahui bahwa Tuhan telah membuat konfirmasi bahwa Kristus akan datang kembali pada tanggal 21 Mei 2011.

Dalam ayat 9 dari kitab 2 Petrus 3 kita membaca lagi demikian:

"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang [yaitu semua orang pilihan] berbalik dan bertobat."

Asal Usul Yahudi

Untuk mengetahu asal usul Yahudi tidak bisa terlepas dari keharusan untuk mengetahui tokoh Ibrahim yang dalam hal ini dipandang sebagai nenek moyang tiga agama monotheistik dan semitik, Yahudi, Kristen dan Islam.

Sebagaimana telah diketahui bahwa Ibrahim tampil dalam pentas sejarah sekitar 3.700 tahun yang lalu. Ia berasal dari Babylonia, anak seorang pemahat patung istana yang bernama Azar "atau Terach dalam Kitab Madrash yang ditulis para rabii pemula".

Sejak usia bocah Ibrahim sudah menampilkan cara berfikir tajam dan kritis. Suatu saat ia melihat hal yang tidak sesuai dengan akal sehatnya, ayahnya memahat batu dan setelah selesai menjadi patung sang ayah lalu menyembahnya.

Ibrahim memberontak yang berakibat ia harus dihukum bakar, tapi berhasil diselamatkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Ia kemudian lari atau hijrah ke arah Barat, tepatnya ke daerah Kanaan, yaitu Palestina selatan. Karena daerah ini mengalami wabah paceklik, ia pergi ke Mesir bersama istrinya, Sarah dan menetap di sana sementara waktu.

Keberadaan Ibrahim sangat mengesankan Firoun, raja Mesir, ia menerima hadiah seorang wanita budak yang cantik yang bernama Hajar. Lalu ia pulang kembali ke Kanaan; sebab usianya bertambah lanjut, ia sangat mendambakan seorang keturunan.

Ia-pun berdoa memohon kepada Tuhan agar diberi keturunan untuk meneruskan misi kemanusiaan. Istrinya, Sarah berbaik hati dan mengijinkan Ibrahim mengawini budak perempuan mereka asal Mesir, Hajar. Dari Hajar ia dikaruniai seorang putra yang bernama Ismael (Ismail), yang dalam bahasa Ibrani berarti Tuhan telah mendengar, yakni telah mendengar doa Ibrahim yang memohon keturunan.

Ibrahim sangat mencintai Ismail dan ibunya, Hajar, sehingga menimbulkan perasaan tidak senang pada istri pertamanya, Sarah. Maka Sarah meminta Ibrahim untuk membawa Ismail dan ibunya keluar dari rumah tangga mereka. Ibrahim diberi petunjuk Tuhan dengan bimbingan malaikat-Nya agar membawa anak dan istrinya ke arah selatan dari Kanaan, sampai ke suatu lembah yang tandus dan gersang, tiada tumbuhan, yaitu Makkah.

Setelah tiba di lembah tandus itu sesuai dengan petunjuk Tuhan lagi, Ibrahim kembali ke Kanaan, tapi sekali waktu ia menyempatkan diri menjenguk Ismail di Makkah sampai anaknya itu mencapai usia dewasa. Sementara Ibrahim bersama Sarah tinggal di Kanaan, dan terkadang pergi ke Makkah untuk melaksanakan perintah Tuhan (Haji).

Dengan ijin dan kekuasaan Tuhan mereka dikaruniai seorang putra, Ishaq, yang juga menjadi Nabi dan Rasul Allah untuk mengemban tugas mengajari umat tentang faham tauhid, dan mempertahankan ajaran itu sampai akhir jaman.

Malahan sebagai rahmat Allah kepada Ibrahim, dari keturunan Ishaq banyak lahir para Nabi dan Rasul Allah. Ishaq dianugerahi Tuhan seorang anak bernama Yaqub yang digelari Israel, yang dalam bahasa Ibrani berarti "Hamba Allah" jadi identik dengan arti Abd Allah dalam Bahasa Arab, konon karena ia rajin beribadah menghambakan diri kepada Allah.

Anak turun Nabi Yaqub atau Israel ini berkembang biak, dan menjadi nenek moyang bangsa Yahudi, yang juga disebut Bani Israel (anak turun Israel).

Anak-anak Yaqub berjumlah dua belas orang, sepuluh orang dari istri pertama, dua orang lagi dari istri kedua, yaitu Yusuf dan Benyamin. Sepuluh anak Yaqub itu ialah Rubin, Simon, Lewi, Yahuda, Zebulon, Isakhar Dan, Gad, Asyar dan Naftali.

Karena berbagai kelebihan Yusuf, Yaqub sangat menyintai anaknya itu melebihi cintanya kepada anak-anaknya yang lain, dan hal ini mengundang rasa tidak enak pasa saudara-saudara tuanya dari istri pertama.

Lalu mereka bersekongkol untuk menyingkirkan Yusuf, tapi berkat lindungan Tuhan Yusuf bisa selamat. Yusuflah yang secara tidak langsung membawa Yaqub beserta seluruh keluarganya pindah ke Mesir, yang menjadi pusat peradaban dunia waktu itu.

Di Mesir inilah sebenarnya keturunan Yaqub atau Israel itu berkembang biak melalui anak-anaknya yang dua belas. Maka dari sinilah sebetulnya asal mula Bani Israel atau Bangsa Yahudi itu terbagi menjadi dua belas suku. Tapi Firoun yang dzalim itu merasa tidak senang terhadap keturunan Yaqub. Apalagi sebagian dari keturunan Yaqub itu menganut agama Taurat atau Monotheisme yang berlawanan dengan agama Mesir yang Mushrik atau Politheistik.

Nabi Dawud sebagai raja kerajaan Judea Samaria digantikan oleh anaknya, Nabi Sulaiman. Di bawah pimpinan Sulaiman bangsa Yahudi, anak turun Israel atau Nabi Yaqub ini mengalami jaman keemasan. Yerussalem dibangun dan pada dataran di atas bukit Zion yang menjadi pusat kota itu, didirikan pula tempat ibadah yang megah.

Orang Arab menyebutnya Haikal Sulaiman (Kuil Sulaiman, Solomon Temple), yang juga disebut al-Masjid al-Aqsa, "Masjid yang jauh dari Makkah". Sebagaimana kota Yerussalem, tempat masjid itu di kenal orang Arab sebagai al-Quds atau Bait al-Maqdis, Bait al-Muqoddas, yang semuanya berarti kota atau tempat suci.

Sayang, anak turun Nabi Yaqub itu terkenal sombong dan suka memberontak. Ini membangkitkan murka Tuhan yang pada gilirannya mereka harus menerima azab-Nya. Al-Quran sendiri menggambarkan betapa Bani Israel itu membuat kerusakan di bumi, berlaku angkuh, chauvinis, merasa paling unggul dan paling benar sendiri.

Peristiwa ini terjadi sekitar tujuh abad sebelum masehi, ketika bangsa Babilonia dipimpin Nebukadnezar datang menyerbu Yerussalen dan menghancurkan kota itu termasuk masjid Aqsa-nya.

Berkat pertolongan dan kebesaran Tuhan, bangsa Bani Israel bisa kembali lagi ke tanah Yerussalem. Tapi sekali lagi mereka bersikat congkak dan membuat kerusakan di muka bumi, maka Allah-pun menurunkan siksa-Nya untuk kedua kali pada tahun tujuh puluh masehi, karena dosa mereka menolak kerasulan Nabi Isa al-Masih dan menyiksa para pengikutnya.

Ini bisa dibuktikan ketika kaisar Titus dari Roma meratakan Yerussalem dengan tanah, dan menghancurkan lagi masjid Aqsa yang mereka bangun. Dari bangunan itu tidak ada yang tersisa kecuali Tembok Ratap (tempat orang-orang Yahudi meratapi nasib mereka). Akibat dosa itu orang Yahudi mengalami diaspora, mengembara di bumi terlunta-lunta sebab tidak bertanah air, dan hidup miskin di Geto-geto. Bangunan yang hancur itu dibangun kembali oleh umat Islam dan diwarisinya sampai sekarang.

Yerussalem jatuh ke tangan Arab Muslim pada jaman Umar bin Khattab. Ketika datang ke sana untuk menerima penyerahan kota itu, ia merasa kecewa sekali melihat tempat masjid Aqsa telah dijadikan pembuangan sampah oleh umat Nasrani yang ingin melecehkan agama Yahudi.

Umar beserta tentara Islam membersihkan tempat itu, menjadikan tempat salat dan mendirikan masjid sederhana. Masjid Umar itu diperbaharui menjadi bangunan megah oleh khalifah Abd al-Malik bin Marwan dari Bani Umayyah.

Kisah perjalanan Nabi Ibrahim dan anak cucunya ini dikedepankan dengan maksud untuk menyadarkan kita semua betapa tokoh yang disebut sebagai imam umat manusia ini mempunyai kaitan erat dengan agama Islam.

Dari Isa itu tampak bahwa antara Makkah dan Yerussalem ada hubungan yang sangat erat terutama hubungan antara agama Yahudi, Kristen dan Islam.

Menurut Nabi Muhammad, ada tiga kota suci yang dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjunginya yaitu Makkah dengan masjid Haramnya, Madinah dengan masjid Nabawinya dan Yerussalem dengan masjid Aqsanya.

Karena itu ketika Nabi melakukan shalat yang harus menghadap Yerussalem sewaktu masih di Makkah, ia memilih tempat di sebelah selatan Kabah agar bisa menghadap ke Kabah sekaligus ke Sakhrah di Yerussalem.

Tetapi ketika pindah ke Madinah, ia tidak bisa melakukan hal itu sebab Madinah terletak di sebelah utara Makkah. Maka Nabipun mohon perkenan Tuhan untuk pindah kiblat dari Yerussalem ke Makkah. Perpindahan ini mengisyaratkan makna yang amat dalam bahwa Nabi mengajarkan dan mengajak manusia kembali ke agama Nabi Ibrahim yang asli, yang disimbulkan oleh Kabah sebagai peninggalannya yang terpenting.

Agama Nabi Ibrahim yang asli itu biasa disebut Agama Hanafiyah, dan Ibrahim adalah seorang yang hanif, yang artinya bersemangat kebenaran, dan Muslim yang berarti bersemangat pasrah dan taat kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Maka ketika Rasul Allah terlibat polemik dengan para penganut Agama Yahudi yang muncul melalui kerasulan Musa sekitar lima abad sesudah Nabi Ibrahim, dan penganut Agama Nasrani yang muncul sekitar tiga belas abad setelah Nabi yang sama, wahyu Tuhan kepada Muhammad menegaskan bahwa Ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau seorang Nasrani, melainkan seorang yang hanif dan muslim.

Nabi dan para pengikutnya diperintahkan untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim yang hanif itu. Berkaitan dengan kesinambungan agam Ibrahim yang hanif itu, Tuhan sudah wanti-wanti kepada Nabi untuk menjaga keutuhan agama itu, tidak terpecah belah didalamnya, yaitu agama yang telah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim, Musa dan Isa.

Apa dan Siapa Yahudi Itu?

Judaism (agama Yahudi) adalah agama yang dianut oleh sekelompok kecil masyarakat, yaitu masyarakat Yahudi.

Berjumlah kurang lebih 16 juta jiwa pada puncak pertumbuhannya sebelum Perang Dunia ke II. Sekarang berkurang sekitar sepuluh atau sebelas juta jiwa, akibat kekejaman kelompok-kelompok yang berusaha menghancurkan akar, cabang, etnis dan agama ini.

Menurut catatan Psalm yang ditulis oleh David, dan Epigram, yang disusun oleh Sulaiman, jumlah mereka kurang dari satu juta jiwa pada hari nasionalnya, dan tidak lebih dari 4-5 juta ketika nasib politik mereka sebagi bangsa tersumbat pada tahun 70-an, dan harus memasuki panggung sejarah (Historic Career) sebagai masyarakat dunia yang religious dengan tuntutan kitab sucinya, The Bible, akhir abad pertengahan abad 13, ketika agama Yahudi mencapai puncak perkembangannya dan memberikan sumbangan besar terhadap peradaban Eropa, jumlah populasi mereka di Eropa tidak lebih dari satu juta jiwa.

Berkurangnya populasi Yahudi ini disebabkan oleh persoalan seputar apakah Yahudi itu ras atau bukan. Sementara orang berpendapat bahwa Yahudi itu ras, mengingat banyak tulisan yang membenarkan pendapat diatas.

Tapi kebenaran tesis ini membawa ironi bagi umat Yahudi ketika Jerman dibawah rezim Nazi (Adolf Hitler) tahun 1930, melakukan eksterminasi (pembantaian) terhadap orang-orang Yahudi dengan alasan bahwa mereka itu ras yang hina (an inferior race).

Menurut catatan Holocaust, sekitar enam juta orang Yahudi, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak mati terbunuh di kamp Konsentrasi Jerman dan Polandia selama perang dunia kedua. Dari sini terlihat jelas bahwa orang-orang Yahudi kini bisa disebut sebagai ras, hanya persoalannya ialah sulit untuk mengidentifikasikan mereka, karena banyaknya ras Yahudi yang ada.

Mereka itu tersebar dimana-mana di banyak bagian belahan dunia ini, dikenal dengan sebutan anak-anak Israel (The Children of Israel), Yahudi. Dimana ada penduduk dunia baik Timur, Barat, Utara maupun Selatan disana bisa ditemukan orang Yahudi.

Di Abyssina misalnya, orang Yahudi berkulit hitam, persis seperti penduduk aslinya. Ada sejumlah orang Yahudi di Negara Cina, juga mirip dengan penduduk aslinya berkulit kuning dan bermata sipit. Di Italia, orang Yahudi berkulit kehitam-hitaman dan bermata hitam. Di Rusia Utara, Kanada, Swedia dan Norwegia, orang Yahudinya bisa ditengarai dengan rambut pirang, kulit putih dan mata biru. Sedang di Denmark, Jerman dan Irlandia, golongan Yahudinya berambut merah dan bermata biru. Di daerah yang beriklim panas, kaum Yahudinya berbadan pendek dan berambut hitam. Sementara di negara-negara yang beriklim dingin mereka umumnya bertubuh tinggi dan berkulit putih.

Hebatnya, semua orang Yahudi yang bertempat tinggal di negara-negara itu selalu menggunakan bahasa nasional negara bersangkutan. Di Italia mereka berbahasa Itali, di Inggris berbahasa Inggris, di Cina juga berbahasa Cina, dan seterusnya.

Meskipun tidak saling mengenal antara satu dengan lainnya, berbeda bentuk fisik dan tutur bahasanya, tapi orang-orang Yahudi itu merasa akrab bila bertemu dan berada di tengah-tengah saudara-saudara yang lain.

Keakraban ini disebabkan oleh banyak faktor, dan faktor pertama dan utama yang merajut keakraban itu tak lain adalah ikatan keagamaan mereka yang kuat. Ikatan atau hubungan itu memang terasa unik dalam agama Yahudi.

Agama ini tidak bisa dipahami tanpa mengetahui kehidupan orang Yahudi secara terus menerus. Dengan proses konversi agama yang normal, agama ini dapat mengakomodasi dan mengasimilasi setiap individu, bahkan semua bangsa, dan hal ini sudah dilakukan. Tapi bila orang Yahudi musnah dan lenyap dari dunia ini, agama ini juga musnah bersama mereka. Sementara orang lain yang tidak punya hubungan kesejarahan (historic connection) dengan masa lalu orang Yahudi pada dasarnya bisa menjadi penerus tradisi ajaran Yahudi.

Namun pemahaman, upacara dan penghayatan, di mana prinsip-prinsip Yahudi ada di dalamnya, dan menjadi bangunan agama ini (a body of Judaism), tidak akan bermakna bagi mereka yang nenek moyangnya tidak pergi ke luar tanah Mesir, atau siapa saja yang tidak lahir dalam tradisi, yang bapaknya pernah tinggal di kaki Sinai. Juga mereka dan anak cucunya yang tidak selalu berada dalam kerajaan para pendeta dan bangsa yang suci (a holy nation).

Karena itu ikatan yang tak terpisahkan antara orang Yahudi dan agamanya merupakan bagian dasar agama ini. Ia berbeda dari agama Kristen yang selalu berharap belas kasihan dan kemurahan Tuhan.

Bagi para pemeluknya, agama Yahudi pada hakekatnya bukan ditilasi air mata dan duka cita orang lain yang diberikan secara cuma-cuma oleh belas kasih tangan Tuhan, atau didapat melalui misteri keimanan, tapi harus dengan kesabaran dan ketegaran atas berbagai persoalan yang mereka alami berabad-abad lamanya, berupa pengalaman bangsa yang bersejarah, yang disinari oleh ajaran para nabi dan orang-orang bijak mereka.

Maka agama Yahudi bisa menampakkan jati dirinya dalam dua dimensi, universal dan nasional. Sebagai sistem pemikiran keagamaan (a system of religious thought), ia bersikap universal, prinsip-prinsip etikanya merangkul seluruh umat manusia.

Sebagai kultus keagamaan (a religious cult), ia bersifat nasional ditengarai oleh ikatan kesejarahan dan warna kedaerahan, disiplin agamanya hanya mengikat para pemeluknya saja. Sebagai contoh ialah keberadaan organisasi sosial elite seperti Rotary Club, Lion Club dan lainnya yang berdiri di kota-kota besar di Indonesia, yang berorientasi pada masalah kemanusiaan, pengobatan massal (operasi katarak dan bibir sumbing), pembuatan patung polisi, MCK, pemberian bingkisan lebaran, terkadang salat tarawih dan buka puasa bersama.

Bila benar semua itu merupakan jaringan (network) Yahudi internasional, maka hal itu harus dilihat dari kerangka pikir "Sistem pemikiran keagamaan" Yahudi yang bersifat universal yang dapat diartikulasikan oleh semua etnis dan ras dunia.

Sebaliknya, jika orang Yahudi merayakan hari Sabat pergi ke Sinagog atau kegiatan ibadah lainnya, hal ini harus diletakkan dalam perspektif "kultus keagamaan" Yahudi yang bersifat nasional itu, yang mengikat hanya para pemeluknya saja.

Menanggapi persoalan di atas, Ahmad Syalaby mengatakan karena belum merasa puas terhadap organisasi Masonisme, orang-orang Yahudi lalu mendirikan organisasi lain yang bertujuan menggalang solidaritas sosial kemanusiaan bernama Rotary Club.

Klub-klub ini terdapat di hampir seluruh kota-kota besar atau metropolitan dunia dan bergerak pada masalah-masalah kemasyarakatan seperti Sarasehan, Seminar, Pelayanan Kesehatan, Perbaikan Lingkungan, Upacara Keagamaan dan lain sebagainya.

Juga berupaya mempererat ikatan persaudaraan sesama anggotanya yang berasal dari berbagai negara dengan latar belakang agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Dengan demikian, orang-orang Yahudi bisa berinteraksi dengan mereka atas dasar persaudaraan dan kasih sayang yang pada gilirannya dapat merealisasikan keinginan dan cita-citanya baik dalam lapangan ekonomi, industri, politik, media masa maupun lainnya.

Karena kegiatan klub-klub atau organisasi ini bisa menimbulkan bahaya, Vatikan melalui Majelis Tertinggi Tahta Suci, pernah mengeluarkan satu dekrit pada tanggal 20 Desember 1950 yang isinya melarang para ahli dan pemuka agama Kristen memasuki perkumpulan yang dikenal dengan nama Rotary Club ini, dan mengikuti kegiatan-kegiatannya.

Mereka juga diminta untuk mematuhi dekrit bulan 4 April 1964 nomor 684 yang berisi larangan melibatkan diri pada perkumpulan "Masonisme" yang keberadaannya masih belum jelas (rahasia) dan kegiatannya masih diragukan. Sekalipun disimbolkan dengan jargon-jargonnya yang menarik seperti kemerdekaan, persaudaraan dan persamaan, organisasi itu menurut Paus tetap mengundang bahaya bagi umat Katholik

Mengenai masalah siapa itu Yahudi atau kapan seseorang bisa dikatakan Yahudi, hal ini bisa dijelaskan dengan memahami tradisi yang menjadi wacana dasar agama Yahudi.

Agama ini mengajarkan bahwa bila anak lahir dari ibu yang Yahudi, maka ia disebut Yahudi, tanpa memandang siapa yang mengasuh dan membesarkan anak itu. Sebagai contoh, anak yang lahir dari bapak Yahudi dan ibu non Yahudi, ia tidak bisa dikategorikan Yahudi, tapi yang bersangkutan bisa berbuat atau melakukan sesuatu sebagai Yahudi, pergi ke Sinagog, merayakan Sabat atau hari-hari keagamaan dan bergaul dengan sesama teman-temannya yang Yahudi.

Di sisi lain, anak dari bapak non Yahudi dan ibu Yahudi, tapi dibesarkan atau dididik sebagai Kristen, ia masih disebut Yahudi menurut kacamata Yahudi, sekalipun asuhan itu membuat ia buta sama sekali tentang agama Yahudi. Yang jelas, dalam perspektif Yahudi, bukan asuhan, didikan atau pengetahuan yang menentukan status anak menjadi Yahudi, tapi agama Ibu (the religion of the mother).

Persoalan lain yang sering menjadi wacana intelektual seputar Yahudi ialah masalah apakah Yahudi itu bisa digolongkan sebagai masyarakat religius atau tidak.

Memang secara spintas dapat digambarkan bahwa Yahudi itu adalah masyarakat agamis, tapi kenyataannya, banyak yang menganggap mereka bukan termasuk golongan itu. Malahan mereka mengatakan sebagai penentang agama dan lebih bangga menyebut dirinya orang Yahudi saja.

Masalah lain, kita tidak bisa menyatakan bahwa Yahudi itu merupakan "masyarakat bangsa", karena mayoritas umat Yahudi dunia tidak mesti tinggal di negara Yahudi (Israel), tapi di banyak negara dunia ini.

Barangkali istilah yang tepat untuk mereka ialah kelompok etnis (ethnic group), dalam arti meliputi seluruh orang Yahudi baik yang agamis, sekuler, nasional maupun zionis. Mereka itu tidak harus berasal dari Israel, karena yang hidup di sana ada yang Muslim dan ada juga yang Kristen.

Dari mereka ada yang tidak makan daging babi sebagaimana orang Islam dan ada pula yang tidak mengetahui sama sekali masalah agama. Satu hal yang tidak bisa dibantah bahwa agama mereka mengakui Yahudi sebagai satu masyarakat, meski sudah terjadi perubahan pada agama ini selama berabad-abad.

Yang jelas agama Yahudi saat ini berbeda dari agama Yahudi era Bibel, hanya pada masa lalu saja bisa dijumpai kelompok-kelompok religius yang pluralistik. Karena sekarang terdapat banyak institusi pemikiran yang mampu mempertemukan berbagai ide dan hal-hal yang praktis, banyak orang Yahudi yang berbeda dari lainnya.

Yahudi

Yahudi, Kristen dan Islam biasa disebut agama-agama Ibrahimi (abrahamic religions), karena pokok-pokok ajarannya bernenek moyang kepada ajaran nabi Ibrahim (sekitar abad 18 SM), yaitu agama yang menekankan keselamatan melalui iman, menekankan keterkaitan atau konsekuensi langsung antara iman dan perbuatan nyata manusia.

Menurut agama-agama samawi itu, Tuhan tidak dipahami sebagai yang berfokus pada benda-benda (totemisme), atau upacara-upacara (sakramentalisme) seperti pada beberapa agama lain, tetapi sebagai yang mengatasi alam dan sekaligus menuntut manusia untuk menjalani hidupnya mengikuti jalan tertentu yang ukurannya ialah kebaikan seluruh anggota masyarakat manusia sendiri. Dengan kata lain, selain bersifat serba transendental dan maha tinggi, Tuhan juga bersifat etikal, dalam arti bahwa Ia menghendaki manusia untuk bertingkal laku yang etis dan bermoral.

Karena menekankan amal perbuatan yang baik dan benar itu , para ahli kajian ilmiah tentang agama-agama menyatakan Islam dan Yahudi yang juga sering disebut agama semitik (semitic religion) ini, tergolong agama etika (ethical religion), yakni agama yang mengajarkan bahwa keselamatan manusia tergantung pada perbuatan baik dan amal salehnya.

Ini berbeda dari agama Kristen yang juga termasuk agama semitik, disebabkan teologinya berdasarkan doktrin kejatuhan (fall) manusia (Adam) dari surga yang menyebabkan kesengsaraan abadi hidupnya, mengajarkan bahwa manusia perlu penebusan oleh kemurahan (Grace) Tuhan dengan mengorbankan putra tunggalnya, Isa al-Masih untuk disalib menjadi "Sang Penebus".

Maka kajian ilmiah menggolongkan agama Kristen sebagai agama sakramental (sacramen relegion) yaitu agama yang mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh melalui sang penebus dosa, dan penyatuan diri kepadanya dengan memakan roti dan minum anggur yang telah ditransubstansiasikan menjadi daging dan darah Isa al-Masih dalam upacara Sakramen Ekaritsi.

Menurut Artur Hyman semua agama yang bersumber pada kitab suci wahyu mempunyai masalah yang sama menyangkut doktrin tentang penciptaan alam, tapi agama-agama itu berbeda sampai batas bahwa yang lain mengalami persoalan pemikiran atau filsafat.

Umat Yahudi mempunyai masalah mengenai persoalan tertentu seperti Israel sebagai bangsa pilihan dan keabadian hukum. Umat Islam menghadapi persoalan apakah al-Quran sebagai firman Allah itu diciptakan atau abadi.

Umat Kristen sendiri menghadapi berbagai deretan persoalan yang serupa, kelak yang dikatagorikan sebagai "misteri" antara lain doktrin Trinitas Suci (Holy Trinity) dan Sakramen Ekaritsi yang merupakan sesuatu yang tipikal.

Doktrin Trinitas mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dengan tiga pribadi Bapak, Anak dan Roh Suci, Tuhan adalah satu sekaligus tiga. Sakramen Ekaritsi mengisyaratkan perubahan roti dan anggur ekaritsi menjadi daging dan darah Kristus, proses yang dikenal dengan transubstansiasi. Jadi dapat dikatakan bahwa agama Kristen dalam sisi tertentu mengalami tantangan yang lebih sulit diatasi daripada agama Islam atau Yahudi.

Lebih lanjut, karena alasan-alasan teologis dan historis atau doktrin etika dan politik, Kristen berbeda dari agama Yahudi dan Islam. Salah satu perbedaannya adalah konsep tentang manusia, manusia mengalami kejatuhan dari surga, sebab itu perlu kemurahan Tuhan untuk penyelamatan. Meski para pemikir Kristen mengagumi hasil-hasil temporal doktrin-doktrin etika dan politik, mereka menganggap bahwa doktrin dan hasil itu masih belum cukup untuk keselamatan manusia.

Sebaliknya, sejumlah pemikir Muslim dan Yahudi, khususnya mereka yang berkecenderungan Aristotelian, menggambarkan hidup yang baik berdasarkan pengembangan nilai-nilai utama moral dan intelektual, lalu mengidentifikasi hidup sesudah mati dengan wujud bukan jasmani dan intelek.

Kitab suci diperlukan dan dipahami dalam berbagai cara guna menetapkan aturan tertentu bagi kehidupan intelektual, membuat hukum yang bersifat umum menjadi spesifik, menjadikan pendapat yang benar bisa digapai semua orang, atau memberi ajaran tertentu secara mendalam yang tidak bisa didapat dengan cara lain. Bagi kaum Yahudi dan Muslim, ajaran filsafat, moral dan politik berada tidak terlalu jauh dari yang ada dalam agama.

Persoalan teologis yang dialami agama Kristen, terutama yang menyangkut doktrin Trinitasnya membuat watak monotheismenya sudah tidak murni lagi. Malahan bapak sosiologi modern, Max Weber, membenarkan tesis itu dengan mengatakan bahwa hanya agama Yahudi dan Islam yang secara tegas bersifat monotheistis, meski pada yang kedua (Islam) terjadi beberapa penyimpangan dengan adanya kultus kepada orang yang dipandang suci (wali) yang muncul kemudian.

Trinitarianisme Kristen tampak memiliki kecenderungan monotheistis hanya bila dikontraskan dengan bentuk-bentuk tri theistis (paham) tiga Tuhan, Hinduisme, Budisme dan Taoisme. Tentunya tidak berlebihan jika Weber mencatat praktek-praktek yang menyimpang dari monotheisme Islam yang murni dan radikal itu, yaitu berupa pemujaan kepada para wali dan kuburannya hampir di seluruh dunia Islam.

Kenyataan ini merupakan sesuatu yang ironis, mengingat nabi Muhammad telah memperingatkan untuk tidak mengagungkan keturunan apapun dan siapapun. Tesis Weber ini kiranya perlu dijadikan bahan instrospeksi diri dan renungan kaum Muslimin sendiri.

Tentang determinisme sejarah orang Yahudi menjadi ras suatu dunia yang hebat, atau masyarakat pilihan (a distinctive community), ini tidak bisa dipisahkan dari partisipasi mereka dalam peradaban Islam masa lalu yang begitu jauh dan dalam.

Kosa kata keimanan Islam masuk kedalam buku-buku Yahudi, al-Quran menjadi dalil mereka. Kebiasaan orang-orang Arab mengutip syair dalam banyak karyanya ditiru oleh orang-orang Yahudi.

Tulisan-tulisan mereka penuh dengan kalimat-kalimat yang berasal dari para ilmuwan, filosof dan ahli kalam Arab/Islam. Sastra Arab yang asli atau yang impor menjadi latar belakang umum apa saja yang ditulis orang-orang Yahudi.

Semua itu berlangsung begitu lama, tidak ada rasa permusuhan terhadap ilmu asing, tanpa rasa curiga kepada dampak yang negatif atau berbahaya, sebagaimana yang telah diingatkan oleh sumber-sumber kitab Talmud kepada meraka untuk mempelajarinya. Karena itu sampai ada sebutan Yahudi Islam, orang-orang Yahudi yang sudah sedemikian rupa terpengaruh oleh ajaran Islam mereka itu sebenarnya adalah "orang-orang Yahudi jenis baru" (a new type of Jews).

Dengan pengalaman kaum Yahudi yang begitu indah dalam pangakuan Islam itu, banyak dari mereka yang sadar bahwa berdirinya negara Israel merupakan suatu malapetaka atau anakronistik. Malahan bisa dipandang sebagai hal yang tidak relevan, baik secara historis, berkaitan dengan pengalaman indah umat Yahudi pada masa Islam klasik, atau secara geografis, karena Palestina telah berabad-abad berada ditangan orang-orang Arab, yang sebagian mereka itu termasuk Yahudi yang sudah ter-Arabkan, berdirinya negara Israel merupakan kedzaliman diatas kedzaliman, kedzaliman terhadap sejarah mereka sendiri dalam kaitannya dengan peradaban Islam, dan kedzaliman terhadap bangsa Arab yang telah menjadi pelindung mereka berabad-abad lamanya.

Masalah etika dan politik sangat dijunjung tinggi dan dihormati oleh agama Yahudi. Prinsip-prinsip etika itu diformulasikan dalam kalimat-kalimat yang indah dan menarik. Diawali dengan kata negasi (jangan) dan imprasi (kerjakan).

Dikenal dengan sepuluh perintah Tuhan, Ten Commandements atau "al-Wasaya al-'Ashar" (sepuluh wasiat), yang isinya:

  1. Akulah Tuhanmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu.
  2. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku Tuhanmu, Tuhan yang pemerhati, yang membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku, dan yang berpegang pada perintah-perintahKu.
  3. Jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya secara sembarangan.
  4. Ingat dan sucikanlah hari Sabat; enam hari lamanya kamu bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhanmu, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, kamu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, hambamu laki-laki, hambamu perempuan, lawanmu, atau orang-orang asing yang ada di tempat kediamanmu.
  5. Hormatilah bapak dan ibumu agar umurmu lanjut di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu.
  6. Jangan membunuh.
  7. Jangan berzina.
  8. Jangan mencuri.
  9. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
  10. Jangan menginginkan rumah sesamamu, istrinya, hambanya laki-laki, hambanya perempuan, lembunya, keledainya atau apapun yang menjadi miliknya.

Selain itu masih ada sejumlah kepercayaan mendasar yang ditulis oleh para pemikir dan pemuka agama Yahudi, antara lain Musa bin Maimun atau Maimonides pada akhir abad ke-12. Tulisan ini merupakan keterangan tambahan terhadap komentarnya tentang Mishna karya Sanhedrin, yang kemudian dikenal dengan Credo, terdiri atas 13 keyakinan, yaitu:

  1. Percaya kepada Tuhan
  2. Tuhan Yang Esa
  3. Tuhan Yang Maha Kuasa
  4. Tuhan Yang Maha Kekal
  5. Semua ibadah untuk Tuhan
  6. Percaya kepada Rasul Tuhan
  7. Percaya terhadap Musa sebagai Rasul Tuhan
  8. Dan Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa di Sinai
  9. Kitab itu kekal
  10. Tuhan Maha Tahu
  11. Percaya tentang pahala dan dosa, baik di dunia dan akhirat
  12. Percaya akan datangnya Massiah, juru selamat
  13. Percaya adanya kehidupan sesudah mati.